Bab 6 - Bau Kaki

99 7 0
                                    

haii semuaaa. sori aku lagi ulangan akhir semester nihh jadi gak sempet update.. ini seadanya dulu ya hehehe. kalo ada saran, langsung komen ajaa:))

***

Beberapa minggu berlalu sejak tahun ajaran baru. Pelajaran telah lama dimulai. Ulangan dan tugas pun kian hari kian menumpuk. Jenuh? Tentu saja.

"Gab,"

"Hm?"

Kia menghela nafas. "Nilai gue turun nih. Jelek banget," Ia mencebikkan bibirnya, "masa fisika gue dapet 39? Gue kan mau masuk jurusan IPA, Gaabb,"

Sekolah Kiara baru melakukan penjurusan di kelas 11. Maka, saat kelas 10, mereka masih mempelajari semua mata pelajaran, baik IPA maupun IPS. Nilai mereka merupakan penentu jurusan mereka. Perjuangannya dua kali lipat dibanding mereka yang sudah penjurusan di kelas 10. Melelahkan.

Gabriel melirik Kiara sekilas, lalu melanjutkan sesi makannya. "Belajarlah, neng."

"Kia udah belajar, Gab. Tapi nilai dia segitu-segitu aja. Kayanya dia perlu dikasih pelajaran tambahan deh," sahut Kaenin.

Gabriel menoleh, menaikkan satu alisnya. "Nyamber aja lo, nenek gombel" katanya.

"Lo tuh, ya! Ngajak ribut gue doang kerjaannya!"

Mulai deh.. Pikir Kiara. "Udah woi ah. Jangan salahin gue kalo gue jadi mak comblang kalian"

"AMIT-AMIT JABANG BAYI!"

Kaenin mendelik kesal. "Heh?! Emangnya lo pikir gue mau sama-"

"YA TUHAN! ITU SI KAKAK ES CENDOL." teriakan tertahan Kiara memotong sumpah serapah Kaenin. Matanya berbinar. "Astaga, siapa sih nama dia? Aduh, manis-manis dingin. Bener-bener mirip es cendol" Kiara mendecak dan menyeruput es cendol di depannya.

Matanya terfokus menatap lelaki pujaannya itu. Bahkan, ia tak menghiraukan Gabriel dan Kaenin yang mulai meledeknya. Sebaliknya, ia malah berangan-angan.

Ah, seandainya...

"Kiara, hari ini kamu cantik," lelaki itu tak henti memuji paras Kiara. Ia mengelus rambut Kiara dengan penuh sayang.

"Hari ini doang?" Kiara memberengut, membuat lelaki itu terkekeh pelan. "Gak kok. Tiap hari!"

Tercipta keheningan cukup lama setelahnya. Awkward!

Cicitan Kiara tiba-tiba terdengar, ia berbicara dengan sangat pelan, "Kak, boleh minta cium pipi gak?" katanya malu-malu.

Lelaki itu hanya tersenyum, tak habis pikir dengan permintaan pacarnya ini, "Bolehlah," katanya dan dengan cepat mencium pipi Kiara.

"Kak?" sahutan Kiara membuat lelaki itu melepaskan bibirnya dari pipi Kiara.

REGANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang