Between US Chapter 4 - Indonesia
Victoria POV
Perjalanan yang menempuh berjam-jam di dalam pesawat membuat seluruh tubuhku penat. Revan tidur selama perjalanan dan bangun hanya untuk makan atau buang air kecil. Untunglah, aku diberi uang yang lebih dari cukup untuk membeli dua tiket pesawat kelas VIP. Bukan kelas ekonomi seperti biasanya.
Revan senang tentu saja, ia tidak harus menekuk kakinya selama berjam-jam lagi seperti waktu kita berlibur ke Inggris tahun lalu.
Aku tak dapat memejamkan mata barang sebentar. Kekhawatiran tentang kembalinya ke Indonesia, membuatku terus terjaga. Ternyata, kelas VIP-pun tidak bisa menghilangkan rasa takut di diriku.
Aku memakan cemilan sambil menonton film Batman Vs Superman yang sedang terputar di layar di hadapanku. Sudah beberapa film dan musik yang kunikmati ditambah membaca novel baruku, tapi kantuk tak kunjung datang. Pikiranku tak mengizinkan aku untuk tidur.
Pengumuman mengatakan saat hari sudah mulai pagi, bahwa sebentar lagi kita akan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Aku membangunkan Revan agar ia bersiap-siap sebelum mendarat.
"Kancing jaketnya," kataku. Revan menurut, ia menarik risleting jaket birunya, kemudian menatap sekeliling sambil mengerjap, menyesuaikan matanya dengan cahaya yang masuk melalui jendela-jendela.
Revan beralih menatapku, beringsut mendekat. "Di sana seperti apa, Mom?"
"Disana indah, Revan, banyak tempat-tempat asri di sana yang harus kita kunjungi dan yang mungkin paling kamu sukai adalah makanannya yang mmm, gimana jelasinnya ya, enak banget lah,"
Revan tampak penasaran. "Nanti kalau sudah sampai, kita beli makanan yang mama bilang enak ya."
"Itu sih pasti, sayang," ucapku, lalu memeluk Revan untuk yang terakhir kalinya, sebelum ia akan mendengar kenyataan-kenyataan pahit asal-usul dirinya.
***
Sesampainya di Jakarta, aku menggandeng Revan sambil mengikuti petugas yang memang disuruh kantor cabang untuk menjemputku. Revan mengernyit saat kami berada di luar bandara. Matahari yang sangat terik membuat kulitnya kemerahan, Revan yang tak pernah pergi ke negara tropis sebelumnya, pasti harus melakukan penyesuaian dengan sinar matahari yang terik, apalagi kulitnya yang tak biasa.
"Ma, panas banget," Revan mengibaskan kaos spiderman-nya, masih mengernyit.
"Lama-lama juga nanti kamu biasa," kataku mencoba memberi pengertian.
Revan lancar menggunakan Bahasa Indonesia sefasih aku, dari kecil saat hanya berdua, selalu kuajari menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, juga mengajarkan budaya Indonesia sedikit-sedikit, aku tak mau ia terikut budaya macam-macam nantinya jika aku tidak mengajarkan budaya Indonesia yang kuanggap paling baik mulai sekarang. Aku tak ingin ia bernasib sepertiku.
"Maaf, bu, mobil sudah siap, silahkan masuk." Pak Deni membukakan pintu belakang mobil sedan silver dan sambil menggumamkan terima kasih, aku masuk bersama Revan.
Mobil kemudian melaju, keadaan Jakarta yang macet dan padat, menyita waktu kami dijalan. Revan bahkan tak bisa melepaskan wajahnya dari jendela mobil. Ia menatap mobil dan motor yang berdesakan di jalan raya dan tak dapat melepaskan pandangannya dari pedagang kaki lima yang menjual martabak manis dengan gambar yang menggiurkan.
"Kapan-kapan kita beli, ya," kataku mengusap rambut hitam legamnya dengan jari-jariku, sesekali mendapati rambutnya yang kusut, karena tidur berjam-jam dipesawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between US
Roman d'amourVictoria kabur dari masa lalunya, pergi mencari tempat yang tak akan ada orang yang mengenalnya. Pergi ke Amerika adalah salah satunya jalan, dengan uang yang sangat pas-pasan dan keahliannya dibidang menggambar, membawa Victoria pada pekerjaan yan...