Seusai solat magrib, peserta kembali sebentar untuk menaruh perlengkapan solat. Selanjutnya mereka di arahkan menuju hall, untuk mengikuti acara open recruitment ekstrakurikuler.
Tidak mudah mengarahkan murid berjumlah ratusan itu, meskipun sudah di umumkan berkali-kali tapi tetap saja ada yang terlambat masuk hall. Banyak dari cowok-cowok yang tertangkap basah hendak naik ke rooftop untuk bersembunyi, namun gagal.
Aku yang telah menyelesaikan tugasku, kini membantu sie acara untuk menertibkan peserta yang berada dalam hall.
"Dek, jangan ada yang bersandar di tembok ya.." kataku pada peserta cowok di hadapanku.
"Kalau bersandar ke hati kakak boleh nggak?" celetuk salah seorang peserta yang membuatku mengerutkan kening.
"Cie.. pantun pantun." seru teman-temannya dengan riuh, yang membuatku kewalahan sendiri karena suasananya menjadi tidak kondusif.
"Dek, mohon pengertiannya ya, jangan ramai. Karena sebentar lagi acaranya akan dimulai, jaga kondisi tetap kondusif, oke?" kataku dengan tegas.
"Oke sayang."
Aku mengelus dada, meminta kesabaran lebih untuk menghadapi peserta yang kelakuannya kelewat asyik.
"Nes, di panggil kak Riska noh suruh ganti baju. Lo ikut perform ekskul kan abis ini?"
Aku mengangguk, lalu beranjak dari sana.
"Eh, Chayangku.. mau kemana?" seru peserta kelewat asyik tadi.
"Heh, diam dek!" tukas kak Siti galak.
Di dalam ruang sanggar tari, aku duduk santai sambil memperhatikan anggota ekskul tari tengah bersiap untuk perfom malam ini.
"Pakai ini," dengan sigap ku tanggap kaus oblong bertuliskan sanggar tari itu dari kak Riska, ketua sanggar.
Sebenarnya aku bukan anggota sanggar tari, boro-boro ikutan, dulu di SMP ujian tari aja aku dapet nilai B saja karena gerakan tubuhku begitu kaku kata guruku. Hanya saja karena MC dari ekskul tari sedang sakit jadi terpaksa aku yang menggantikan.
"Udah siap?" kata kak Riska menengahi lingkaran.
"Siap!" seru anggota sanggar tari lantang.
"Baiklah, mari kita jargon sanggar tari dulu, baru berdoa."
"Siap siap!"
Aku tak ikut, karena kak Riska hanya membutuhkanku sebagai MC saja.
Suasana di hall begitu meriah dengan suara tepuk tangan peserta yang mengapresiasi penampilan ekstrakurikuler musik yang terkenal dengan cowok-cowok cakepnya.
"Ekstrakurikuler apalagi ya setelah ini kak Nada?" ucap MC acara ORE pada rekan MC.
"Apa ya kak Rio, ada yang tahu setelah ini perform dari ekstrakurikuler apaaa?" sapa kak Nada dengan ceria pada peserta.
Terdengar berbagai jawaban, hingga membuat kondisi hall menjadi kurang kondusif, namun buru-buru kedua MC itu mempersilakan ekstrakulikuler selanjutnya untuk masuk.
Suara gending khas Banyuwangi mengiri penari berlenggak-lenggok menuju tengah pentas.
Tepuk tangan kembali menggema setelah berakhirnya penari tampil, aku mengambil alih mic dari tangan kak Nada.
"Selamat malam semuanya, buat kalian yang ingin bergabung bersama sanggar tari, boleh datang langsung ke sanggar untuk mengambil formulir pendaftaran. Terimakasih," ucapku dengan lancar. Sudah itu saja tugasku, tak sampai satu menit.
Acara kembali di ambil alih oleh MC kondang SMA Dwiwarna tersebut.
"Halo semuanyaaa, bagaimana dengan penampilan ekstrakurikuler Tari barusan? Ada yang berminat daftar?" seru kak Nada bersemangat.
"Buruan daftar ya karena kalian bakal ketemu kak Nada disana." sahut kak Rio menambahkan, sebelum berlanjut ke ekstrakurikuler selanjutnya.
Aku kembali menjadi panitia lagi, selesai membantu ekstrakurikuler tari barusan.
Karena tugas bagian perlengkapan tidak ada untuk saat ini, aku memilih untuk ke sie konsumsi untuk meminta cairan kafein.
"Kak minta kopi ya, ngantuk banget." kataku sambil mengangkat gelas kertas di atas meja yang langsung ku minum dalam keadaan hangat.
To be continue,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heartbeat
Teen Fiction[PROSES REVISI ULANG] ------ Nesia, begitulah orang-orang terdekat memanggilku. Sedangkan nama lengkapku adalah Indonesia, itu saja. Aku lahir bertepatan dengan hari kemerdekaan bangsa Indonesia, mungkin itu salah satu alasan kenapa kedua orangtua...