Prolog

142K 8.2K 469
                                    

"Ya ampun ini postingan orang-orang kok nggak pada bisa dikondisikan ya. Nggak facebook, instagram isinya foto-foto orang nikahan. Bisa nggak sih mereka ngehargain status single? Huh." Listya melempar smartphonenya asal ke tempat tidur kemudian ia beranjak menghampiri tirai lalu membukanya sehingga sinar matahari pagi menjelang siang otomatis masuk ke kamar gadis itu.


"Listya, Listya... Bangun!" Ibunya memanggil sambil mengetuk pintu. Tanpa menunggu waktu lama Listya kemudian membukanya.

"Ini anak perawan jam segini baru bangun?" tanya Mama Listya, Ratih sambil memerhatikan putrinya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Ya ampun, Ma. Ini hari minggu, waktunya hibernasi. Emangnya nggak capek kerja aja tiap hari."

"Makanya punya suami biar ada yang nafkahin," jawab Ratih sambil melangkah menuju jendela kamar. "Ini jangan cuma tirainya aja yang dibuka, jendelanya sekalian biar kamar kamu nggak sumpek. Itu kasur juga diberesin ya ampun berantakan banget."

"Mama Ratih Puspadewi yang paling cantik, aku masih 25 tahun. Masih muda kali jadi santai aja. Dan tentang kamar ini nanti juga aku beresin kok, tenang."

"Kan kamu yang ngeluh masalah capek kerja, Mama kan cuma ngasih saran. Lis, umur 25 itu udah cocok lho buat nikah."

"Ya ampun, Ma. Raisa aja 27 baru nikah kemaren, belum lagi Syahrini, Luna Maya, Raline Shah mereka lebih tua dari aku belum nikah malah."

"Yang jadi pertanyaannya satu, emangnya kamu artis?"

"Ya bukan, tapi emang apa bedanya. Orang sama-sama perempuan."

"Aduh aduh, Mama bisa migrain kalau debat sama kamu. Sebentar Mama ambilkan sesuatu buat kamu," ucap Ratih lalu keluar dari kamar Listya.

"Ambil apa, Ma? Jangan bilang air? Aku udah bangun lho ngapain disiram?"

"Sebentar," ucap Ratih setengah berteriak. Namun beberapa saat kemudian ia kembali ke kamar Listya dengan membawa setumpuk undangan.

"Wah wah, apa itu?" Listya terkejut melihat banyaknya undangan yang Mamanya taruh di atas tempat tidurnya.

"Terakhir ngitung totalnya ada tiga puluh tiga, nggak tau kalau salah ngitung. Mama heran, kamu bisa punya temen sebanyak itu masa dari temen SD, SMP, SMA bahkan kuliah masa nggak ada yang nyantol satupun."

"Aduh Mama, bisa nggak sih di depan pintu rumah kita atau di depan pagar sekalian tulis tidak menerima undangan. Gajiku bisa abis kalau begini caranya."

"No komen, itu urusan kamu, Lis."

"Ini musim nikahan apa gimana ya," ucap Listya lesu.

"Ya makanya cepetan nikah biar nggak di undang terus, kamu yang gantian ngundang mereka. Jangan ngejomblo terus makanya."

"I'm single, Ma."

"Udah sama aja. Mau single mau jomblo intinya nggak punya pasangan, nggak ada yang ngapelin tiap malam minggu, nggak ada yang ngajak liburan ah pokoknya gitu deh."

"Mama tuh sentimen banget ya sama aku."

"Makanya, jadi cewek jangan galak-galak, apalagi baperan, terus omongan juga jangan sampe kayak netizen yang pake akun kloning, seenak jidatnya aja, ekstra pedas!!! Kamu harus lebih lembut, biar cowok tertarik."

"Perasaan Mama deh yang galak, bawel lagi!" Listya membela diri.

"Mama serius lho. Ohya, kebetulan hari ini Mama nggak arisan jadi kamu nggak usah jaga rumah. Main yang jauh sana, siapa tau ketemu jodoh."

"Mama ngusir aku?"

"Mama cuma mempersilakan kamu refreshing, tiap libur kerja kan kamu di rumah aja."

"Emang aku suka tinggal di rumah, Ma. Rasanya nyaman dan tenang."

"Ya boleh lah sekali-kali cari angin, jangan di kamar terus."

"Kamarku ada kipas angin jadi nggak perlu ribet-ribet cari angin."

"Atau gini aja, kamu mau cari jodoh sendiri atau Mama jodohin kamu sama Juragan tulang sapi?"

"APA???" Listya setengah berteriak. "Kalau mau jodohin sama Adipati Dolken, Herjunot Ali kek, Chico Jericho, Sehun atau deretan para personil boyband Korea yang kecenya permanen, masa sama juragan tulang sapi? Yang bener aja?"

"Cuma itu pilihannya," jawab Ratih sambil mengerlingkan mata.

"Oke, oke. Fine, hari ini aku jalan-jalan."

"Mama harap pulangnya ada cowok hilaf yang nganterin kamu."

"Ah udah ah, udah ah, aku mau mandi jadi tolong Mamaku yang cantik ini get out!" ucap Listya sambil membimbing Mamanya keluar dari kamar.

"Iya, iya, iya, tapi kamu harus inget pesen Mama. Bersikaplah yang manis, jangan kayak netizen yang pake akun kloning."

"Sip!" jawab Listya sambil menunjukkan jempolnya, kemudian ia menutup kembali pintu kamarnya. Setelah itu, ia mengambil handuk yang tergantung di dekat pintu.
Sebelum ke kamar mandi, Listya menatap tempat tidurnya yang berantakan di tambah puluhan undangan berserakan.

"Aduh, itu undangan bisa banyak banget gitu ya. Bisa dipastikan nanti bakal panas denger pertanyaan kapan nyusul. What The ..."

Listya kemudian masuk ke kamar mandi dan mulai melucuti seluruh pakaiannya.

~oOo~

Baru prolog yaa... cerita ini pengalihan Gia dari cerita yang lain biar gak bosen. Ibaratnya cuma iklan jadi jangan berharap konflik berat di sini... kebetulan cerita Gia yang lain pada tamat..

Tinggalkan jejak vote dan komen di part ini dong.. hihi

Oh, Jodoh!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang