Dasar Makhluk Astral!

28K 2.9K 289
                                    

Vote dulu, boleh? 😂😂

Bisikin typo, please..

Maaf ya tadi Gia juga nggak tau. Gia nggak pernah PHP kok. Dimaafin, kan?

oOo

Menurut kalian, Mahesa itu enak dipanggil Jin Tomang atau Makhluk Astral? Jawab jujur yaa.
-Listya bertanya-

Tio membukakan pintu rumah, sikapnya terlihat biasa saja. Bisa dipastikan kalau hanya Listya yang melihat Tio, sementara Tio dan Jesica tidak melihat keberadaan Listya tadi sore di mall.

Begitu masuk, Ratih sedang sibuk dengan tablet dan buku orderannya. Listya tidak mau mengganggu, lagi pula itu lebih baik dari pada Mamanya membahas tentang jodoh.

“Lis,” panggil Ratih saat Listya hendak menuju kamar.

Sontak Listya langsung menghentikan langkah. Menunggu Mamanya melanjutkan pembicaraan. Listya memprediksi sebentar lagi akan ada ceramah bertema jodoh.

“Kamu baru pulang?”

“Aku pulang dari satu dekade yang lalu, Ma,” kekeh Listya. "Ya iyalah, nggak liat aku baru dateng," lanjutnya.

“Naik apa?” Ratih mulai bernada menginterogasi.

Listya segera memutar otak, mencari alasan agar ia tidak jujur tentang Mahesa namun tidak juga berbohong.

“Duh, Ma. Kita bahas nanti lagi aja deh. Badanku lengket, pengen mandi.”

“Emangnya kamu abis ketemu Juragan lem, ya? Kok bisa lengket gitu?”

“Mama mau aku peluk, sini!” Listya berusaha mengalihkan.

“Enak aja, ya udah sana mandi. Mama juga lagi sibuk banget nih. Kalo kamu nggak sibuk bantuin Mama ya pas selesai mandi.”

“Oke Mama Ratih yang cantik.” Listya kemudian langsung berderap ke kamarnya. Saat melewati ruang tv ia melihat Tio yang sedang bersantai ria sambil menonton acara talkshow yang presenternya sedang menghipnotis bintang tamunya.

Ingin rasanya gadis itu memarahi adiknya yang berbohong tentang kerja kelompok padahal jalan-jalan dengan Jesica. Namun niatnya urung seketika, ini agar Tio tidak curiga tentang kegiatannya hari ini. Bagaimana kalau ternyata tadi Tio melihatnya dengan Mahesa? Bukankah itu sama saja dengan bunuh diri?

“Ngapain berdiri di situ, Kak? Latihan jadi patung pancoran?”

“Nonton tv aja! Belajar!” sembur Listya sambil berkacak pinggang.

“Capek, Kak. Seharian ini kan udah belajar kelompok.”

Fix. Tio bohong. Dia pikir gue nggak tau? Ajaran dari mana coba modus gitu. Pakek bohongin gue sama Mama. Huh..

“Kakak mau gantiin patung pancoran apa peran Ibu di Pengabdi Setan, sih? Dateng,-dateng Serem amat.”

“Lo bohong kan, Yo? Kakak tadi sore liat lo sama Jedar Jedor di mall. Bilangin Mama, baru tau rasa.”

“No pict sama dengan hoax.”

“Licik ya lo.”

“Kamer mandi di kamer kakak noh licik, makanya rajin disikat biar nggak kepeleset.”

Sial, kenapa leluconnya mirip sama lelucon Mahesa sih?

“Jangan lagi-lagi lo bohongin kami!” Listya mulai bernada serius. Jangan ditanya bagaimana nada galaknya, sudah naik level ke tingkat waspada.

Oh, Jodoh!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang