Day 1

6K 483 37
                                    

***3 bulan sebelumnya***

"Saya mohon tolong bantu Presdir kami."

Pria itu terlonjak mendapati seorang wanita telah berdiri di hadapannya dengan kedua tangan saling mengepal layaknya gestur memohon. Ia baru saja keluar dari ruang operasi dan wanita ini masih belum menyerah dengan permintaannya setelah lima jam berlalu. Luar biasa. Bahkan ia belum melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya dan wanita ini telah kembali memohon kepadanya.

"Dokter, ini hasil pasien yang melakukan operasi tadi," ucap salah seorang suster yang membuat perhatiannya teralihkan dari wanita di depannya. Ia mengambil beberapa keterangan yang baru saja ditulis oleh sang suster dan mengangguk mendapati bahwa pasien yang melakukan operasi sebelumnya menunjukkan kondisi yang stabil.

"Tolong simpan di ruanganku, aku ada urusan lain." Ia tersenyum kepada sang suster memberikan hasil rekapan kesehatan yang baru ia cek.

Setelah suster itu melangkah pergi, sang dokter pun berniat pergi dengan langkah berlawanan. Namun lagi-lagi wanita keras kepala itu kembali berdiri di hadapannya. Wanita itu memotong jalannya sehingga ia tidak dapat melangkah kemanapun.

"Dokter, saya mohon."

Meski kesal ia mencoba menahan emosinya. Ia lantas membuka suaranya dengan tenang.

"Kenapa harus saya? Masih ada puluhan dokter di rumah sakit ini dan kenapa harus saya yang dimintai bantuan?"

"Karena anda dokter spesialis jantung," jawabnya dengan tenang.

"Lalu? Apa presdir anda mengalami serangan jantung sehingga membuatnya pingsan seperti itu? Kenapa anda tidak membawanya langsung ke gawat darurat?"

Ia masih ingat beberapa jam yang lalu wanita itu datang dengan seorang wanita lainnya dalam keadaan pingsan. Ia hanya meliriknya untuk beberapa detik saja karena saat itu ia harus menangani pasien lain. Bahkan belum setengah jam ia melihat mereka dengan tidak jelas. Kini wanita yang mengantarkannya mengaku bahwa dia adalah asisten Nona Presdir Do. Entah apa maksudnya yang jelas sebelum masuk ke ruang operasi, ia ditahan oleh wanita itu untuk masuk lantas menanyakan; "Apakah anda Dokter Kim Jongin, apa anda dokter spesialis jantung?"

Sang Dokter--Kim Jongin, menjawab 'ya' dan tiba-tiba wanita itu memohon-mohon meminta bantuannya. Jongin tidak dapat berpikir apa-apa karena ia harus menangani pasien lagi sehingga akhirnya ia menyarankan agar wanita itu mencari dokter lain untuk membantunya. Tetapi siapa yang menyangka kalau wanita itu keukeuh ingin Jongin yang menanganinya.

"Dokter spesialis jantung bukan hanya saya, ada dua dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit ini. Kau bisa meminta bantuan kepada Dokter Yoo, saat ini saya harus menangani pasien lainnya," jelas Jongin dengan penuh kesabaran.

"Aku juga sempat bertanya tetapi Dokter Yoo tidak bisa membantu. Dokter Yoo menyarankan anda."

Jongin mengernyitkan keningnya. Dokter Yoo biasanya selalu menerima pasien untuk di tanganinya. Tetapi kenapa pria paruh baya itu menolak permohonan wanita ini, apalagi menyerahkan pasien ini kepadanya. Tiba-tiba perasaan Jongin berubah tidak enak. Pasti ada sesuatu yang salah disini.

"Baiklah, bawa saya ke ruangan Presdir anda dan jelaskan apa yang terjadi sehingga dia bisa tidak sadarkan diri."

Akhirnya Jongin menyerah, ia lantas melangkahkan kakinya dengan wanita itu yang mengekornya dari belakang.

"Apa dia pernah mengalami hal ini sebelumnya?" tanya Jongin selagi ia melangkah menuju ruangan yang seingatnya dimasuki oleh pasien yang dipanggil Presdir Do itu.

Slowly Killing Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang