Dua Puluh Enam

4.3K 270 1
                                    

Cintamu mungkin masih tersimpan dalam hati. Atau mungkin terucap dalam doa dan terdengar di langit. Atau kamu masih belum menyadarinya.


1 Tahun Kemudian...

Rasa panas kini mulai menyengat hingga ke dalam kulit. Angin yang berlalu hanya bisa menghembus mendinginkan sedikit rasa gerah dalam diri. Apa yang dilakukan gadis ini memang sedikit konyol. Ia masih betah berdiri disana.

Dihapusnya keringat di dahi yang mulai meluncur dengan menggunakan sapu tangan yang tak lupa ia bawa. Seseorang mulai mendekat ke arahnya. Ditangannya tampak dua buah minuman segar yang tiba-tiba saja menggatalkan tenggorokan gadis itu.

Senyumnya makin mengembang ketika seseorang itu telah berdiri tepat di hadapannya.

"Nih, mau sampe kapan disini? Nggak zuhur, hah?" tanya wanita itu sambil memberi minumannya.

"Kebetulan aku lagi halangan kak. Aku ngerasa jadi anak sd disini. Padahal aku udah setahun loh. Masa masih dihukum gini sih, kak. Apa dia mau balas dendam?" ucap Afra, ya, gadis itu Afra.

"Ya udah, kamu ikut aku aja. Nanti aku bilang sama Akbar supaya nggak hukum kamu seperti anak sd gini. Yang sabar ya, kamu dikerjain sama dia." jelas Risni, ya(lagi), itu juga Risni.

"Ya deh. Kakak, masih kerja? Adek bayi yang di dalam perut nggak apa-apa? Adek bayi yang sabar ya." ucap Afra sambil mengelus pelan perut Risni yang kian membesar.

"Kamu Ra, ada-ada aja deh. Iya tante Rara. Ya udah, kita makan siang yuk, kalo urusan Akbar, biar aku yang urus. Tenang aja."

"Ok, kak Ris. Came on."

Mereka kemudian pergi ke cafe langganan mereka menggunakan mobil Afra.

"Ra, jangan lupa ya hapalannya. Nanti pulang dari kantor langsung ke ruangan aku ya." ucap Risni setelah memasang sabuk pengaman.

"Iya. Kalau dipikir-pikir, apa hubungannya ya aku sama adek bayi?"

Afra mulai menjalankan mobilnya perlahan. Risni mengalihkan pandangannya ke Afra.

"Ra, kalo nggak begini, hapalan kamu itu kadang nggak abis loh. Di Seoul aja, kadang kamu nggak nyetor hapalan. Kamu kan tante adek bayi."

"Ya, iya juga sih. Thanks. Tapi, kalo di rumah kan ada papa sama bang Ji Suk. Kalo bang Jae Suk kan udah berkeluarga."

"Oke oke. Udah mau berapa juz hapalan kamu?"

"Lima belas, InsyaAllah."

"Beneran? Wah, subhanallah. Oh iya, kamu ada acara nggak senin. Kan besok sabtu kamu ada acara tuh, hm?"

"Kalo senin nggak ada sih, free malah. Kenapa kak?"

"Nggak, mau nanya aja. Aku juga mau izin senin."

Afra hanya menganggukkan kepalanya membalas perkataan Risni.

"Alhamdulillah, kita udah nyampek nih."

Afra kemudian keluar dari mobil disusul dengan Risni. Mereka berjalan menuju pintu masuk. Risni menahan Afra dan menunjukkan papan nama cafe itu.

Valenzia's Food Indo

"Valenzia's Food Indo? Kita nggak salah cafe nih Ra? Masa kamu lupa sih?"

"Nggak kok. Masa kakak lupa kita sering kesini."

"Afra, Risni. Kalian ngapain diluar?" tanya seseorang.

"Lailan? Kok, ini cafe siapa? Kamu?" tanya Risni.

"Oh, iya Ris. Aku ganti nama. Nama aku kan Lailan Valenzia. Yah, aku pake deh buat cafe aku ini. Mau masuk?" jelas Lailan.

"Oh, iya." kata Afra.

"Kalo gitu aku duluan ya. Masih banyak urusan, adek bayi baik-baik di dalam ya. Dah, Assalamu'alaikum." ucap Lailan dan berlalu dari mereka berdua.

"Wa'alaikumsalam." jawab Afra dan Risni bersamaan.
***

Pagi ini ruang makan bertambah ramai. Bang Jae Suk menginap beberapa hari disini bersama istri dan putranya yang masih berumur 5 bulan.

Bang Jae Suk menikah dengan wanita Indonesia keturunan Arab yang bernama Azizah Nursu'ad. Mereka menikah sebulan setelah gagalnya Afra diKhitbah oleh Akbar.

Mereka dikaruniai seorang pura yang bernama Kim Agam Abdilah Pratama yang berarti Putra Pertama yang Kuat dan Hamba atau Abdi Allah SWT.

Afra tampak lahap memakan sarapannya. Bagaimana tidak, hari ini merupakan puncak dari acara yang ia juga ikut dalam pengerjaannya.

"Ra." panggil bang Ji Suk.

Afra meminum air putih dan membersihkan mulutnya.

"Apa bang? Jangan bilang kalo abang minta aku ngawanin abang ke kondangan. Kenapa sih abang nggak nikah aja?" ucap Afra yang membuat bang Ji Suk tertohok.

"Kamu tau aja Ra. Sebagai adik yang baik, kamu itu harus mau. Abang cuma ngajak nemenin ke kondangan aja kan. Hari senin ada acara nggak?" tanya bang Ji Suk.

"Ada. Aku sibuk."

"Masa? Semalam abang lihat di jadwal, kamu free hari senin. Mau dong, ini yang terakhir deh. Mau ya?" bujuk bang Ji Suk.

"Abang masuk ke kamar aku ya? Pokoknya aku nggak mau, titik."

"Ra, yang pergi itu nggak cuma kamu sama Ji Suk. Papa, abang, Azizah sama Agam juga ikut. Ya kan pa?" jelas bang Jae Suk.

"Iya, kamu sibuk, Ra?" tanya papa.

"Kalo semuanya ikut sih, Rara mau ikut. Oh iya, nggak usah nonton Afra ya di tv. Afra nggak akan muncul disana alias cuma di belakang panggung doang." ucap Afra.

"Abang mau nonton. Walaupun kamu cuma di belakang panggung." ucap bang Ji Suk datar yang membuat Afra geram sendiri melihatnya.
***

Assalamu'alaikum guys, update saya yuhuuu. Detik detik MIS tamat, bersiaplah wahai readers. Doain biar lancar nulisnya. Jangan lupa vomentnya yaaaa....
Wassalam

Jangan lupa tinggalkan jejak 😊😀

Muslimah In SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang