Sapuan angin menerjang tubuh Kyungsoo ketika pintu pesawat baru saja dibuka. Kyungsoo mencengkram kuat-kuat ambang pintu dan semakin memundurkan tubuhnya jauh di muka.
"Ini gila!" Kyungsoo mengumpat dan lagi-lagi memberanikan diri untuk melemparkan tatapannya menuju ke bawah.
Sangat tinggi dan Kyungsoo mendadak mual. Sudah berapa tinggikah jarak pesawat ini dari daratan? Bahkan Kyungsoo tidak bisa meyakini dirinya sendiri bahwa ia bisa melihat tanah di bawah sana. Kyungsoo hanya bisa melihat gumpalan awan putih menutupi gambaran daratan.
"Kau takut?" suara mengejek di belakangnya membuat Kyungsoo mendengus. Kyungsoo hanya memutar bola matanya tidak tertarik sedikitpun untuk menimpali ejekan itu. Bukan waktu yang tepat saat ini untuk bercanda.
"Ayolah.. kau bilang hobiku ini kecil, apa salahnya jika kau mencoba hobi kecilku ini?" lanjutnya lagi dan Kyungsoo bersungguh-sungguh, sepertinya pria ini lupa bagaimana kerasnya Kyungsoo jika ia memukul rahangnya.
"Sky diving bukanlah hobi kecil, aku bisa terkena serangan jantung!" teriak Kyungsoo melawan angin yang berhembus kian kencang.
Tawa itu kian keras terdengar dan demi Tuhan, semakin lama suara tawa itu semakin menyebalkan saja.
"Berhenti tertawa Kim Jongin!" Kyungsoo menoleh lantas berteriak meminta agar pria itu menghentikan tawa menyebalkannya. Meskipun berhasil tetapi pria bernama Jongin itu masih tidak dapat menyembunyikan senyum gelinya akan ekpresi ketakutan Kyungsoo saat ini. Dibalik kacamata khusus yang digunakan Kyungsoo, Jongin dapat melihat bagaimana mata gadis itu berkaca-kaca seolah siap untuk menangis kapan saja.
Kyungsoo kembali mengalihkan tatapannya ke luar. Sang langit tengah menunggunya untuk terjun bebas dan ini adalah kali pertama Kyungsoo melakukan olahraga ekstrem seperti Sky diving ini.
"Aku membencimu Jongin." Kyungsoo mengumpat dengan suara pelan namun suara itu masih dapat terdengar jelas oleh Jongin yang dengan sengaja mengencangkan sabuk pengaman tubuhnya yang terhubung langsung dengan tubuh Kyungsoo.
"Aku juga mencintaimu," balasnya santai.
Kyungsoo melirik dengan tatapan tajam tetapi sebaliknya, bukannya takut Jongin malah tersenyum seolah tahu bahwa ucapannya itu dapat tersampaikan baik kepada Kyungsoo. Tatapan mereka hanya bertahan untuk beberapa detik saja sebelum akhirnya Kyungsoo kembali mengalihkan perhatiannya lagi ke luar.
"Jika aku mati hari ini, aku harap Cloud 9 mendapatkan posisi pertama penjualan majalah fashion edisi New York Fashion Week."
"Kau masih memikirkan Cloud 9 di detik-detik terakhir hiudpmu, ck!" Jongin berdecak dan Kyungsoo hanya bisa mendengus tanda ia tidak suka dengan komentar Jongin.
"Diamlah, ini urusan karirku!"
"Sejak kapan orang mati ingin mengurus karir hah? Kau ingin membuat perusahaan majalah hantu saat kau mati nanti?" ejek Jongin kembali namun kali ini Kyungsoo hanya diam. Ia tidak menjawab sindirian Jongin kembali, lebih tepatnya ia sudah terlalu lelah untuk menanggapi ucapan Jongin yang terkadang selalu tidak peduli dengan apa yang dipikirkannya.
Ya itulah Kim Jongin, dia tidak akan pernah berubah.
"Kita akan mendekati 13.000 kaki, sebentar lagi kita akan melompat," ingat Jongin ketika ia mengamati rekannya yang membantu membimbingnya untuk melakukan lompatan sky diving.
"Aku belum siap untuk mati!" teriak Kyungsoo dengan panik. Kini cengkraman tangannya semakin kuat. Tubuhnya seolah menahan dirinya untuk bergerak satu senti pun dari tempatnya berdiri saat ini.
"Bukannya kau sudah berdoa untuk Cloud 9, eh?" gpda Jongin namun balasan Kyungsoo kini terdengar lebih panik dibandingkan marah.
"Itu kan jika aku mati, bodoh!"
Jongin sedikit terkekeh lantas mengulurkan tangannya untuk menggenggam erat kedua telapak tangan Kyungso yang mencengkram kuat ambang pintu pesawat. Jongin berusaha melepaskan kedua cengkraman itu dengan selembut mungkin. Meskipun Kyungsoo hendak menolak tetapi pada akhirnya ia menyerah dan membiarkan kedua telapak tangannya kini beralih mencengkram kuat-kuat telapak tangan Jongin. Secara tidak langsung menyampaikan bahwa ia takut akan apa yang akan ia lakukan saat ini.
"Tenanglah, ada dokter yang mendampingimu saat ini. Kau tidak akan terkena serangan jantung. Aku menjamin itu," ucap Jongin dengan halus.
Sebenarnya Kyungsoo ingin sekali tertawa mendengar ucapan Jongin tetapi yang bisa ia lakukan hanya menyunggingkan senyumnya sedikit lantas menoleh kepada Jongin yang berdiri begitu sangat dekat dibalik punggungnya.
"Memangnya kau bisa melakukan pertolongan saat kita jatuh bebas?"
"Memangnya apa yang aku tidak bisa. Selama satu minggu merawatmu saja, aku sudah bisa membuatmu jatuh cinta lagi kepadaku."
Kyungsoo berdecak lantas terkekeh menimpali ucapan Jongin.
"Aku bersungguh-sungguh Kim, jika aku mati bagaimana?"
"Ada aku, kita akan mati bersama-sama."
Kyungsoo menoleh dan saat itulah hatinya kembali berdebar akan senyuman hangat itu. Senyuman itu tidak berubah, tidak akan pernah berubah karena senyuman itu masih sama hangatnya seperti sembilan tahun yang lalu. Senyuman yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama dan kedua kalinya.
Sekeras apapun ia berusaha membenci Kim Jongin, pada akhirnya seorang Do Kyungsoo akan kembali mencintai pria itu. Sama seperti sebelumnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Slowly Killing Me ✔
FanfictionJongin mungkin tidak akan pernah menyadari betapa besar Kyungsoo membencinya dan menjadi salah satu pasien Jongin adalah mimpi buruk baginya. Menghabiskan waktu selama seminggu di rumah sakit sudah cukup menyiksa Kyungsoo, dia tidak ingin Jongin lan...