Untung Bukan Kutukan

30.3K 3.1K 148
                                    



Vote dulu sebelum baca, boleh?

Happy reading 😍😍

Listya memasuki sebuah kamar tanpa mengetuk pintu karena itu memang sudah biasa ia lakukan, Listya bahkan sudah menganggap kamar itu adalah kamarnya sendiri. Ya, kamar itu adalah kamar Mia.

Setelah menutup pintu, Listya terus melangkah menuju Mia yang sedang tertidur dan memeluk bantal guling.

“Mia, bangun!” ucap Listya sambil menarik bantal guling sahabatnya itu. Namun Mia hanya membuka mata sejenak lalu menutup mata kembali.

“Mia kata nyokap lo, nikahnya malam ini,” ucap Listya.

What?” Mia langsung bangkit dari tidurnya, ia terduduk dengan mata yang masih mengantuk.

Melihat reaksi Listya yang menahan tawa, Mia langsung melemparkan guling ke arah Listya.

“Kapan sih lo nggak ganggu gue, Lis?”

“Perasaan lo deh Miong yang selalu ganggu gue. Lo jangan amnesia dong.”

“Yang gue tanyain adalah, ngapain lo ke sini?”

“Lo mah gitu, kalo sahabat yang ke sini malah ditanya ngapain. Kalo orang lain lo sambut dan manis-manisin sampe diabetes sekalian.”

Mia tertawa sejenak. “Ya udah gue cuci muka bentar,” ucap Mia. Tanpa perlu jawaban Listya, ia sudah melangkah menuju kamar mandi yang masih menyatu dengan kamarnya.

Setelah Mia masuk ke kamar mandi dan menutup pintu, beberapa saat kemudian terdengar ponselnya yang berdering. Listya memang sudah kembali mengubah mode diam menjadi dering seperti semula sejak kemarin.

Listya tidak tahu siapa yang menelepon. Dalam benaknya terlintas dua nama yaitu Mahesa atau Adam Rich. Tapi, kalau boleh jujur Listya tidak mau keduanya. Dua laki-laki itu sama-sama berpotensi membuat gadis itu kesal.

Setelah mengambil ponselnya dalam tas, Listya menatap nama pemanggil yang terpampang pada layar. Doanya kali ini dikabulkan Tuhan karena sang pemanggil itu bukan Mahesa atau Adam.

“Hallo, Ma,” sapa Listya setelah menempelkan smartphone-nya pada telinga.

“Lis, kamu udah pulang kerja?” teriak wanita di ujung telepon sana. Ya, wanita itu adalah Ratih. Listya bahkan sempat menjauhkan smartphone dari telinganya karena Ratih berteriak.

“Kupingku normal lho, Ma. Iya aku udah pulang kerja. Ada apa?”

“Nggak ada apa-apa sih, cuma mau tanya aja posisi kamu dimana. Masih sekitar kantor kah, di jalan kah, atau di mana? Kok Mama nggak denger suara kendaraan?”

Aku mampir ke rumah Mia, Ma.”

“Oh bagus kalo gitu.”

“Kok bagus?” Listya mulai curiga.

“Jadi Mama mau nitip seperti biasa, nanti Mama sms-in deh. Mampir ya ke Bahan bolu sebentar.”

Aku pulangnya mungkin agak gelap, Ma.”

“Nggak masalah. Kan buat besok. Udah gajian kan? Seperti biasa Mama ganti uangnya di rumah.”

“Iya, Ma. Pesenannya di sms kan ya, biar nggak lupa. Ada lagi?”

“Sebentar jangan ditutup dulu, Lis. Mama mau matiin tv. Tau nggak sih sedih banget ini film, Mama sampe pengen nangis. Kamu tau nggak judulnya, Lis?”

Oh, Jodoh!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang