Lima Belas

5.7K 339 1
                                    

Tik...tok...
Suasana kamar terasa sunyi, sangat sunyi. Hanya suara detik jam yang menemaninya. Suara dari kamar Baekhyun dan Chanyeol pun tak terdengar lagi. Kai juga tampak sudah tertidur pulas. Namun, tidak dengan D.O, ia masih memikirkan perkataannya tadi. Ia berharap, semoga Afra tak marah padanya, dan mereka dapat berteman seperti saat mereka masih kecil. Ia menatap kosong ke arah langit kamar. Dan beberapa saat kemudian, D.O sudah terlelap.
***

"PAGI SEMUA!!!" itu suara Je Rim.

Yang benar saja, D.O merasa terkejut. Bagaimana tidak, suara Je Rim terdengar ke seluruh apartemen EXO. Untung saja apartemen mereka kedap suara. Kalau tidak, bisa - bisa terdengar ke seluruh apartemen. D.O merasa pagi sangat cepat, ia bergegas bersih - bersih dan kemudian turun ke dapur memasak makanan untuk mereka.

"Biar ku bantu, bolehkan?" tanya Je yang sudah berdiri dibelakang D.O.

"Kamu bangunkan saja yang lain." ucap D.O tanpa melihat lawan bicaranya.

"Baiklah."

Je Rim memulai perintah yang dikatakan D.O, membangunkan para adik - adik manis, oh, Je Rim kadang merasa geli mengingat hal itu. Dan selama lima belas menit yang Je Rim lakukan untuk menunggu semuanya. Nah, semua sudah mandi, wangi, dan rapi. Saatnya, sarapan.

"Oh, kau benar - benar ibu yang baik." ucap Chanyeol yang memeluk D.O dari belakang sambil tersenyum menghayalkan ibunya.

Sontak membuat member yang lain dan juga Je Rim tertawa melihat tingkah lucu Chanyeol.

"Iya nak, duduk yang manis ya."

Mereka tak percaya dengan jawaban D.O. Alhasil, tawa mereka kembali pecah. Lay dan Sehun, memegang perutnya yang sakit akibat terlalu banyak tertawa. Baekhyun juga terlihat memegang perutnya dan mengatur napasnya.

"Sarapan siap, selamat makan!" seru D.O.

"Selamat makan!!" seru mereka semua serentak
***

"Kak, aku pergi ya. Kakak gak ke kantor?" tanya Afra sambil membaguskan jilbabnya.

"Emangnya kamu mau kemana Ra?" tanya Risni balik yang masih menatap televisi.

"Ada urusan di kantor sama Rae Sun. Aku pergi, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Afra lalu keluar dari apartemen nya. Berjalan santai menuju lift sambil mendengar musik dari earphone. Ia kemudian menekan tombol ke bawah. Beberapa saat kemudian pintu lift terbuka dan Afra berjalan memasuki lift yang kosong itu. Ia masih mendengar musik sambil bersandar dan memejamkan matanya, tangannya ia lipat didepan dada sambil menunduk.

Terasa lift berhenti, Afra membuka matanya. Lantai 5, pikir Afra. Pintu lift itu terbuka perlahan. Gadis itu menghela napas pelan.

Akbar Sholeh.

Ya, Afra tak salah lihat. Pria yang baru masuk ke dalam lift bersama dengan sepasang orangtua yang sudah renta itu memang Akbar Sholeh. Ia sangat ingin pergi dari sana sekarang juga.

Astaghfirullah...

Afra hanya bisa beristighfar dalam hati. Pria yang disampingnya itu sesekali melirik ke arahnya. Pintu lift terbuka, Afra langsung keluar setelah sepasang orangtua tadi keluar terlebih dahulu. Ia tak ingin berlama-lama disana. Apalagi dengan pria itu.

Akbar sedikit berlari menyesuaikan langkahnya dengan Afra yang berusaha menghindar.

"Assalamu'alaikum Ra, bisa bicara?"

Afra berhenti, kemudian membalikkan badannya. Ia menatap mata Akbar sebentar dan dengan cepat ia alihkan pandangannya.

"Wa'alaikumsalam, ada apa? Aku tak punya banyak waktu, aku harus pergi." ucap Afra.

Akbar tersenyum miris, "kita bicara saat makan siang saja. Tenang, kita tak akan makan berdua, aku akan mengajak temanku." kata Akbar.

"Baiklah, assalamu'alaikum." ucap Afra kemudian berlalu dari Akbar yang sebelumnya menjawab salamnya. Ia berjalan menuju motornya.

Ia membawa motor itu memecah jalan raya yang kian ramai. Membawanya dengan kecepatan normal dan selalu berzikir agar pikirannya tetap tenang setelah bertemu pria itu.

Afra kemudian memarkirkan motornya, meletakkan helm dan bergegas masuk ke dalam. Ia melihat Rae Sun sedang serius dengan berkasnya. Gadis itu lalu duduk di depan Rae Sun. Wanita itu langsung menghentikan aktivitasnya saat Afra duduk dihadapannya.

"Ini pakaian kamu untuk besok malam. Sekarang, kamu bantu aku menyelesaikan berkas-berkas ini." ucap Rae Sun.

"Baiklah."
***

Setelah sholat zuhur dan mendapat izin dari Rae Sun. Afra kemudian memenuhi undangan makan siang Akbar. Ia berjalan santai menuju restoran Indonesia. Sani's Food Indo, dan restoran itu merupakan milik teman Afra, Lailan.

Ia berjalan menuju ruang VIP yang berada di ujung ruangan reguler. Ia membuka pintu perlahan. Ada lorong pendek menuju ruangan yang begitu luas. Disana ada Akbar dan seorang pria yang sangat asing bagi Afra. Pria itu membelakanginya dan hanya Akbar yang melihatnya masuk ke dalam.

"Assalamu'alaikum." salam Afra yang masih berdiri di tempatnya.

"Wa'alaikumsalam, mari duduk Ra." tawar Akbar.

Gadis itu kemudian duduk dan terkejut dengan apa yang dilihat. Ia masih tak percaya, kenapa Akbar bisa tahu? Padahal, ia baru mengetahuinya beberapa hari ini.
***

Assalamu'alaikum guys, sorry lama update. Aku juga kagak tau mau buat apalagi. Semoga bagian ini jelas, aamiin. Segitu aja, vomentnya jangan lupa yaa 😃😀

Jangan lupa tinggalkan jejak 😊

Muslimah In SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang