TIGA BELAS

4.5K 517 13
                                    

Our Destiny
_____________________

LUHAN sudah siap dengan seragam tugasnya, dan bersiap akan mengantar pesanan. Bahkan dipagi hari seperti ini pun, pesanan delivery sudah menumpuk. Ia meraih selembar kertas diatas nakas, membacanya sekali lagi, lalu mengangguk. Sepertinya dia butuh bantuan Jongin atau siapapun untuk mengantar pesanan-pesanan ini.

"Eh, Luhan? Sudah masuk?"

Hyoyeon muncul diambang pintu ruang ganti khusus lelaki. Kepalanya celingukan mengintip lalu menggumam. "Aneh, mana dia?"

"Mencari siapa, Nuna?"

"Eoh, itu, si Lisa. Dia bilang dia mau menghampiri Myungsoo ke sini. Tapi, kemana mereka?" keningnya mengerut jengkel. "Aku berkeliling dari tadi tapi sejari pun mereka tak terlihat!"

Luhan menggaruk pelipisnya. "Lisa dan Myungsoo?" ia melirik tempelan karton didinding saat Hyoyeon mengangguk. "Mereka piket, kan? Seharusnya mereka di pasar sekarang. Mengurus beberapa bahan yang telah kosong."

"Astaga! Benar juga!" Hyoyeon menepuk kening. "Kenapa aku harus berkeliling kafe untuk mencari mereka kalau begitu?" ia menggeleng bodoh.

Luhan memiringkan kepalanya, memandang Hyoyeon lucu. "Ung?", tapi Hyoyeon menyadarinya dan tergelak melihat ekspresi rekan kerjanya tersebut. "Kau kenapa, ha? Jangan memasang wajah manis seperti itu. Aku bisa saja menyerangmu, tahu?"

Wajah Luhan memerah."A-Apa maksudmu?!" gugupnya, dia meraih helai rambutnya sendiri. "Nuna...  I-Itu, kau mengganti warna rambutmu?"

Hyoyeon mengibaskan rambutnya yang terpoles cat pirang, dengan angkuh. "Ya. Mencari sensasi baru. Cocok untukku, tidak?" tanyanya penuh harap.

Luhan mengacungkan kedua jempolnya. "Eoh! Kau cantik sekali!" pujinya.

Wanita itu tersipu, namun dengan cepat ia mengembalikan rautnya dan bersidekap. "Yak, aku tahu aku ini cantik. Tapi, jangan sampai kau mengatakannya dengan polos didepan pacarku, ya!" serunya bercanda. Luhan terkekeh. Melihat jam dinding, Hyoyeon pun berbalik badan. "Tidak ada pesanan hati ini, Lu?"

Seketika Luhan tersadar.

"Aaaah! Aku harus menemui Sehun!" dia langsung berlari keluar ruangan sebelum Hyoyeon sempat berkata apapun.

"Aish, anak itu. Dia bisa protes nanti kalau aku tidak bilang Sehun sedang ada tamu," lalu ia mengeryit. "Hei, dia belum menjawab pertanyaanku tentang dia masuk hari ini! Sial!"

|||||

Sesampainya didepan ruangan Sehun, Luhan merapikan seragamnya. Ia mendekat, ingin mengetuk ketika didengarnya perbincangan dari dalam.

"Tunggu—apa?" suara Sehun terdengar kaget. "Baekhyun, kenapa?"

Baekhyun? Siapa itu?

"Kecelakaan," sahut suara lain. "Dia koma karena benturan keras dikepala, dan pendarahan hebat, dan kritis," Luhan mendekatkan telinganya ke pintu. "Aku harus meminta pertanggung jawaban Haneul. Karena dia—", sepertinya ini perbincangan yang serius. "Baekhyun mengalami hal buruk. Kata dokter, Baekhyun akan mengalami trauma berat saat sadar, dan kemungkinan untuk terkena amnesia itu, sangat besar."

"Aku senang apabila Baekhyun melupakan Haneul suatu waktu. Tapi, aku tak mungkin memisahkan mereka. Mereka ditakdirkan sebagai saudara, dan akan terus seperti itu sampai akhir. Ikatan yang lepas, harus disatukan lagi. Haneul harus mengerti betapa Baekhyun mencintainya, dan Haneul harus belajar bahwa cinta dijaga bukan dengan kekerasan," ujarnya, menahan tangis. "Jadi, Sehun-ssi, beritahu aku dimana Haneul. Dia harus meminta maaf, sebelum semuanya terlambat."

Our Destiny - ChanBaek.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang