Dua Puluh Tujuh

4.5K 272 2
                                    

Seharian ini semua crew yang bekerja untuk ulang tahun salah satu stasiun televisi sudah bekerja keras. Mereka sedang istirahat dan beberapa crew yang lain tengah mempersiapkan penampilan selanjutnya.

Afra yang tadi sudah melaksanakan ISHOMA(Istirahat, Sholat dan Makan), beranjak dari duduknya dan mengecek daftar penyanyi dan artis yang akan tampil.

Suara dari mc telah terdengar dari panggung melanjutkan acara. Afra berjalan menuju sebuah ruangan. Di pintu ruangan itu tertulis Fachri Abdullah, Seoul.

Entahlah, Afra baru mendengar nama penyanyi yang berasal dari negeri gingseng itu. Ia mulanya berpikir kalau pemuda itu merupakan penyanyi pendatang baru.

Ia membuka pintu itu dan sedikit masuk. Pemuda itu terlihat sibuk merapikan pakaiannya dibantu dengan fashion style nya dan posisinya membelakangi Afra.

"Mas, langsung ke belakang panggung ya." ucap Afra pada pemuda itu dengan menggunakan bahasa Korea.

"Oke mbak, hampir selesai." ucap seorang hair styles pemuda itu yang juga bekerja disana merapikan rambut pria itu.

"Oke."

Afra kemudian pergi ke belakang panggung. Ia berdiri disana sekalian mencek sekali lagi daftar penyanyi dan artis yang akan tampil.

"Gea, kamu gantiin aku dulu ya. Mau ke toilet." ucap Afra pada salah satu rekan kerjanya.
.
.
.
.
.
.

"Makasih Ge." ucap Afra.

Gea hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Afra.

"Lagu ini saya persembahkan untuk seseorang yang spesial disana. Dia yang membuat saya menjadi lebih baik dari dulu nya. Seseorang yang menginspirasi saya hingga saya bisa berubah dan kembali menjalani hari dengan indah. Untuk mu yang jauh disana. Saya akan membawakan lagu kesukaanmu yang berjudul Ikhlas Melepasmu."
Suara itu membuat Afra terdiam ditempat. Suara yang dulu sangat familiar, walaupun jarang berbicara. Ia masih terpaku ditempatnya. Badannya terasa bergetar saat pemuda itu mulai menyanyikan bait pertama.

jika selama ini aku memilih dirimu
mungkin itu hanya karena keangkuhanku

jika ternyata kini engkau bukan takdirku
maka ku yakin tuhan tau terbaik untukku
bukan aku tak mau  terus pertahankanmu
namun yang kucari ridha dari Tuhanku

sehebat apapun ku pertahankan
takkan pernah bisa kulawan
segala ketetapan yang Tuhan tuliskan
ku sadar ini jawaban yang Tuhan berikan
dengan pasrah engkau ku ikhlaskan

ku iringkan doa agar kita bahagia
menjalani semua diatas ridha-Nya

sehebat apapun ku pertahankan
takkan pernah bisa kulawan
segala ketetapan yang Tuhan tuliskan
ku sadar ini jawaban yang Tuhan berikan
dengan pasrah engkau ku ikhlaskan

dengan pasrah engkau ku ikhlaskan
dengan pasrah ikhlas melepasmu

Ikhlas Melepasmu - Fauzan
Ost Ketika Hati Harus Memilih

Tak terasa air mata Afra sudah mengalir dipipi. Dengan cepat dihapusnya air mata itu. Namun, Gea sudah kembali dan mendapati Afra yang menangis.

"Kamu kenapa Af?" tanya Gea bingung.

"Aku cuma terharu aja sama lagunya." jelas Afra.

Gea hanya beroh ria dan kembali bekerja. Pemuda itu turun, wajahnya tak tampak akibat cahaya dari panggung. Afra hanya menatap pemuda itu datar kemudian mengalihkan pandangannya ke daftar penyanyi dan artis yang akan tampil setelahnya.

Pemuda itu berhenti tepat berada dihadapannya. Afra menatap pemuda itu, namun lagi-lagi pemuda itu berdiri membelakangi cahaya.

"Maaf mbak, bisa bicara sebentar di ruangan saya? Manager saya ingin bertemu dengan mbak." ucap pemuda itu.

"Ge, kamu nanti cek daftar yang bakalan tampil ya. Aku mau pergi sebentar." ucap Afra pada Gea.

"Ok, siap bos." ucap Gea.

"cie." bisik Gea.

"Saya duluan." ucap pemuda itu yang langsung pergi meninggalkan Afra.

"Kamu apa-apaan si Ge. Bye."

Afra kemudian pergi meninggalkan Gea yang menahan tawa. Ia berjalan menuju ruangan pemuda itu. Ia memasuki ruangan itu dan terdiam ditempatnya.

"Afra!" teriak seorang gadis yang berlari menuju Afra dan memeluknya.

"Je Rim? Jadi, kamu manager Fachri Abdullah. Udah nggak jadi manager Exo lagi?" tanya Afra bingung.

Je Rim melepas pelukannya dan tersenyum ke arah Afra, membuat Afra semakin bingung.

"Kamu kenapa Je?" tanya Afra lagi.

"Aku kangen banget sama kamu Ra. Tambah cantik aja ya kamu, dan aku itu masih manager Exo. Em, oh iya, senin kamu ada acara atau enggak?" tanya Je Rim yang mengalihkan topik.

Kenapa semuanya pada nanya hari senin ya? pikir Afra.

"Kalo dari kantor, free. Tapi, kalo dari rumah ada, dan nggak bisa nolak. Sorry ya, nggak bisa pergi." jelas Afra.

"Nggak apa-apa kok. Ya udah, kamu kerja lagi ya. Semangat."

Afra membalasnya dengan senyuman dan keluar dari ruangan itu setelahnya.
***

Hari senin, oh, kenapa terasa begitu cepat dan juga kenapa ia memakai kebaya hijau itu lagi? Ia tau, kalau kebaya hijau itu dipakai 1,5 tahun yang lalu saat Akbar akan melamarnya. Tapi kenapa? Apa Akbar akan melamarnya lagi?

Oh, jangan berpikir seperti itu. Nyatanya, Akbar kini sudah memiliki Risni yang tengah hamil sekarang. Ia hanya duduk sambil menghadap cermin. Atau ia harus menemani bang Ji Suk lagi ke kondangan? Sampai kapan? Dan nyatanya juga, mereka akan pergi sekeluarga.

"Assalamu'alaikum Ra. Kakak boleh masuk?" tanya kak Azizah yang sudah berdiri diambang pintu.

"Masuk aja kak."

"Kamu udah siap? Udah kumpul tuh semua dibawah, yuk."

"Iya kak."

Tunggu dulu, kenapa aura rumahnya sedikit berbeda setelah keluar dari kamar? Apa karena kak Azizah? Kepala Afra dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.

Mereka mulai mendekati tangga dan kemudian menuruni anak tangga perlahan. Apalagi Afra yang tak menyangka dengan apa yang dilihatnya saat ini sesampainya mereka di ruang tamu.
***

Assalamu'alaikum guys, rencana bagian ini habisnya, tapi, ya, ternyata masih agak panjang. Doain aja yah supaya lancar nulisnya, aamiin...
Jangan  lupa vomentnya yaa.. 😀😊

Muslimah In SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang