Chapter V - Shadow Of You

178 7 0
                                    

Between US Chapter 5 - Bayangan Dirimu

Victoria

Pagi itu, terjadi serangan panik saat aku mengantarkan Revan menuju sekolah barunya di sebrang kantorku.

Panik yang pertama, aku takut Revan tidak menyukai lingkungan sekolahnya yang baru. Revan bukan tipe anak yang mudah beradaptasi, kalau lingkungan tempat ia berada tidak membuatnya nyaman.

Panik kedua, Revan terlalu semangat untuk menjalani harinya di sini. Aku takut kenyataan teman-temannya yang tidak menerima Revan membuat harapannya itu hancur.

Panik ketiga, untuk diriku sendiri, ini adalah hari pertama aku benar-benar keluar apartemen dan akan memulai hidup baru di kota metropolitan ini.

Dan masih banyak panik-panik lain yang menyusul. Seiring, aku memacu kendaraan yang dipinjamkan kantor kepadaku, semakin banyak pikiran negatif yang menganggu ketenangan batinku.

"Sudah sampai, sayang," kataku. Revan mengangguk dan mengambil tas sekolahnya di bawah kaki kursi.

"Mama hari ini turun antarin kamu, tapi besok-besok, bisa masuk ke sekolah sendiri, kan?"

"Bisa, Ma."

Aku keluar dan disusul Revan dari dalam mobil, lalu kami bergandengan tangan masuk ke dalam sekolahnya yang sudah terdengar murid-murid dengan seragam merah putih mereka berteriak-teriak atau berlarian disekitar pagar sekolah. Walaupun, sekolah ini adalah sekolah swasta dan internasional, untuk hari senin tetap harus menggunakan seragam merah putih. Begitu menurut peraturan yang kubaca semalam.

Revan dan aku menjadi pusat perhatian saat kami masuk melewati gerbang sekolah. Banyak anak-anak yang menatap diriku dan Revan secara bergantian, mungkin mereka bingung, kenapa ditengah-tengah semester dimana seharusnya tidak ada anak baru, tiba-tiba ada anak yang tidak dikenal masuk bersama ibunya.

"Ibu mau kemana? Bisa saya bantu," tanya seorang satpam dengan badan kurus cekingnya, tergopoh-gopoh keluar dari pos satpam.

Aku tersenyum ramah, sebelum menjawab, "saya mau ke ruang tata usaha, dimana arahnya ya, Pak?"

Pak Satpam kemudian mengarahkan dengan jari kanannya, menuju sayap kiri sekolahan, dimana terdapat murid-murid sedang memakan sarapan paginya, mengobrol, atau sedang duduk-duduk saja. Ruangan pertama di sayap kiri sekolah bertuliskan TATA USAHA dengan papan yang menggantung di koridor.

"Oh yang itu ya. Kalau begitu terima kasih ya, Pak."

"Sama-sama, bu. Silahkan." Pak Satpam itu, mempersilahkan kami masuk. Sambil menggandeng Revan yang matanya tak lepas dari menatap keadaan sekolah, sesekali aku harus menariknya, agar ia tak berhenti di tengah jalan.

Pintu Tata Usaha dari kaca transparan dan dipertengahan kacanya ada stiker abu-abu berlambangkan logo sekolah.

Aku dan Revan masuk, langsung disambut dengan petugas TU yang tampaknya baru saja datang.

"Ada yang bisa saya bantu, Bu?"

"Ini Pak-," kataku sambil mengeluarkan berkas resmi dari kantor yang katanya hanya harus kutunjukkan kepada petugas sekolah dan segala keperluan Revan akan diatur.

"Saya lihat sebentar ya. Silahkan duduk, Bu" jawab Pak Reno, yaitu nama petugas TU tersebut. Aku dan Revanpun duduk.

Pak Reno membuka PC dihadapannya dan mulai mengetikkan sesuatu, sambil sesekali melihat berkas dari kantorku. Hanya butuh beberapa menit saja, kemudian ia kembali berpaling menghadapku.

Between USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang