Bab 10 - Kakak Es Cendol

99 5 1
                                    

"Jadi, gitu.." ujar Regan mengakhiri ceritanya.

Anta mengangguk-angguk tanda mengerti, "ternyata emang bener. Benci dan cinta itu beda tipis,"

Regan menoleh, "hei, gue gak bilang gue cinta dia kan?"

"Belom Re, bukan enggak,"

Regan memutar bola matanya, "kan lo yang bilang lo tertarik sama dia,"

"Hm. Iya sih, tapi gue mau minta izin dulu nih ke lo," Anta terkekeh geli, "gue boleh nikung Kiara gak?"

"Dengan senang hati,"

"Oke, siap laksanakan,"

Regan teringat sesuatu. Bukankah Kiara sudah memiliki pacar? Tadi pagi dia kan pelukan sama pacarnya?

"Anta,"

Anta menoleh, "apa?"

Regan menimbang-nimbang. Beritahu tidak ya? Nanti Anta patah hati. Tapi mungkin sebaiknya jujur dari awal saja.

"Kiara udah punya pacar,"

Anta mendelik, "siapa?"

"Anak angkatan dia. Gue juga gak tau siapa," Regan menatap manik mata Anta, "tapi tadi pagi mereka pelukan,"

Anta tertegun. Benarkah? Ia menghela nafas, "yaudah, gak apa-apa. Toh janur kuning belum melengkung," lalu ia tertawa.

"Hahaha," Regan ikut tertawa, "gile lu, ndro. Beneran jatuh cinta ya lo sama Kiara?"

Anta menerawang, "mungkin iya," ucapnya pelan lalu tersenyum.

Regan merasa tak enak di dadanya mendengar ucapan Anta yang menyatakan bahwa ia menyukai Kiara. Tapi kenapa? Bukankah Regan memang mendukung Kiara dan Anta? Kenapa jadi ia yang uring-uringan?

Regan membuka aplikasi LINE di ponselnya dan mengirimkan pesan singkat kepada Saphira.

Regan. R: Ra, sorry hari ini gak jadi pulang bareng ya. Aku ada urusan penting. Besok aja ya😊
Regan. R: Love you.

***

"Lo lama banget sih?!" ketus Regan. Ia menunggu Kiara sekitar 30 menit. Dia pikir Kiara tidak jadi datang. Baru saja ia berniat meninggalkan kelas sebelum akhirnya Kiara datang dengan tergopoh-gopoh.

"So... Rihh.. Hhh.." Kiara berujar sambil mengatur nafasnya. Bagaimana tidak? Ia berlari menaiki tangga dari lantai 1 ke lantai 3 dengan membawa tas sekolah dengan pernak-pernik lainnya di tangannya. Sebenarnya ia anak sekolahan atau kuli sih?

Regan masih duduk di bangkunya, "kemana aja sih lo?"

"Sori, tadi panggilan alam,"

"Oh.. Kebelet pipis ya, yaudah,"

"Bukan, tadi gue boker," jawab Kiara tanpa rasa bersalah.

Regan mendelik, "Gak usah diomong!" ia menarik kursi di sebelahnya, "duduk."

Kiara menurutinya.

1 jam berlalu, kantuk mulai menyerang Kiara.

Kenapa fisika susah banget sih? Pikirnya.

Matanya mulai mengerjap-ngerjap. Kiara memutuskan untuk menopang kepalanya dengan kedua tangan yang dilipat di atas meja. Nah, begini lebih baik.

"Jadi, kalo kaya gini, lo harus pake rumus Q = m.L. Lo udah nger–" ucapan Regan terputus. Kiara sedang mendengkur halus di sebelahnya.

"Astaga ini cewek satu! Bisa-bisanya ketiduran," Regan melihat jam kelas, "masih jam 3 sih, gak usah gue bangunin dulu kali ya," Regan memperhatikan wajah Kiara dengan seksama, "capek bener kayanya ni bocah satu,"

REGANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang