Bab 7 - Dia?!

104 6 4
                                    

"Kak?"

Tak ada jawaban.

"KAK? KAK VALDOO!!"

Kiara menggedor pintu kamar kakak pertamanya. Ia bangun kesiangan. Kaenin sudah berangkat sejak tadi, maka dari itu Kiara ingin meminta kakaknya untuk mengantarkan ke sekolah. Namun, sepertinya kakaknya itu tidak bisa diandalkan

"Ra?"

Kiara menoleh.

"Ara ngapain?"

"Kak, anterin aku dong! Kak Valdo kebo banget. Ngeselin!"

"Elo juga kebo, Ra. Kalo gak kebo gak telat bangun dong," ujar Revano Adrian–kakak kedua Kiara–sambil berjalan mengambil kunci mobil, "Cepet. Gue anter sekarang,"

Wajah Kiara berubah sumringah, "HORE! AYO KAK!" katanya seraya menarik tangan Vano.

***

"Bye, Ra. Belajar yang bener lo, kunyuk," ujar Vano sambil menepuk-nepuk puncak kepala Kiara.

Kiara mengangguk, "Iya, iya! Ara turun dulu. Dah, kak No!"

Kiara dengan segera turun dari mobilnya. Di kejauhan ia melihat sosok itu. Namun sepertinya dia salah lihat? Tidak mungkin kan, dia bersekolah di sini? Lagipula, dia tidak memakai seragam yang sama seperti Kiara, kok!

Kiara melangkahkan kakinya dengan cepat, menuju ke kelasnya. Sesekali ia berhenti untuk sekedar menyapa dan berbincang dengan teman yang dikenalnya.

"Ra!" suara itu.

Jantung Kiara berdegub kencang. Rasa takut melandanya. Keringatnya bercucuran.

Tidak. Kiara tidak boleh lemah lagi. Ia tidak boleh sampai bertemu dengan orang itu lagi.

"KIARA!" Kiara akhirnya menoleh. Benar. Orang itu.

Kiara segera berlari sekencang mungkin dan mengabaikan orang yang terus memanggilnya. Ia tidak tahu apa yang membuat orang itu bisa sampai ke sini. Kiara pindah ke sekolah ini karena ingin menjauh dari dia bukannya untuk dipertemukan lagi!

Semoga ini pertemuan terakhir setelah kejadian itu. Semoga..

***

Kiara yang baru meletakkan bokongnya di kursi langsung ditatap heran oleh Kaenin.

"Ki? Nape lo? Kok keringetan gitu?"

Kiara mendelik. Ingin menceritakan siapa yang baru saja ia lihat, namun tak ingin itu menjadi beban pikiran Kaenin lagi. Cukup sampai saat itu saja.

Kaenin yang merasa ada masalah yang sedang menimpa Kiara karena Kiara tak kunjung membalas pertanyaannya, terus saja mengganggu Kiara agar ia menceritakan apa yang baru saja terjadi.

"Ki, ayolah. Kenapa, sih? Gara-gara mau telat? Tapi enggak ah. Ini masih kurang 10 menit kok," ujar Kaenin. "Kenapa sih? Gitu ya gak cerita-cerita,"

"Bukan gitu, Kae!" Kiara mengerucutkan bibirnya, "gue gak mau ini jadi beban pikiran lo lagi."

Sebenarnya ada apalagi sih?

"Udah, Kae! Dibilangin gak usah dipikirin," ujar Kiara sembari menepuk lengan Kaenin, "Pak Bambi udah dateng tuh. Udah ah."

Kaenin menghela nafas, "Ya udah, tapi kalo ada masalah lo tau kan lo bisa cerita ke gue?"

Kiara mengangguk, "Tau kok. Lo emang kecebong yang paling bisa diandelin!"

"Sialan lo!"

"Kiara, Kaenin, tolong jangan ribut sendiri," suara Pak Bambi mengejutkan mereka berdua, membuat Kiara dan Kaenin langsung menutup mulutnya, "Oke, saya lanjutkan ya."

REGANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang