Between US Chapter 7 - The Man (2)
Arkana
Bunga. Cokelat. Emas. Berlian. Gaun Baru. Sepatu Baru.
Semuanya gagal.
Aku tak mampu membujuk Tania untuk memaafkanku. Setiap kali kami berpapasan di rumah, pasti ia menatapku dengan tatapan membunuhnya. Bukannya aku takut, tapi aku merasa bersalah. Ia adalah perempuan yang kucintai, kenapa bisa-bisanya aku menamparnya hingga berbekas.
"Tania." Aku mengetuk pintu kamarnya tiga kali, belum ada jawaban.
"Tania," panggilku lagi, kini lebih nyaring.
"Apa?" Tania balas berteriak.
"Apa aku boleh masuk?"
"Tidak."
Aku melepas jas dan merenggangkan otot-otot tubuhku. "Jauhi pintu!"
"Apa yang mau kamu- astaga!"
Pintu terbuka dengan bunyi ambruknya yang menyakitkan. Kakiku perih dan nyut-nyutan tapi apa gunanya main futsal tiap minggu, kalau nendang pintu aja gak kuat. Untung apartemen ini, masih tergolong teknologi murahan, tidak menggunakan kunci otomotis atau apalah, hanya kunci biasa yang dapat didobrak dengan mudah.
Tania memegangi selimut biru sampai ke dadanya. Kamar kacau balau, bau alkohol menguar dari dalam kamar.
"Kamu minum-minum?!" teriakku, sambil memungut botol bir yang tergeletak di lantai bersama gelasnya. Kulit kacang berserakkan di karpet kamar tidur, meninggalkan sisa-sisa yang pastinya akan susah hilang.
Tania acuh di atas tempat tidur. Tak memberikan sedikitpun peduli padaku yang sedang mengintimidasinya.
"Tania, kenapa kamu melakukan inI?"
Tania menghembuskan nafasnya gusar. "Ya, karena aku muak denganmu."
Tanganku mengepal, botol bir kutaruh di meja riasnya. Berdampingan dengan botol-botol bir yang lain.
"Astaga Tania." Puntung rokok berceceran di sekitar jendela kamar. Mungkin puluhan atau ratusan aku tak peduli lagi.
Memang Tania bukanlah tipikal perempuan baik-baik. Ia adalah perempuan yang suka pergi ke dunia malam dan berfoya-foya dengan harta orang tuanya. Walaupun begitu, sekarang ia sudah menjadi Nyonya Luthor, istri dari Arkana Luthor, seorang billionaire terkenal akan kepiawaiannya dibidang teknologi.
"Apa pedulimu?" hardik Tania saat aku menatapi puntung rokok yang berserakan di karpet merah kamar tidur kami.
"Ye jelas aku peduli! Kalau kebiasaanmu seperti ini terus, kapan kita bisa punya anak?!"
Tania memejamkan matanya, lalu membukanya dengan menunjukkan kilatan muak di sana. "Anak lagi! Aku benci kata itu dilontarkan untukku terus menerus. Kalau nggak dari Ibumu, adikmu, fansmu, dan sekarang kamu ikut-ikutan juga?! Apasih pentingnya anak? kita masih muda, Arkana, kita bisa bersenang-senang dulu! Aku masih ingin bebas!"
"Umurku sudah 27 tahun. Aku mau masih ingin sehat dan segar, saat anakku memimpin perusahaan keluargaku. Bukan kakek-kakek bangkotan yang hanya bisa melihat anaknya di atas tempat tidur. Mumpung kita masih sehat dan masih banyak waktu untuk mengurus anak kita," ucapku.
Aku maju mendekati ranjang tempat tidurnya. Mataku menatap mata Tania lekat-lekat, memaksanya untuk tidak melihat ke arah lain, hanya menatap mataku. Saat jarak kita sudah cukup dekat, aku menyentuh sisi wajahnya yang berbekas terkena tamparanku.
"Aku mau ada sebagian dari diriku yang bisa kuajari caranya menerbangkan pesawat mainan atau yang bisa menemaniku untuk berkutat dengan mesin. Aku hanya ingin mendengar suara anak kandungku di rumah kita ini, Tania. Aku mohon mengertilah."
Tania mendekat, lalu memelukku erat. Kepalanya bersandar di dadaku dan isakannya meluncur begitu saja.
"Aku tahu. Tapi, aku juga minta supaya kamu dan keluargamu tidak terus memaksaku untuk menjadi istri ideal. Aku hanya- belum sanggup melepas kebebasan demi seorang anak," Tania berkata dengan sesegukan. Wajahnya yang tampa riasan merah dan lembap.
"Tapi, sampai kapan? Kapan penantianku akan berakhir?"
"Beri aku waktu. Sebentar lagi pasti sosok itu akan hadir di antara kita."
Lalu aku menarik Tania dari dadaku dan mengecup pipi kanannya yang luka. "Maafkan aku," bisikku di samping wajahnya.
***
Rapat dewan sudah berakhir. Keputusan tentang Gedung XII sudah disetujui oleh seluruh investor dan kutanda tangani langsung saat itu juga.
Gedung XII akan dibangun minggu ini dan besok adalah pertemuanku dengan pihak arsitek yang akan mengurus segalanya. Gedung XII terletak di daerah pinggiran kota, aku harus mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk membuat Gedung XII ini. Mulai dari pembelian tanah dan beberapa pemukiman, akhirnya mendapatkam tanah seluas hektaran untuk berdirinya pabrik baruku.
Sambil mengistirahatkan tubuh seusai rapat dewan yang pembahasannya cukup berat tadi, akhirnya aku punya waktu untuk meminum secangkir kopi sambil tidur-tiduran. Tanganku bermain memindahkan cursor laptop, untuk membuka beberapa berita terbaru dari PC canggihku.
Sebelum beralih untuk bersantai, aku mengecek kamera CCTV di gedung. Karyawan-karyawan sedang dalam jam kerja mereka. Semuanya tekun melakukan pekerjaan mereka. Aku sudah menyuruh manager-manager setiap bidang mereka untuk memberi pantauan yang lebih ketat kepada anak buah mereka. Karena perusahaan yang maju adalah perusahaan yang karyawannya disiplin, tekun, dan dapat dipercaya.
Sejak dulu, aku memang memerintah seperti penjajah yang memaksa karyawannya untuk bekerja keras dan tidak mudah teralihkan fokusnya. Memang awalnya sulit, apalagi umurku cukup muda diawal aku menjadi orang nomor satu di perusahaan. Mereka yang merasa lebih berpengalaman dan lebih tua, banyak yang membuat peraturanku menjadi angin lalu.
Dan akibatnya adalah PHK.
Mereka yang tidak mematuhiku akan bernasib seperti itu. Hanya mereka yang patuh terhadapkulah yang bertahan. Tapi, dengan gajih yang di atas rata-rata, banyak dari mereka mati-matian mempertahankan posisinya di perusahaanku.
Setelah semuanya kuanggap aman. Aku membuka beberapa pesan di gmail, baik dari teman maupun rekan kerja. Semuanya kubaca dan kubalas satu-satu.
From :
Subject : Reuni Alumni Duta Bangsa Lulusan Tahun 2006, 2007,2008
Salam sejahtera,
Sudah bertahun-tahun sejak ketiga angkatan yang solid ini berkumpul bersama. Dengan maksud untuk merayakan ulang tahun Yayasan Duta Bangs yang ke- 34 tahun. Kami mengadakan acara perayaan yang dapat melepas rasa rindu di antara kawan-kawan semua. Dengan edaran undangan ini, kami mengundang anda untuk hadir dalam acara Reuni Akbar Duta Bangsa Lulusan 2006, 2007, dan 2008, yang dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Jum'at, 30 September 2016 - Minggu, 2 Oktober 2016
Tempat acara : Rosemary Villa, -
Sehubung pelaksanaan acara selama 3 hari 2 malam. Alumni diharap dapat menginap di villa tersebut selama acara berlangsung. Untuk alumni yang berkenan hadir, dapat mengklik tulisan join dan akan langsung berurusan dengan administrasi.
Aku mengernyitkan dahi setelah membaca pesan reuni tersebut, jarang-jarang SMA-ku mengadakan acara reuni, terakhir kali tahun 2012 dan kemudian lost contact. Jarang sekali aku mendengar Duta Bangsa membuat acara.
Tapi, aku membiarkannya saja dan mengikuti syarat-syarat untuk bisa hadir.
Setelah permintaanku diterima, aku menutup laptop dan bersandar di kursi kerjaku sambil memejamkan mata.
Banyak hal yang terjadi beberapa tahun belakang. Kejadian yang tak pernah kulupakan seumur hidup, sebuah rahasia yang terbongkar tentang masalah yang menimpa keluarga, tentang siapa yang melakukannya. Dan setidaknya itu semua sudah impas, karena tanpa ia ketahui, perempuan yang ia sakiti sudah lebih sakit dan menderita dari perkiraannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Between US
RomanceVictoria kabur dari masa lalunya, pergi mencari tempat yang tak akan ada orang yang mengenalnya. Pergi ke Amerika adalah salah satunya jalan, dengan uang yang sangat pas-pasan dan keahliannya dibidang menggambar, membawa Victoria pada pekerjaan yan...