Wendy melangkahkan kakinya menuju taman kota yang biasa dia kunjungi sewaktu kecil sampai dia beranjak remaja, banyak sekali kenangan indah yang sampai sekarang masih segar dalam pikirannya yang menurutnya sangat sulit untuk dilupakan sekeras apapun dia mencobanya. Sudah 5 tahun dia pergi mengikuti ayahnya ke Kanada dan tak ada sehari pun ia lewati tanpa merindukan kampung halamannya; Seoul.
"Gak ada yang berubah dari tempat ini. Masih seperti biasanya" batin Wendy.
Perhatian Wendy dicuri oleh sebuah ayunan yang sudah usang dimakan usia. Dia memandang ayunan itu dengan dalam dan dia seakan dibawa kembali ke masa lalu saat dia berumur 16 tahun. Kembali dia rasakan sakit teramat dalam disaat dia harus mengucapkan selamat tinggal kepada sahabat sekaligus cinta pertamanya.
Dimana dia sekarang? Seperti apa rupanya? Apa kabarnya? Apa dia merindukanku?
⛄⛄⛄
Sejak ibunya meninggal, Wendy benar-benar berubah. Dia yang tadinya memiliki kepribadian yang ceria, hangat, dan menjadi "Happy Virus" bagi semua orang kini telah berubah menjadi orang yang dingin, acuh tak acuh hingga dia mendapat julukan "Ice Princess". Dia pergi ke Kanada bersama ayahnya untuk mendapat kehidupan yang lebih baik, tapi semua berbanding terbalik dari apa yang mereka harapkan, banyak hal yang terjadi semenjak mereka pindah kesana. Memang awalnya baik-baik saja, namun menjadi imigran tidaklah mudah ditambah lagi ayahnya sekarang seorang single parent yang harus merawat putri semata wayangnya itu sendirian tanpa ada anggota keluarga lain di Kanada. Maka dari itu mereka memutuskan untuk kembali ke Korea.
2 November 2012
"Hei Olaf pemalas, ayo bangun! Kamu mau menginap di kelas lagi? Diluar udah mulai dingin, aku gak mau membeku disini sama kamu." ujar seorang lelaki bertubuh jangkung yang dari tadi mencoba untuk membangunkan Wendy.
Ya, Wendy memang seseorang yang tidur dimana saja, dimana kepalanya mendarat disitu juga matanya akan terpejam dengan otomatis.
"Haaaaaah iya iya bawel. Ayo pergi, aku pengen melanjutkan 'hibernasi' di rumah aja." gerutu Wendy.
Disaat orang lain lebih memilih untuk berdiam diri dirumah sambil menikmati teh dan kue, kedua remaja ini berjalan menyusuri jalan yang dipenuhi daun kering yang jatuh ditiup angin. Wendy terlihat lemas dan sangat tidak bersemangat. Dia mendiamkan Chanyeol sepanjang jalan pasalnya si jangkung bertelinga lebar ini selalu menganggu waktu tidurnya
"Kamu mau diemin aku terus? Biasanya aja bawel banget sepanjang jalan sampe kuping aku panas karena mulut kamu gabisa berhenti ngomong. Kamu marah lagi gara-gara aku bangunin?" Chanyeol akhirnya membuka suara
Wendy masih diam, bukan karena dia masih kesal pada Chanyeol hanya saja perasaannya tidak enak saat ini. Entahlah, mungkin dia hanya lelah karena dihukum Pak Donghae tadi siang karena ketiduran saat mata pelajarannya.
"Kenapa rumahmu ramai sekali, Seungwan? Kenapa ada ambulans sama mobil polisi ?"
"Yaampun kasian anaknya ya, padahal anaknya masih terlalu muda untuk kehilangan sosok seorang ibu" Wendy tidak sengaja mendengar percakapan dua wanita paruh baya yang berjalan berpapasan dengan mereka.
"Ibu..." Wendy langsung berlari menuju rumahnya, dia ingin memastikan sesuatu.
Betapa hancur hatinya disaat melihat ibunya sudah bersimba darah, sang Ayah juga tak berhenti menangisi kejadian yang baru saja terjadi
"TIDAAK!! IBUUU!! JANGAN TINGGALKAN AKU!!"
Wendy menangis histeris, dia benar-benar tidak menyangka apa yang telah menimpanya hari ini, dia bahkan belum menepati janji pada ibunya yakni menjadi penyanyi terkenal, hati Wendy seakan tenggelam di dasar lautan sehingga membuatnya sulit untu bernapas. Chanyeol memeluk Wendy, sebuah pelukan yang hangat, dia tau Wendy membutuhkan itu dan apa yang dialami Wendy sekarang sungguhlah berat. Kehilangan ibunya dengan cara yang sangat mengejutkan dan memilukan. Di usianya yang masih terbilang cukup muda, dia masih membutuhkan sosok seorang ibu.
"Your mom is in a better place now. Biarlah ayah kamu yang urus siapa pelakunya" lelaki itu berusaha menenangkan Wendy.
"Mulai sekarang aku akan menjagamu. Apapun caranya aku akan menjagamu, Son Seungwan. I promise"
3 hari kemudian..
"Kenapa kamu bawa aku kesini, Olaf?" tanya lelaki yg sedang duduk disebuah ayunan usang.
"Aku harus pergi dari sini, Chanyeol. Ayah ingin pindah ke Kanada, dia udah relain kepergian ibu dan gak mau mengusut masalah itu lagi. Aku juga ga ngerti. Tapi mau gak mau aku harus ikut"
"Berarti.. kamu bakalan tinggalin aku, Seulgi, sama Irene nuna? Emang kamu gabisa tinggal? Dan soal kematian ibu kamu, kenapa kalian gamau usut? Kalian mau biarin pembunuhnya berkeliaran diluar sana? " suara Chanyeol terdengar bergetar dia meraih tangan Wendy dan menggengamnya.
"Aku mohon, Wan. Jangan pergi"
Wendy berusaha tersenyum didepan sahabatnya itu, dia juga tidak ingin meninggalkan teman-temannya disitu. Namun banyak hal yang telah dipikirkan dia dan Ayahnya secara matang. Mereka harus pindah dari Korea.
"Kepergian ibu membuat semuanya jadi rumit dan ga semudah yang kamu pikir. Aku pengen memulai kehidupan baru di Kanada sama Ayah, dan aku gak akan pernah kembali kesini, Park Chanyeol. Jadi aku mohon, tolong berhenti menghubungi aku, aku ingin lupain semua yang ada disini. Maafin aku kalo semuanya harus jadi seperti ini. Kamu ga akan ngerti. Terima kasih. Selamat tinggal."
Wendy melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu, sedangkan Chanyeol hanya terdiam tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa melihat bayangan Wendy yang semakin jauh.
⛄⛄⛄
"Wendy!!" teriak seorang gadis cantik berambut ungu keabu-abuan dari jauh
"Irene eonni?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise { Slow Update}
Fanfiction"Janji itu hanyalah rangkaian kata-kata manis penuh kebohongan"