Bab 2 - Regan Reidiansyah

168 20 20
                                    

"Udah pagi?" lelaki itu bergumam dan menjawabnya sendiri, "oh? Ya ya. Aku bangun, aku bangun."

Sinar matahari yang memasuki kamarnya melalui jendela kaca itu membangunkannya dari tidur lelap.

Sadar bahwa hari ini adalah hari pertamanya di jenjang tertinggi di SMA, ia membuka matanya dan menoleh ke meja tempatnya belajar.

Ia menghela nafas, memandangi foto seorang perempuan kecil yang sedang tersenyum lebar. "Aku kangen kamu," katanya pelan sambil menyunggingkan senyum tipis, nyaris tak terlihat.

Ia terus menatap foto itu, pikirannya melambung ke masa kecilnya, pertama kali ia melihat perempuan itu.

"DEN REGAN!" teriakan itu membuyarkan lamunannya. "CEPET MANDINYA, DEN. MAKANANNYA DINGIN LOH NANTI!"

Regan mendengus geli. Selalu saja, pembantu rumah tangga yang akrab ia sapa Bik Iyem tidak akan berhenti mengoceh sebelum ia turun untuk sarapan. Mengingatkannya kepada sosok ibu yang melahirkannya.

Tidak, jangan berpikir bahwa Ibunya sudah meninggal dan Ayahnya pergi meninggalkan Regan seorang diri sehingga Regan tidak mendapat kasih sayang. Justru sebaliknya, orang tua Regan sangat menyayangi anak semata wayangnya ini.

Hanya saja, saat ini orang tua Regan sedang berlibur ke Maldives selama 2 minggu. Menurut mereka, ini merupakan honeymoon yang kesekian kalinya.

Regan tidak mengerti.

***

Regan menuruni anak tangga menuju ruang makan dengan rambut basah dan handuk yang masih tersampir di bahu kanannya. Bik Iyem segera menghampiri Regan, mengambil handuk itu seraya berkata, "Nih Den, diminum ya susunya" sambil menyunggingkan senyum.

Keluhan keluar dari bibir tipis Regan, "Aku bukan anak kecil lagi, Bik" ia mencebikkan bibirnya. Terlihat menggemaskan untuk ukuran lelaki berumur 17 tahun yang mempunyai tubuh maskulin.

Dengan terpaksa, Regan menghabiskan susunya. Ia tahu, Bik Iyem repot-repot bangun pagi untuk membuatkannya susu dan sarapan. Secepat kilat ia menghabiskan sarapannya dan berpamitan untuk berangkat ke sekolah.

"Aku berangkat ya, Bik!"

"Iya. Hati-hati ya, Den. Banyak jambret itu loh di jalan. Bibi kemarin lihat di berita. Serem loh, Den!" sahut Bi Iyem dengan logat Jawanya yang sangat kental.

Regan hanya terkekeh, menunjukkan lesung pipi yang hanya terdapat di pipi kirinya dan bergegas ke sekolah.

Tidak seperti lelaki SMA pada umumnya, Regan memilih menggunakan bus ketimbang menaiki motor sport nya menuju ke sekolah.

Alasannya adalah orang tuanya mendidik Regan agar menjadi anak yang sederhana walaupun mereka berasal dari keluarga kaya raya. Selain itu, menggunakan kendaraan umum dapat mengurangi kemacetan.

Tapi, bukan berarti Regan terpaksa melakukannya. Justru Regan senang menyaksikan keadaan di pagi hari yang sibuk, melihat orang berlalu-lalang, dan melihat bagaimana keadaan di sekitar. Tidak jarang Regan tersenyum ramah saat ia berpapasan dengan orang yang tak dikenal.

///

Haii! Ini part 2 nyaa! Makasih ya yang udah mau baca cerita abal inii
2 bab pertama emang buat perkenalan. Jadi aku bikinnya pendekk

jangan lupaVOMMENT yaaa :D

REGANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang