Kasih Sayang

5.5K 239 6
                                    

"Ka Dry mau kemana?" tanya Anton yang tidak digubris oleh Drya.

"Abang... ka Dry mau kemana?"

Kali ini Anton mencoba bertanya kepada bang Adri.

"Anak itu pasti mau mencari ketenangan. Biarkan saja Ton. Abang udah nyuruh ajudan buat ngikutin dia kok."

"Apa? Kalau ka Dry melakukan hal buruk gimana? Aku gak mau ada hal yang enggak aku ingin!"

Anton pun langsung mengambil kunci mobilnya dan langsung mengikuti Drya.

Sementara itu...

Drya melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Entah kemana tujuan Drya saat itu. Yang jelas, ia hanya butuh ketenangan. Ya.. hanya ketenangan.

Sementara itu di belakang mobil Drya ada satu mobil yang juga mengikuti kemana mobil Drya melaju.

Ya... didalam mobil itu ada kedua ajudan bang Adri yang selalu mengawasi kemanapun mobil Drya melaju. Dengan kecepatan yang tidak kalah tinggi, mereka pun terus mengejar mobil Drya tanpa harus membuat Drya tau bahwa ia diikuti.

"Non Drya berani juga ya ngendarain mobil dengan kecepatan tinggi kayak gini."

"Iya bener... Gue pikir cewek kayak non Drya enggak bakal berani ngendarain mobil dengan kecepatan diatas 80 km/jam."

Percakapan kedua ajudan itu cukup menggambarkan betapa cepatnya laju kendaraan yang dikemudikan Drya.

Tapi sampai akhirnya, Drya menghentikan kendaraannya di tepi jalan yang langsung menghadapkannya dengan sebuah pemandangan laut.

Ya wanita ini sangatlah menyukai laut.

"Seperti biasa... Desir ombakmu selalu menenangkanku."

Wanita ini sama sekali tidak mengingat bahwa anggota keluarganya sedang mengkhawatirkan keadaannya.

Drya POV.

Ketika aku sedang ada masalah apapun, entah mengapa aku selalu rindu dengan bunyi desir ombak dan sejuknya angin yang berhembus di tepi pantai.

Rasanya sangat menenangkan. Aku merasa masalahku akan hilang karena terhanyut bersama pasir pantai yang terbawa ombak.

Masalah yang datang saat ini sangat membuat kepalaku pusing.

Aku ingin menangis, tetapi seperti ada hal yang mengganjal mataku untuk membendung air mata itu.

"Kepalaku sakit sekali..."

Entah mengapa kali ini aku sangat merasakan sakit di kepalaku. Ini benar-benar sangat mengganggu ketenanganku yang tengah menikmati pantai.

"Aduhhh... sakit... aaaahhhh...."

Melihat kejadian itu, kedua ajudan suruhan bang Adri malah hanya berdiam diri dari kejauhan sambil memantau Drya.

Karena mereka dipesan untuk tidak mendekati Drya, tapi hanya harus mengawasinya saja.

"Ka Drya!!" panggil Anton dari kejauhan.

Namun, tiba-tiba tubuhnya ditahan oleh kedua ajudan tersebut.

"Den... maaf, biarkan saja dulu. Kita dilarang mendekati dan mengganggu ketenangan non Drya."

"Hei... kalian bodoh ya! Lihat itu kakakku sedang kesakitan! Mata kalian rabun ya!"

Anton yang kesal akhirnya berontak dari pegangan tangan kedua ajudan itu dan langsung menghampiri Drya.

Namun sepertinya Anton kalah cepat. Drya yang sudah merasakan sakit itu akhirnya jatuh pingsan di tepi pantai, saat Anton mencoba mendekatinya.

Ketulusan Hati Drya (SETENGAH DI UNPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang