Chapter 9

316 29 1
                                    


Seolri sedikit frustasi dengan beberapa jenis sayuran di hadapannya. Gadis itu berniat membuat sup kimchi. Dia membeli bahan-bahan yang benar tapi yang jadi masalahnya adalah Seolri sama sekali tidak tahu harus memulai dari mana. Sejak tadi Seolri hanya memegang pisau tanpa menyentuhkannya ke bahan manapun.

"Aiishh, aku menyesal tidak mengikuti kelas memasak dengan benar saat sekolah dulu!" gumamnya. "Aah, molla! Aku hanya akan mengikuti instingku..." serunya lalu Seolri pun mengambil bawang putih dan mulai memotongnya.

Di sisi lain, Mingyu penasaran dengan apa yang dilakukan Seolri. Pemuda itu pun meninggalkan televisi dan melangkah ke bagian dapur. Matanya langsung melotot lebar saat melihat apa yang dilakukan Seolri pada bawang putih yang dipotongnya. "YA!!!"

"Auuwwww!!" rintih Seolri yang terkejut dengan seruan Mingyu sampai-sampai tak sengaja melukai jarinya.

Mingyu juga ikut terkejut. Ia sama sekali tak berniat mengejutkan Seolri seperti tadi, "Gwaencanha?" tanya Mingyu. Mingyu segera menarik tangan Seolri. Jari telunjuknya tergores.

"Gw...gwaencanha..." jawab Seolri. "A...aku akan mengobatinya..." Seolri menarik tangannya lalu pergi meninggalkan dapur untuk mencari kotak obat.

Mingyu terus memperhatikan gerak-gerik Seolri. Gadis itu membuka beberapa lemari untuk mencari kotak obat yang entah di mana. Sampai akhirnya Seolri berhasil menemukannya. Sayangnya, kotak obat itu terletak di bagian rak yang sangat tinggi, membuatnya kesulitan untuk meraih kotak obat itu. Mingyu tertawa kecil. Bagaimana gadis itu bisa meletakkan sesuatu ditempat yang tak bisa ia raih?

Dan Mingyu pun segera menghampiri Seolri untuk membantunya. Dengan mudah tangan Mingyu mengambil kotak obat itu.

"Go...gomawo..." seru Seolri kikuk.

"Biar aku yang mengobatimu..."

Seolri sebenarnya heran. Selama beberapa hari ia biarkan Mingyu tinggal di apartmentnya, entah kenapa Seolri merasa ada perubahan di dalam dirinya. Seolri sadar betul kalau dia adalah gadis agresif yang selalu akan lebih banyak bicara dibandingkan dengan orang lain. Dia selalu percaya diri, tak pernah sekali pun merasakan yang namanya malu atau canggung. Tapi entah kenapa, semua itu hilang saat ia berhadapan dengan Mingyu. Apalagi di saat seperti ini. Di saat ia bisa menatap wajah tampan Mingyu dengan jarak yang dekat.

"Maafkan aku... gara-gara aku mengagetkanmu, kau jadi melukai dirimu sendiri..." kata Mingyu sambil memasangkan plester ke jari telunjuk Seolri. "Sudah!"

Mingyu mengangkat kepalanya melirik Seolri. Gadis itu sedang memperhatikannya dengan mata yang tak berkedip. "Seolri?"

"Apa kau tak pernah menyukai perempuan?" tanya Seolri.

"Haha... tentu saja pernah, gadis bodoh!" celetuk Mingyu yang mengalihkan pandangannya dari Seolri. Ia memilih untuk membereskan kotak obat.

"Lalu kenapa kau berhubungan dengan laki-laki?"

Mingyu terdiam sejenak, "Karna mereka lebih bisa menghargai sebuah hubungan dan kasih sayang?"

"Apa yang kau maksud mereka itu adalah si Wonwoo itu?"

"Dari mana kau mengenalnya?"

"Kau selalu menyebut namanya setiap malam... kau masih merindukannya sampai-sampai tidur pun kau memimpikannya kan?"

Mingyu terdiam lagi. Dua malam terakhir dia memang memimpikan Wonwoo. Lebih tepatnya lagi memimpikan masa kecil mereka, "Apa kau tahu, ini adalah pertama kalinya aku menceritakan tentang diriku kepada orang lain... selama ini aku hanya akan membicarakannya dengannya..."

Because of Love (Sequel of Between Love and Gender)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang