Bab 9 - Prioritas

103 5 0
                                    

"REGAN!"

Saphira.

"Hai, Sa," Regan tersenyum manis. Manis sekali.

Saphira berjalan mendekati Regan.

"Cewek tadi siapa?" katanya sambil memainkan kancing seragam Regan, "lo masih suka, kan sama gue?"

Regan mengangguk, "masih. Kalo lo?" Regan menyelipkan anak rambut Saphira, "masih belom suka sama gue?"

Saphira meringis, "Jangan bikin gue ngerasa bersalah dong!" Saphira menggaruk tengkuknya, "gue cuma belom siap aja, masih mau liat seberapa besar sih cinta lo, tapi kalo suka sama lo sih.. Yaa.. Belomlah."

Regan terlihat berfikir. Harus dibuktikan dengan apalagi?

"Iya, nanti gue bakal tunjukin kalo gue emang sayang banget sama lo," Regan mengelus rambut Saphira, "dari kecil sampe sekarang rasa cinta gue gak pernah berubah,"

Saphira hanya menunjukkan senyum tipis dan mengangguk perlahan.

"Nanti mau pulang bareng gak?" tawar Regan.

Saphira terlihat menimbang-nimbang sebelum akhirnya menyetujui, "oke, boleh,"

"Oke," senyum Regan mengembang, "gue ke kelas dulu ya. Love you,"

"Bye, Re." jawab Saphira seadanya dan ia juga segera berbalik menuju ke kelasnya.

Bye doang? pikir Regan. Ia menghela nafas. Kapan Saphira sadar bahwa Regan memang benar-benar mencintainya bahkan ia sudah tertarik sejak pertama kali mereka bertemu 12 tahun yang lalu, tepatnya saat mereka kelas 1 SD.

Regan 12 tahun lalu hanyalah bocah ingusan yang cengeng. Regan menangis dan meronta-ronta kepada Ibunya bahwa ia ingin pulang karena ia salah seragam. Regan tidak mau bersekolah hari itu. Namun, saat ia berada di gendongan Ibunya, ada seorang gadis cilik yang menarik-narik seragamnya.

Saat itu Regan bingung. Ibu Regan menurunkan Regan dari gendongannya.

"Jangan nangis," ujar gadis itu sambil mengusap wajah Regan dengan saputangan bergambar Hello Kittynya, "Ini, buat kamu aja," gadis itu menyerahkan sapu tangan kesayangannya.

Regan menatapnya dengan bingung, "aku gak suka Hello Kitty, aku sukanya power ranger," ucapnya polos.

"Ih, kamu nih! Kata mamaku, kalo orang ngasih sesuatu harus diterima. Gak sopan!" gadis kecil itu menggerutu dan mengerucutkan bibirnya, "nih, ambil!"

Akhirnya, Regan mengambil sapu tangan itu. Gadis itu segera pergi dari hadapannya. Tak berselang lama, Ibu Regan menggandeng tangan Regan untuk pulang ke rumah. Sedangkan Regan memikirkan bocah cilik itu. Dia tidak tau, di umurnya yang masih bau kencur, ia mulai tertarik dengan perempuan. Padahal, mengenal kata cinta saja belum.

Sampai sekarang, Regan masih menyimpan saputangan Hello Kitty itu. Warnanya sudah memudar memang, tetapi bagi Regan, memori itu tidak akan pernah ikut pudar.

***

Kiara termenung di kelasnya. Baru ia seorang diri yang datang. Dia tidak sedang memikirkan kekesalannya terhadap kedua kakaknya. Ia lebih memikirkan, bagaimana Arka bisa sampai ke Jakarta? Indonesia itu luas. Kenapa ia harus bertemu Arka lagi sih? Memang sih, jarak Bandung-Jakarta tidak terlalu jauh. Tapi, tetap saja. Seperti tidak ada kota lain selain Jakarta saja.

"Eh.." tiba-tiba Kiara teringat sesuatu.

"Gabriel dari kemaren ke mana ya?" ia melirik jam tangannya, pukul 6 lewat 30 menit.

Setelah melepas tasnya, ia beranjak keluar dari kelas. Namun, belum sampai di pintu, seseorang menerobos masuk ke kelasnya.

"Kiara."

REGANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang