Bab 3 - Putih Abu-Abu

149 16 19
                                    

Hari pertama di SMA, dari halte bus, Kaenin dan Kiara langsung berjalan menuju gerbang sekolah dan menjejakkan kaki mereka di gedung sekolah ternama di kota ini. Rasa bangga tersirat di dalam hati mereka. Bangga karena mereka berhasil melewati tes masuk yang sulit.

"Ki,"

"Apa?" sahut Kiara yang sedang mengaggumi sekolah barunya.

"Kok lo bisa ya keterima di sini?" Kiara terbelalak mendengar pertanyaan itu dan menjitak pelan kepala sahabatnya.

"Woi! Sakit, nenek gombel!" ringis Kaenin, disambut dengan rengekan Kiara, seperti biasa.

"Sakitan mana sama hati gue, Kae? Tega ya kamu nyakitin dedek?" ujar Kiara, sambil memegang dadanya dengan dramatis.

Kaenin tidak menggubris kelakuan ajaib sahabatnya. Ia melanjutkan langkah kakinya dengan santai, menuju ke kelas tempat ia berada selama 1 tahun ke depan.

"TUNGGUIN GUE KAENIN!!"

Kaenin menghela nafas. "Hancur sudah pagi gue yang indah," gumamnya.

"Eh, Kae! Liat deh!" Kiara menunjuk ke arah keramaian, "mereka ngerumunin apa? Mau liat gak?"

Mata Kaenin mengikuti arah tangan Kiara, "ayo, liat," sahutnya.

Merekapun berlari kecil menuju keramaian tersebut. Hmm terlihat seperti mading?

"Ki, kayanya itu daftar kelas deh," ujar Kaenin.

Kiara mengangkat kedua alisnya, "oh ya? Ayo buruan jalannya!'

Kiara menyusup ke dalam kerumunan itu. Wajar saja, tubuhnya yang kecil bisa menyusup ke mana saja.

"KAE! KITA SEKELAS!" ucapnya dengan bersemangat, "tapi, kita gak sekelas sama Gabriel," lirihnya.

Gabriel adalah satu-satunya sahabat laki-laki yang ia miliki. Kiara dan Gabriel sudah berteman sejak masih di dalam kandungan dan berlanjut sampai sekarang. Tentu saja, mereka sudah sangat mengenal satu sama lain. Menurut Kiara, tidak ada orang setelah keluarganya, yang sangat mengenal dirinya selain Gabriel, bahkan Kaenin sekalipun.

Kiara menghentak-hentakan kakinya karena kesal. Ia membalikan badan sambil tetap menghentakan kakinya.

"Gen, kok kita gak se–ADOH!!"

"Ups.." ringis Kiara, "maaf, Kak. Ga sengaja hehe," ia terkekeh melihat wajah kesakitan lelaki itu.

"Leh ugha nih cowok haha," pikirnya.

Kekehannya terhenti saat mendengar gerutuan lelaki tampan itu, "Badan sih boleh kecil, tapi sekali keinjek, udah kaya keinjek badak!"

Kiara sontak mendelik, "APA?! Tadi lo bilang apa?!" Lelaki itu tersentak kaget.

Setahunya, perempuan di depannya ini adalah adik kelas yang notabenenya adalah anak baru di sekolah ini. Selama ini belum ada adik kelas yang berani membentaknya seperti itu. Tentu saja, siapa yang berani menolak pesona Regan?

Regan tersadar dari keterkejutannya dan dengan segera mengendalikan emosinya.

"Keinjek lo udah kaya keinjek badak." ulangnya dengan tatapan datar.

"KENAPA LO NGATAIN GUE LAGI, HAH?!"

Regan menatapnya bingung, "tadi kan lo yang nanya gue ngomong apa. Gue ulang, kok malah marah?" sahutnya ringan.

Tak ingin terjadi pertengkaran, Kaenin menyeret Kiara yang tengah bersumpah serapah di depan 3 sekawan itu. Lelaki itu hanya terdiam melihat tingkah  aneh Kiara, sedangkan kedua temannya terkekeh geli. "Baru dia Re, yang berani ngebentak lo. Dia manis kok tapi."

"Ha ha ha. Ambil aja, Gen. Ikhlas gue," katanya sambil melirik ke arah sahabatnya, Genta.

"Boljug tuh, bener ya? Jangan nyesel loh,"

"Gak akan," Regan memutar bola matanya, "udah ah kenapa bahas dia. Ini lebih penting. Kenapa bisa kita gak sekelas?"

"Ya mana gue tau, Regan. Emang lo kira gue kepala yayasan?"

Regan mendengus, "tapi nyokap lo ada di bagian yayasan, jadi harusnya–"

"Gue bisa minta nyokap gue bikin kita sekelas gitu?" sambung Genta.

Regan mengangguk.

"Kayanya nyokap gue lebih mau gue gak sekelas sama siapa-siapa, Re," Genta menunjuk papan nama tersebut, "lihat, lo sekelas sama Anta dan gue terdampar sendirian,"

Regan tertawa, "oh? Ada Anta ya? Ya udah kalo gitu,"

Anta memiting leher Regan, "dasar pengkhianat!"

***

"Kia," panggil Kaenin. Namun, tak kunjung ada balasan. "WOI KIA!"

"Eh? Apaan, sih? Gak usah teriak-teriak, gue gak congek kali!"

Kaenin mendengus, "Dari tadi gue panggilin gak nyaut. Mikirin apa sih lo? Cowok yang tadi?"

"Iya," gumam Kiara. "tapi," lanjutnya, "kayanya gue pernah lihat itu cowok deh. Di mana, ya?"

"Halusinasi lo aja. Kita kan baru pertama kali masuk di sekolah ini, lingkungan baru, kecil banget kemungkinan kita tau dia itu siapa," ucap Kaenin, yang langsung diangguki oleh Kiara.

Tak berselang lama, Kiara melihat sosok yang sangat dikenalnya.

**
HAI! sori ya part ini pendek lagi. HAHA.
klo ada kritik & saran, boleh langsung komen ya! Dont forget to VOMMENT. Enjoy~

REGANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang