"KAU benar-benar memaafkanku?"
["Ya, jika kau benar-benar menyesal."]
Haneul tersenyum, dan membuka pintu mobilnya. Ketukan pertama sepatu tingginya terdengar, menimbulkan perhatian para pegawai yang juga baru datang. Mereka menyapa sopan sang atasan, kemudian berlalu dengan serangkaian bisik bagi Haneul; betapa memesonanya dia, atau cahayanya yang terlalu silau, dan sebagainya. Haneul sudah biasa pada kalimat-kalimat itu. Bahkan semasa sekolah dulu dia pernah direkomendasikan sebagai Ratu Sekolah dan cukup puas dibenci para perempuan karena dianggap pencari perhatian. Padahal dia sama sekali tak ada maksud seperti itu dan cukup bersyukur atas apa yang dimilikinya.
Bukannya berniat untuk pamer...
["Haneul-a, kau masih disana?"]
"Oh, ya, Oppa, aku masih disini," sahutnya. "Kau belum berangkat kerja?"
["Aku sudah diparkiran apartment, menunggu... partnerku dan manajernya. Partner kerja baruku..."]
Kening Haneul mengerut kala Chanyeol menyebut kata partner dengan nada aneh dan penekanan. Mungkin, Chanyeol sama sekali tidak menyukai rekan kerjanya dan harus menerimanya karena tuntutan dari agensi. Jadi, dia menghiburnya saja. "Nikmati pekerjaanmu, kalau begitu. Kuharap semuanya berjalan lancar."
[Chanyeol terdiam sejenak sebelum menjawab. "Ya, kuharap begitu. Dan, uh, sayang, mereka datang. Aku harus menutup ini."]
"Baiklah, Oppa."
["Oh, sebelum kau benar menutupnya, Haneul!"]
Chanyeol berteriak, membuat Haneul berjengit kaget karena ponselnya masih menempel ditelinga.
["Aku... Bisakah aku kerumahmu nanti malam? Aku merindukanmu."]
Haneul tergelak. "Oh, siapa yang mengataiku bahwa kita sudah bertemu selama beberapa hari? Kenapa kau harus?" tawanya semakin besar saat Chanyeol menggeram. "Ayolah, kau yang mengatakannya. Oke, datanglah. Tumben sekali kau mengatakannya dengan manja begitu."
["Aku ingin bibirmu, oke? Pastikan kau siap."]
Haneul merona.
["Kau belum menciumku setelah aku kembali. Aku benar-benar merindukannya."]
"U-Uh, baik. Aku tutup, bye!"
Haneul tidak bisa menahan kegugupan dan bahagia yang melunjak dalam hatinya. Chanyeol selalu bisa membuat jantungnya bekerja diatas batas normal, dan menyebabkan ia mual karena terlalu senang.
Melangkah menjauhi parkiran, dia menyipit melirik bangunan disamping perusahaannya. Bangunan bergaya classic-modern yang selalu dia kunjungi tiap pagi. Dia melirik jam tangannya, dan mengendikkan bahu. Pukul delapan, dimana Gracia Caffe sudah buka dan Sehun telah berada disana sejam yang lalu.
Ia mengedarkan pandangan.
Kafe milik Sehun mengingatkannya pada rumah, sebab halamannya dipenuhi tanaman hias, yang beberapa memang disarankan Haneul untuk ditanam disini. Sejak dulu, Sehun adalah sosok penurut, dan dia melakukan apa yang Haneul suruh. Menata taman ini dan memanfaatkannya sebagai penambah daya tarik pembeli. Dan saat itu pula, kening Haneul mengerut. Dari balik etalase, dia mendapati Sehun dan raut kerasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny - ChanBaek.
Fanfiction[COMPLETE] Byun Baekhyun, seorang penyanyi solo terkenal. Kakak dari seorang CEO, Byun Haneul. Wanita yang disebut memiliki senyum malaikat dan hati yang lembut. Tapi, bagaimana kalau sebenarnya, Byun bersaudara tak memiliki hubungan yang baik? Dan...