Pagi ini Kyungsoo menapaki jalan setapak di pinggiran pantai Ulsan. Ia menghela napas panjang lantas merapatkan jaket yang di kenakannya ketika udara pagi berhembus lembut membelai kulitnya. Ia memeluk tubuhnya sendiri seolah hanya itu yang dapat menghangatkannya.
Baru pukul enam pagi. Matahari masih belum menampakkan cahayanya dan Kyungsoo berharap bisa melihat matahari terbit seperti pegawai hotel itu katakan ketika ia menanyakann tempat yang indah untuk menikmati pagi di Ulsan.
Kyungsoo menghentikan langkahnya lantas duduk di sebuah bangku kosong yang menghadap langsung laut lepas. Sekilas ia tersenyum, betapa ia merindukan suasana pagi seperti ini akan tetapi hal itu tak berlaku lama ketika ia kembali mengingat apa yang Jongin katakan semalam.
Sebuah lamaran.
Kyungsoo yakin, tujuan dari perkataan Jongin semalam bukan hanya sebuah keinginan biasa. Jika ia berpikir bahwa ia senang untuk itu, selebihnya ia merasa ragu.
Mungkin benar, ia memang menginginkan kejelasan tentang hubungan mereka. Terlebih ketika Kyungsoo mulai memaafkan kesalahan Jongin juga menerima kehadiran pria itu lagi di dalam hidupnya. Akan tetapi sebuah ikatan pernikahan adalah hal yang teramat serius baginya.
Menikah. Semua wanita menginginkan hal itu termasuk itu dirinya. Mungkin saja setitik perasaannya pernah memikirkan hal itu dengan Jongin suatu saat nanti. Tapi itu terlalu jauh dari bayangannya, bukan sekarang. Ini terlalu cepat.
Kegundahannya semakin membuat Kyungsoo merasa bersalah ketika mereka berdua kembali ke hotel dan Jongin hanya mengatakan maaf saat Kyungsoo mulai mendiamkannya. Mungkin ini salah, tetapi Kyungsoo belum siap untuk hal yang lebih serius dari ini.
Deringan ponselnya membuat Kyungsoo tersadar, lantas meraih ponselnya ketika menatap nama Jongin tercantum di layar. Pria itu menghubunginya, Jongin pasti khawatir karena Kyungsoo tidak berada di kamar sepagi ini.
Meskipun keinginan untuk menghindar sangat kuat dalam diri Kyungsoo, keinginannya untuk tidak membuat Jongin cemas mendorongnya untuk menggeser tombol menerima panggilan saat itu juga.
"Kau dimana?"
Kyungsoo mendesah ringan, "Ganjeolgot, ada mercusuar disini dan taman yang indah. Aku ingin melihat matahari terbit."
"Jangan pergi kemana-mana, aku akan datang sekarang."
Kyungsoo terdiam ketika Jongin memutuskan panggilannya. Sebenarnya ia pergi sepagi ini untuk menghindar dari keharusan bersitatap dengan Jongin yang dirundungi perasaan bersalah. Tetapi sebaliknya, kini ia mengatakan lokasi tempat ia berada sekarang. Mungkin ini waktunya untuk berpura-pura. Kyungsoo memang wanita jahat tetapi ia hanya berusaha untuk tidak terlalu nampak menghindari Jongin. Masih ada dua hari tersisa dan Kyungsoo tidak mungkin mendiamkannya.
Membutuhkan waktu sepuluh menit hingga akhirnya Kyungsoo mendapati Jongin berjalan tergesa mendekatinya. Dari pandangannya sudah sangat jelas bahwa pria itu tengah khawatir. Kyungsoo kembali digelayuti perasaan bersalah. Terlalu sering membuat Jongin cemas akan keadaannya.
"Berapa lama kau berada disini?" buka Jongin sesaat ketika ia duduk di samping Kyungsoo.
"Sebelum kau bangun, aku keluar untuk mencari udara segar," balas Kyungsoo.
"Kau membuatku khawatir. Kau tidak ada di kamar saat aku bangun."
"Maafkan aku, aku hanya tidak ingin membangunkanmu," jawab Kyungsoo kembali berharap kekhawatiran Jongin lantas menghilang.
Jongin mendesah ringan, "kupikir kau marah karena kemarin malam."
Kyungsoo menatap Jongin dan mendapati tatapan kecemasan lainnya yang membuat Kyungsoo semakin merasa bersalah. Meskipun jawabannya adalah iya, tetapi itu bukan berarti ia marah kepada Jongin. Selebihnya ia marah kepada dirinya sendiri yang belum siap dengan apa yang ditawarkan Jongin kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slowly Killing Me ✔
ФанфикJongin mungkin tidak akan pernah menyadari betapa besar Kyungsoo membencinya dan menjadi salah satu pasien Jongin adalah mimpi buruk baginya. Menghabiskan waktu selama seminggu di rumah sakit sudah cukup menyiksa Kyungsoo, dia tidak ingin Jongin lan...