Bab 5 - Dia Siapa?

104 7 0
                                    

Kiara kembali ke kelasnya dengan semangat 45, mengingat baru saja ia melihat sosok lelaki tampan.

"Yang begitu tuh, baru ganteng. Kalah tuh si ketua osis nyebelin!" pikirnya.

"Misi, Pak! Nih, kunci lokernya," Kiara memberi kunci loker itu kepada Pak Raka sembari menebar senyum lebar. "Terimakasih, Kia. Silahkan kembali ke tempat dudukmu."

Kaenin terheran melihatnya. "Ki, lo kenapa cengar-cengir? Itu jidat lo juga kenapa benjol kaya ikan lohan gitu?"

"Sembarangan! Tadi gue abis ketemu pangeran. Ganteng banget, Kae. Tapi, pertemuannya gak elite. Masa ketemunya gue harus dijedotin pake pintu dulu sama dia?" cerocos Kiara.

Kaenin terdiam sejenak, berusaha mencerna.

Ah! Pangeran yang Kiara maksud pasti kakak kelas ganteng yang dia temuin di kelas XII IPS 2.

"Kakak emesh ya, Ki?" tanya Kaenin geli, disambut Kiara dengan antusias. "Iya!!"

***

Murid-murid berhamburan, mendengar bel tanda jam pulang berdering. Siapa, sih yang gak suka bunyi bel pulang secempreng apapun bunyinya?

"Tuh dia! GAB!"

Gabriel menoleh. Ah, Kiara dan Kaenin rupanya. "Apa?" katanya tanpa suara. Kiara hanya mengibaskan tangan, tanda memerintah Gabriel untuk mendekat.

"Gab, gue ketemu jodoh!" ujar Kiara sumringah.

Gabriel mengernyitkan dahinya dan meninju pelan pipi Kiara. "Lo ngimpi?" tandasnya.

Kiara mendelik. "Enak aja! Tadi tuh gue disuruh Pak Raka buat ambil kunci loker di kelas XII IPS 2, eh, pas mau keluar, gue kejedot pintu terus jatoh, ta–"

"BUAHAHAHAHA" Gabriel langsung menyemburkan tawanya, bahkan Kiara belum selesai bercerita.

Merasa ditertawakan, Kiara memukul lengan Gabriel. "Apaan, sih?! Dengerin dulu dong, Gab!" Kaenin ikut tertawa. Tak bisa dipungkiri, bagian Kiara jatuh di depan kakak-kakak kelas memang bagian terlucu.

"Hahaha. Oke deh, lanjut Ki" ucap Gabriel di sela-sela tawanya yang mulai mereda.

"Ya gitu. Pas gue jatoh, ada cowok ganteeeenggg banget di pintu! Ajegile." Kiara mendecak. "Gue gak tau nama dia, tapi gue inget banget muka dia. Bakalan gue cari tau"

"Kalo dia udah punya pacar?" tanya Kaenin.

Kiara tersenyum. "Selama janur kuning belum melengkung, masih boleh menikung!" Setelahnya, ia tertawa terbahak-bahak.

Jangan heran dengan selera humor Kiara yang rendah. Apapun akan ia tertawakan. Dan tentu saja Kaenin dan Gabriel hanya menggelengkan kepala melihat Kiara.

***

"Itu cewek ceroboh amat, sih? Heran gue. Itu pala atau batu? Udah kejedot lantai, kejedot pintu pula. Cewek bar-bar."

Ctak! "Duh.." ringis Regan. "Apaan dah lo? Jitak-jitak wae. Sakit tau!"

"Ta, marahin si Genta tuh. Main jitak sembarangan. Orang gue gak ngapa-ngapain"

Genta memutar bola matanya. "Heh. Dari tadi tuh kita berdua manggil lo. Mikirin apaan sih? Gak fokus amat perasaan."

Regan terdiam. "Gue mikirin itu cewek ceroboh? Enggak sih. Gue cuma heran aja kenapa dia petakilan banget. Dan kenapa dia ngeliatin Anta napsu banget tadi"

"Kan, bengong lagi. Serah lo deh, Re." Genta mendengus. "Ahh, jangan-jangan..."

"Apa?"

"Lo mikirin cewek bar-bar nan manis yang nginjek kaki lo tadi ya? Ngaku lo." tuduh Genta. Ada benarnya juga, sih. Eh, Regan bukan iyain bahwa Kiara itu manis ya!

"Iya," sahut Regan, "tapi bukan mikirin yang enggak-enggak. Gue mikir, dia tuh ceroboh banget. Lo tahu gak? Ta–"

"Gue tempe," potong Gensa. Raut wajahnya datar. Menyebalkan.

Regan mendelik. "GUE BELOM SELESAI NGOMONG!" kata Regan. "Tadi dia masuk kelas gue buat ambil kunci loker kelas gue di Pak Danang. Terus ya, dia jatoh dua kali masa? Terus dia tadi ngeliatin Anta lekat-lekat banget!" lanjutnya.

Anta menoleh, merasa dirinya menjadi bahan perbincangan. "Ngeliatin gue? Mungkin abis gue dari toilet tadi, resleting gue belom ketutup. Jadi dia heran?"

Genta menghela nafas. "Re, temen lo pinter-pinter goblok, ya"

"Hm? Bukan kok. Dia bukan temen gue. Gak kenal."

"Bentar deh, Re. Emang kenapa kalo dia liatin gue? Lo... cemburu?" ujar Anta sambil menunjukkan senyum jahilnya.

Regan tentu saja menolaknya mentah-mentah, "Gaklah! Lo gila? Gue bisa babak belur kalo pacaran sama cewek bar-bar begitu!"

"Eh? Gue gak ngomong lu bakal pacaran sama dia loh?" Terus saja, Anta. Lanjutkan.

"Tau ah!" kata Regan sambil kembali meringkas pelajaran Biologi di hadapannya. Genta mendengus geli. Memang tak salah sih kalau ada salah satu dari mereka yang menyukai Kiara. Dia imut walaupun sedikit bar-bar.

Anta sendiri saat ini terfokus pada pembicaraan mereka beberapa saat yang lalu. Ada yang memperhatikan dia? Perempuan yang tadi ia tolong? Hmm. Lumayanlah. Cantik kok.

Tapi, nama dia siapa ya?

----

Hai! Ini dia part lanjutannya.
Kalo ada kritik saran langsung comment atau chat aku juga boleeh.
Jangan lupa vomment yaa!

REGANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang