DUA

5.9K 606 19
                                    

PAGI datang begitu cepat bagi Chanyeol. Jam weker dikamarnya berdering tanpa henti, disusul getaran dari ponselnya yang bertubi-tubi datang minta diangkat. Ia merangkak bangun, dan menggapai jam wekernya dan mematikannya selama pengumpulan kesadaran, kemudian meraih benda tipis diatas nakas.

"Eo, yeoboseyo..."

["Good morning, My Handsome Oppa! Waktunya bersiap-siap untuk pagi indah dan pekerjaanmu, sayang!"]

Ugh, ya, Byun Haneul, tentu saja. Penelepon paginya yang setia dan jam wekernya yang kedua.

"Em, em, baby, aku ingat, yeah. Sudah sarapan?"

[Kekehan halus. "Apa semangatku ini tidak mengartikan bahwa aku sudah sarapan?" tanyanya,"Segeralah mandi, Oppa. Mau berangkat bareng? Aku akan segera ke apartementmu kalau begitu."]

"Tidak," sanggah Chanyeol cepat, dia menghela nafas panjang,"Aku akan sampai dirumahmu dalam sepuluh menit, oke? Tunggu aku."

["Ne, Oppa. Gomawo, saranghae~"]

"Saranghae."

Chanyeol bergegas bersiap-siap. Mengenakan kaos hitam dan jaket kulit merah, dipadu jins hitam. Dia tersenyum menatap cermin, memperhatikan bahwa dirinya selalu keren dengan pakaian apapun. Sebut  saja Chanyeol narsis atau apapunlah, karena kenyataannya dia memang tampan. Bahkan terkadang Chanyeol merasa bukan dia yang beruntung memiliki sang primadona Byun, melainkan Haneul-lah yang beruntung memilikinya. Oke, Chanyeol narsis.

Dia mengenakan topi hitamnya sebagai pemanis kemudian meraih kunci mobilnya dan bergegas keluar dari apartment-nya. Ia berbalik badan tepat ketika pintu kamar lain dihadapannya terbuka dan memunculkan seorang pria yang menjerit akibat jeweran pemuda lain.

"Yak, Hyung! S-Sakit! Aish! Iya, iya! Aku minta maaf! Maka, lepaskanlah telingaku sebelum lepas, Hyung!"

Chanyeol terkekeh geli, mengenali sang pria bandel dihadapannya, yang tengah menekuk bibirnya ke bawah dan mendelik sengit pada pemuda lain yang sama melototnya. Dia menghampiri mereka dan menyapa. "Annyeong haseyo, Baekhyun-ssi."

Baekhyun yang semula ingin mengomeli sosok yang menyapanya itu, beralih terkejut dengan wajah lucu dan refleks menunjuk wajah familiar itu. "Woah! Park Chanyeol—!" dan ditegur dengan pukulan dari manajer-nya. "Baekhyun! Sopanlah, dan turunkan tanganmu!"

Chanyeol tak dapat menahan rasa gelinya dan terkekeh. Melihat bagaimana dua orang ini berperan seolah mereka berdua adalah ibu dan anak.

Baekhyun mendengus, lalu membungkuk pada Chanyeol. "Jeosonghamnida, Chanyeol-ssi. Aku hanya kaget melihatmu disini dan melihatku dalam keadaan memalukan karena Minseok-menyebalkan-hyung."

Oh, jadi namanya Minseok. Pria tinggi itu manggut-manggut.

Chanyeol menyapanya dan Minseok membalas dengan senyum hangat setelah mencubit perut Baekhyun. Anak itu meringis dramatis sekarang. Chanyeol pikir, Baekhyun yang kekanakan semasa sekolah dulu, masihlah sama sampai sekarang. Dan dia pikir, dia tak perlu beradaptasi dengan kelakuan Baekhyun lagi. Tiga tahun sudah cukup bagi Chanyeol untuk mengerti akan sikapnya itu, yang terkadang memang seperti anak lima tahun dan menjengkelkan.

"Jadi, kau tinggal disini sekarang, Yeol?" tanya Baekhyun, lalu dia merutuk pelan. "Maaf, aku agak canggung kalau harus formal padamu, walau kita sudah lama tidak bertemu."

Our Destiny - ChanBaek.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang