D-Day

3.8K 351 56
                                    

"Maafkan aku, karena aku kau harus mengambil alih semua tugasku di pekan ini," ucap Jongin melalui sambungan telepon yang tengah di lakukannya.

"Tenang saja, aku bisa mengatasi ini. Lagipula kau sudah mengambil cuti-mu jadi aku tidak mungkin melarangnya bukan? Memangnya aku siapa? Haha.."

Pria di ujung sambungan telepon itu tertawa membuat Jongin ikut tersenyum mendengarnya.

"Kau benar. Yah.. Seharusnya aku memang mengambil cuti ini dua bulan yang lalu tapi rencana berubah begitu saja. Seseorang yang ku ajak berlibur bersama ternyata masih sibuk dengan pekerjaannya. Mau bagaimana lagi, aku terpaksa memundurkan waktu cutiku."

"Apa dia adalah seorang wanita?"  tanya suara itu dengan godaan di dalamnya.

"Bayangkan saja itu," sahut Jongin dan suara itu berubah menjadi teriakan mengejek.

"Wahh.. Ternyata benar tentang gosip  di rumah sakit itu bahwa dokter Kim sudah tidak melajang lagi. Kau harus tahu berapa banyak perawat yang patah hati jika itu memang benar."

Jongin terkekeh, "untuk sekarang, ya, aku masih lajang. Tapi entahlah bagaimana ke depannya." Jongin menutup tasnya setelah ia selesai mengemas pakaiannya. "Ya sudah, aku harus segera berangkat. Sekali lagi maafkan aku."

"Baiklah, selamat menikmati waktu liburanmu."

Jongin mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya menutup panggilannya. Kini ia telah berkemas, ia juga sudah siap dengan pakaiannya saat ini, kali ini ia tinggal menjemput Kyungsoo.

Rencana liburan yang seharusnya ia lakukan sekitar dua bulan yang lalu harus ia mundurkan demi mengikuti keinginan Kyungsoo yang tidak bisa pergi ketika banyak pekerjaan harus segera diselesaikannya. Terlebih Kyungsoo tengah disibukkan dengan project New York Fashion Week-nya. Jongin terpaksa mengalah lagipula ia juga tidak mungkin memaksanya.

Meskipun begitu, Kyungsoo juga tak lantas menjawab apakah ia ingin ikut berlibur atau tidak bersama Jongin. Selama dua bulan juga Kyungsoo menggantung jawabannya dengan alasan; takut ada pekerjaan lain yang harus diselesaikannya. Alhasil, untuk kesekian kalinya Jongin hanya bisa menunggu dan berharap.

Sekitar dua minggu sebelumnya Majalah Kyungsoo telah diterbitkan dengan edisi specialnya. Jongin sebenarnya tidak berharap banyak tentang jawaban apakah kini Kyungsoo mau untuk berlibur bersamanya. Tetapi ia tidak mungkin terus diam dan menunggu. Maka dari itu ia langsung menghubungi Kyungsoo dan saat itulah ia baru bisa merasa lega ketika Kyungsoo menyetujui ajakannya.

Hari ini, seperti hari yang telah di tunggunya selama ini. Jongin bersiap untuk menjemput Kyungsoo ketika secara kebetulan wanita itu juga menghubunginya melalui ponselnya.

Dengan semangat Jongin kembali meraih ponselnya yang berdering dan menjawabnya dengan sumringah.

"Kenapa kau selalu tidak tepat waktu? Haruskah aku menunggu satu setengah jam lagi?"

Jongin terkekeh mendengar omelan Kyungsoo yang tiba-tiba. "Bersabarlah, jika kau merindukanku kenapa kau tidak menjemputku saja?"

"Diam kau, cepatlah datang atau aku akan membatalkan rencana ini."

Hanya sebuah peringatan yang Kyungsoo ucapkan sebelum akhirnya ia memutuskan panggilan itu secara sepihak. Jongin menatap ponselnya dan kembali tersenyum.

"Dia manis sekali," gumamnya lantas menggerek kopernya meninggalkan kamarnya.

Jongin tidak mungkin membuat Kyungsoo menunggu lebih lama lagi. Ia tidak takut dengan ancaman yang Kyungsoo berikan kepadanya. Apa yang salah? Jongin merindukannya setelah hampir berminggu-minggu hanya bisa menyapanya melalui panggilan suara.  Jongin juga tahu bahwa wanita itu juga balik merindukannya. Sama seperti apa yang dikatakannya tadi.

Slowly Killing Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang