24

35 4 0
                                    

Hati hati typo 😂

"Heavy hearts, like heavy clouds in the sky, are best relieved by the letting of a little water." Antoine Rivarol.

"Cinta tidak menyadari kedalamannya dan akan terasa saat perpisahan tiba."



23.00


"Akhirnya sampai juga di London!" pekik Helmi.
"Ya... Capek juga ya" timpal Syla.
"Yaudah langsung ke apartemen aja yuk hel" ajak Syla.
Helmi mengangguk. Tanda "Ya" sudah pasti. Mereka segera menaiki mobil jemputan yang sudah disiapkan. Helmi bersandar pad kursi paling belakang. Disampingnya ad Syla yang sibuk dengan ponselnya. Helmi sangat senang. Berhubung ia besok akan mulai kehidupan barunya di Negara yang banyak orang idamkan ini. Sungguh menakjubkan.

                         ❄❄❄

Entah ada masalah apa yang fara pikirkan sampai ia belum bisa tidur juga. Di lihat nya jam dinding kamar yang bernuansa biru muda itu. Sudah hampir tengah malam dan matanya enggan untuk istirahat. Fara meluapkan nya dengan segala cara seperti membaca buku atau sekedar bermain ponselnya. Tapi tetap saja mata itu tak kantuk. Seketika Fara mengingat obrolan nya dengan Nada dan Kak Fathir tadi.
"Apa besok aku akan bertemu dengannya?"
"Apa dia masih mengenalku?"
"Apa yang harus aku katakan?"
"Jika ia marah padaku bagaimana?"
"Apakah dia..."
Dan masih banyak lagi. Pertanyaan itu muncul seketika rumit dikepala Fara. Ia teringat bahwa ia punya tugas yang belum dikerjakan. Alhasil ia segera mengambil buku PR yang terletak di atas lemari belajar nya dan menulis beberapa jawaban disana. Tak lama ia tertidur dengan posisi buku PR yang ia tindih dibawah lengan nya.

                       ❄❄❄

Pagi menjelang. Fara menampakkan dirinya di depan cermin. Memeriksa kembali apakah ada yang kurang dengan penampilannya hari ini. Bimbang sedari malam ia rasakan. Namun kekhawatiran nya akan terbukti sekarang. Di hari ini. Atau mungkin sebentar lagi. Fara segera turun ke bawah dan menghabiskan sarapan nya dengan cepat. Tak lupa pamt pada Bundanya. Dengan rasa takut yang melanda hatinya, ia berjalan diiringi suara kendaraan yang bising pagi ini. Menaiki bus dengan rute seperti biasanya.

                       ❄❄❄

"Hai.... Tumben siangan" sapa Dila.
"Iya. Tadi kesiangan bangun. Semalam gak bisa tidur dil" jawab Fara.
Fara duduk di kursinya dan menaruh ras selempang nya yang dikaitkan di kursi. Mengatur nafasnya yang masih terengah engah karena takut terlambat.
"Minum dulu deh" tawar Dila.
Fara hanya senyum menuyungging. Ia tau bahwa temannya yang satu ini sangat pengertian.
Fara meneguk air minum dari botol minum yang ia bawa. Tak lupa mengusap ujung bibir nya dengan tangannya. Menghilangkan bekas air putih itu.
"Trus... Gimana?"
"Apa?"
"Bukannya dia hari ini datang?"
Fara terkesiap. Ternyata Dila tak lupa soal Helmi.
"Emmmm, gak tau juga sih dil. Kemarin kata Nada sama Kak Fathir dia bakal datang hari ini"
"Trus udah dapet info ala aja?"
"Cuman segitu aja sih. Selebihnya...."
Fara mengangkat bahunya.
"Kira kira di kelas berapa ya?"
"Entahlah. Lagipula dia kan senior kita. Setahun lebih muda malah"
"Bener juga tuh"
Bel masuk berbunyi. Segera Fara dan Dila membenarkan posisi duduk mereka. Mrs. Syakira memasuki kelas. Pelajaran dimulai seperti biasa. Tenang dan penuh konsentrasi.

                        ❄❄❄

Fara merapikan buku tulisnya yang ada di atas meja. Tak lupa ia mengeluarkan uang dari dompetnya. Bel istirahat sudah berbunyi. Fara dan Dila pergi ke kantin. Mereka memlihi duduk di kursi ke 15 yang berada tepat menghadap lapangan basket. Sebetulnya mereka kurang menyukai tempatnya karena ramai juga banyak anak anak kelas sebelas yang bermain basket disana.
"Mau pesen apa?" tawar Dila.
"Terserah kamu aja deh"
Dila memesan makanan ke pedagang Nasi Goreng dan Kentang goreng. Sarapan mereka jatuh pada Friend Fries dan Lyche Ice Float.
"Nih" Dila menyodorkan makanan untuk Fara.
Mereka berdua makan bersama. Fara yang masih sibuk memikirkan Helmi tiga tiba terengah melihat kedatangan Miko di sebelahnya. Sontak ia kaget karena Miko menyenggol sikutnya.
"Hai!" sapanya ramah.
"Uhuk, uhuk" batuk Fara.
"Duh, maaf ra. Aku gak tau kalau kamu keselek"
"No problem Mik"

                       ❄❄❄

Di lapangan basket terlihat Helmi dan Syla yang berjalan beriringan. Helmi ingin pergi ke kantin. Selain ramai ia juga berusaha mencari Fara. Sebenarnya itu alasan utama mengapa ia pergi kesini kan?
Sialnya mereka tak saling melihat. Padahal jarak mereka hanya sekitar 15 meter saja. Helmi mencari Fara di segala arah. Begitupun Fara.
Kebetulan posisi Fara saat ini berada di belakang punggung Miko. Otomatis yang Helmi lihat adalah Miko bukannya Fara.

'Fara.....' batin Helmi dalam hatinya.

'Kak Helmi dimana ya....' batin Fara.

Akhirnya Helmi terpaksa duduk di kursi ke 14. Mustahil memang mereka berdua saling mencari. Padahal jarak mereka terbilang dekat. Sangat dekat malah. Namun tak saling melihat.

                      ❄❄❄

Senandung hati ku tak pernah mengatakan ‘sayang’ untukmu. Itu karena aku begitu sulit untuk memahami dirimu. Bila kau tau disini aku selalu mengharapkan kau mengerti aku. Ketika tiba saat perpisahan janganlah kau berduka, sebab apa yang paling kau kasihi dariku. mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan  seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran.

~Lost Hope.

Assalamualaikum readers 😊
Jangan lupa vomment nya ya 👌
Ok sekian dulu... Sampai jumpa di next chapter.
See you.
Wassalualaikum 😊

Lost HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang