20

28 3 0
                                    

Selamat membaca 😊

"Love is much like a wild rose, beautiful and calm, but willing to draw blood in its defense." Mark Overby.

"Aku menyesal karena tidakbisa menjaga cinta dan kepercayaan yang sudah kamu berikan kepadaku."

Fara pov.

Aku tak pernah merasa seyakin ini dengan keputusan ku. Tak pernah merasa sepercaya ini dengan apa yang ku perbuat. Namun, inilah kenyataannya. Walau tak sesuai impian ku setidaknya aku bisa merasa lega. Sedikit yah tapi banyak mengandung makna. Memang sulit kuterima tapi inilah kenyataan nya. Senang dalam pilihanku dan menjalaninya. Ya, inilah diriku.

End.

"Fara..." panggil dila.
"Ya..." jawab fara.
Fara baru menghiraukannya saat dila memanggil namanya tiga kali. Fara menoleh sembari berkata'Ya' tapi tetap saja tak sepenuhnya dengan kesadaran nya.
"Kamu lagi mikir apa sih sampe serius banget?"
"Ah, itu, ini aku lagi mikir sesuatu buat menghias kata kata ku nantinya" jelasnya.
"Tapi...."
"Sudahlah dil, jangan terlalu dipikirkan"
Adila adalah teman sekelas fara yang sangat suka mendesain gambar. Tak jarang fara meminta bantuan dila untuk membuat sketsa gambar novelnya. Adila sangat menyukai hobinya itu sampai sampai ia berniat masuk fakultas jurusan Desain komputer.

Fara pov.

Ide ku tak pernah putus. Jika aku tak punya ide baru aku akan mencarinya dengan segala cara. Mengapa? Karena kita ditakdirkan untuk berusaha bukannya minta usaha. Prinsip ku saat ini. Novel yang kubuat itu "Magic Time". Ya, kuharap dengan mendengar judulnya para peminat novel akan mengerti alurnya. Sebagian besar memang kisah ku. Tapi kebanyakan bertolak belakang. Aku menemukan selintas inspirasi baru saja. Kutulis dengan bolpoint ku dengan cepat takut terhambat petir seketika.

Magic Time.

Membaca waktu.

Hidup ini roda permainan.
Yang akan terus berputar.
Melewati tanah terjal berbatu.
Menembus lebat belantara.
Dan rumpil jalan setapak berliku.
Jangan merasa telah selesai.
Ketika melakukan sesuatu telah usai.
Karena kau akan tergilas waktu.
Yang terus berputar menderu.
Bacalah waktu.
Dengan kacamata kejadian masa lalu.
Betapa kau telah merugi.
Saat tak temukan catatan apapun.
Kecuali gambar gambar tak beraturan.
Keteledoran yang tak pernah dipedulikan.
Kau pasti akan merugi.
Kecuali apabila rajin membaca.
Jejak perjalanan para penakluk dunia.

Kutipan kata kata yang baru saja kutulis mengingatkanku pada seseorang. Namun aku mencoba mengubur nama dan kenangan nya. Yang pasti ku takut hal yang sama kan terulang. Kumohon jangan. Biarkan semua kembali seperti semula saja. Dimana kami tak saling mengenal lagi.

End.

Di liriknya dila yang sibuk dengan laptop di pangkuannya. Sepertinya dila sibuk dengan desain 3D nya itu. Tampak jelas dari raut muka seriusnya. Fara urungkan niat bertanya padanya. Lagipula tak terlalu penting membicarakan nya sekarang.

                             ❄❄❄

Jakarta.

Nada masih termenung di meja nomor 22 itu. Cafetaria belum menutup nya. Lebih tepatnya sekarang sudah larut malam. Tapi karena nada masih menunggu seseorang sang pelayan merasa kasihan padanya. Memutuskan hingga ia pergi saja.

"Maaf...." kata nya.
"Kak.... Silahkan duduk" nada bicara dengan nad yang sedikit pelan.
Fathir ada dihadapannya. Mereka memang sengaja akan bertemu disini. Tapi nada tak menyangka pada pukul 11.22. Tak apa. Baginya menunggu sudah terlalu mainstream.
"Bisa kita mulai pembicaraan kita nad?"
"Ekhem.... Silahkan" tutur nada.

Si pelayan sibuk dengan lap ditangannya sembari membersihkan meja dapur. Tak jarang pelayan itu mendengar ucapan mereka. Namun apa daya ia tak mengerti arah pembicaraan mereka.

                           ❄❄❄

Riau.

Helmi duduk sembari menghela napas kasar nya. Memikirkan arah kedepan nya dengan catatan 'ia harus maju'.
Tak peduli seberapa luka saat ini. Baginya yang terpenting adalah kehidupannya di masa nanti. Helmi berharap banyak pada program yang akan membawanya ke luar negeri.

Helmi pov.

Aku berharap tes beasiswa ku akan diterima. Semoga saja. Jika ia, maka aku bisa satu sekolah lagi dengannya. Tunggulah aku nantinya. Kubuat kau menyesal atas perlakuanmu padaku itu.

End.

Seminggu yang lalu helmi mengikuti program beasiswa ke Inggris tepatnya di London. Dan nama sekolahnya sama dengan nama sekolah fara disana. Mustahil baginya karena bersaing antar nasional. Ia juga harus banyak belajar setiap harinya. Bahkan disaat saat seperti ini syla lah yang mau membantunya. Jika fathir juga sibuk dengan nada dan hal lainnya, begitupun nada. Hanya syla yang sangat bisa diandalkan nya.

                           ❄❄❄

Saat itu mampu kulepaskan kepedihan dari hatimu. Semangatku pun bergelora menapaki jalan hidup ini. Sebelum berjumpa denganmu, kesepian aku berkelana. Biar kurasakan hangatnya jemarimu. Cinta senantiasa memgelabuiku. Tatkala lelah dalam perjalanan. Ingatlah diriku sebagai teman hati. Bahkan hati yang saling percaya terlupa entah di mana. Mengapa orang-orang mengejar kebahagiaan yang telah berlalu. Pejamkan matamu perlahan dan singkapkan jendela hatimu. Raih tanganku dan usap air matamu.
~Lost Hope.

Vomment nya ya jangan lupa 😅
Wassalamualaikum 😊

Lost HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang