Bab 4 - Tragedi 12 IPS 2

123 6 1
                                    

Kiara melihat sosok yang sangat dikenalnya dan menghampirinya.

"Gabriel!" teriak Kiara. Dengan bersemangat, ia menghampiri sahabatnya itu. "Kita gak sekelas, Gab," raut wajahnya berubah sendu.

"Oh ya? Cihuy, gue bebas dari lo dong? Akhirnya.." sahut Gabriel, disambut dengan jitakan di kepalanya. "Sembarangan ngomong! Gak ada gue, dijamin lo kesepian di kelas!"

"Gak bakal tuh. Gue bakal baik-baik aja," sanggah Gabriel, walau dalam hati, ia membenarkan bahwa ia akan merasa sepi jika tidak ada Kiara di sampingnya. Kiara yang masih menggerutu terlihat lucu di mata Gabriel.

Gabriel menepuk-nepuk puncak kepala Kiara, "Bercanda kok, Ki,"

Kaenin yang menyaksikan hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah konyol mereka.

"Nape lo geleng-geleng? Latian buat masuk ke boneka Masha di trotoar?" Gabriel mengejek Kaenin, seperti biasa.

Kaenin mendelik. Ingin membalas namun ia sudah lelah bertengkar dengan Gabriel. Sudah cukup sejak SMP mereka bertengkar.

Kiara memang bersahabat dengan Gabriel, tetapi bukan berarti Kaenin juga merupakan sahabat Gabriel. Justru, Gabriel dan Kaenin tidak pernah akur. Setiap kali bertemu, mereka selalu beradu argumen, apapun itu, membuat kepala Kiara pusing.

***

Pagi itu, seluruh siswa baru berkumpul di lapangan, untuk diberi pengarahan seputar sekolah baru mereka oleh OSIS.

Tak disangka, laki-laki yang membuat Kiara naik darah tadi pagi adalah ketua OSIS SMA mereka. Melihat itu, kalimat asal Kiara langsung keluar dari bibirnya.

"Dia ketua OSIS? Gimana bisa? Bukan tampang-tampang berkharisma dan berwibawa tuh. Idih," ia mencibir. Gabriel hanya bisa tertawa.

"Jangan ngomong gitu. Lo benci lama-lama cinta loh," ujar Gabriel di sela-sela tawanya. Kiara hanya mendengus tak setuju. Ia sedang tidak berminat untuk berdebat pagi ini.

Setelah pengarahan usai, setiap kelas mendapat kesempatan berjalan mengelilingi sekolah secara bergilir, dipandu oleh beberapa anggota OSIS.

"Ca-capek."

"Yaelah Ki. Ngelilingin sekolah aja capek," Kaenin mendengus. "Gimana nanti ngejar cowok impian lo?"

"APA SIH? Cowoklah yang ngejar gue, masa gue yang ngejar mereka?!" sahut Kiara dengan sewot.

Gabriel memutar bola mata. "Emang ada yang mau ngejar lo?"

Gabriel terbahak melihat pelototan Kiara, begitu juga Kaenin. "Gue akui, kali ini lo bener, Gab," kata Kaenin.

"Gue emang selalu bener," Gabriel tersenyum, "gak kaya lo!"

"Liatin ya kalian! Nanti ada kok cowok ganteng yang ngejar gue. PASTI!" Kiara masih bersikeras.

Kaenin mendengus geli. Tak ia tangkis bahwa Kiara akan berfikir seperti itu. Kiara mempunyai wajah oriental dengan rambut sepunggung berwarna hitam legam, membuat siapa saja akan mengakui kecantikan Kiara.

Jangan bayangkan Kiara secantik Raisa. Tidak, tidak seperti itu. Bisa-bisa Kiara kegeeran.

***

Perkenalan kelas adalah hal paling membosankan saat hari pertama masuk. Akui saja. Iya, kan?

Kiara dan Kaenin juga merasakan hal yang sama. Namun, sepertinya hari ini Kiara sedang bernasib mujur di tengah kebosanannya itu.

Kiara diperintahkan Pak Raka, selaku wali kelas mereka untuk mengambil kunci loker di 12 IPS 2.

Kiara dengan senang hati melakukannya. Kaenin tau apa yang dipikiran Kiara.

"Gue mau modus! Kali aja ada kakak-kakak ganteng. Hahaha"

Dasar cewek.

***

"Tok, tok" Kiara mengetuk pintu perlahan. Lalu, masuk ke dalam kelas IPS tersebut.

"Permisi, Pak, " katanya, "Saya diperintahkan Pak Raka untuk mengambil kunci loker kelas 10.1"

"Ada di le–"

BRUK!!

Hening.

"Aduduh.." terdengar rintihan Kiara memecah keheningan, "Tali sepatu sialan!" rutuknya.

"Aduh nduk, kamu gapapa, toh?" tanya guru itu dengan logatnya yang terdengar jelas.

Dalam hati, Kiara menggerutu. Bagaimana bisa dia bertanya apakah dia baik-baik saja?

Namun, ia menjawab, "Gak apa kok, Pak. Kuncinya di mana ya?"

"Lain kali hati-hati, nduk. Kunci'e nenggone* lemari,"

Dengan terburu-buru, ia mengambil kunci loker, berpamitan dan segera berlari ke arah pintu. Kiara hendak membuka knop pintu tersebut dan..

BRUK!!

Hening.

Perlahan, pintu terbuka. Di ambang pintu, ada sesosok lelaki yang menatap Kiara datar.

Dia menyodorkan tangannya ke pada Kiara, "Berdiri," ujarnya dingin.

Kiara terkesiap. Satu kata itu membuyarkan lamunan Kiara yang sedang asik memandang ciptaan Tuhan yang indah. Dengan segera, ia menggapai tangan lelaki itu. Kesempatan! Kapan lagi?

Setelah membantu Kiara berdiri, lelaki  itu segera melangkahkan kaki menuju tempat duduknya, masih dengan muka datar itu.

Kepala Kiara dengan otomatis mengikuti pergerakan laki-laki tampan itu. Setelahnya, ia langsung berjalan keluar dari kelas itu dengan hati berbunga-bunga.

Kiara tidak sadar, ada yang menatapnya penuh tanda tanya.

***

Bel istirahat berbunyi, siswa siswi berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing, siap menyantap makan siang mereka.

"Akhirnya istirahat juga,"

"Perut gue keroncongan nih,"

"Kantin, kuy!" ucap Regan sambil merangkul pinggang kedua sahabatnya.

"Dasar gay, jangan rangkul-rangkul pinggang gue. Nanti doi gue ilfeel!"

Regan mencibir. "Kaya ada yang mau sama lo aja," setelah kalimat itu terlontar, Regan mendapat hadiah jitakan dari Genta.

Anta–sahabat Regan–yang paling pendiam namun paling menghanyutkan dari mereka bertiga tidak menghiraukan perdebatan itu.

Tidak ada yang menyadari bahwa ada hal lain yang menarik fokus Anta.

Untuk kalian ketahui, Anta adalah tipe cowok pendiam dan misterius. Anta adalah sorotan bagi siswi-siswi di sekolah ini bukan karena ketampanannya. Anta memiliki daya tarik tersendiri, yang tidak dimiliki oleh banyak orang.

Berbeda dengan Genta, selain tampan ia juga handal dalam memetik senar gitar dan bermain basket. Hanya saja, Genta menyimpan banyak rahasia yang hanya dirinya saja yang tahu. Bahkan Regan dan Anta pun tak tahu. Rahasia kelamnya itu, dipendamnya sendiri, ditutupi oleh keceriaannya setiap hari.

Regan? Hmm. Ikuti saja kehidupannya sekarang. Dijamin tidak menyesal.

------

*nenggone: ada di

Hai! Makasih ya yang udah baca ceritakuu. Walaupun aku masih sedih karena yang baca ceritaku kebanyakan karena mau di voteback😥 hahaha

REGANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang