Menunggu Jawaban

5.9K 302 20
                                    

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438H

Taqobbalallahu minna wa minkun, shiyamana wa syiyamakum

Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan bathin :) :)

Minta doanya ya readers yang selalu di rahmati Allah.. nanti malam aku akan bertempur ke meda perang, doakan biar lolos ya :) :) arigatou minna-san

Happy Reading :) :)

~~~~~~~~~~~~~


"Ada tamu? malam-malam seperti ini?" tanyaku penasaran.

Ku rasakan mas Satria melepaskan pelukannya dariku, "kita ke depan bersama ya! aku ingin mendengarkan penjelasan darinya."

Betapa terkejutnya aku saat ada seorang wanita cantik yang berdiri dengan senyuman menatapku.

Ku rasakan ketegangan di wajah suamiku. Ada apa dengannya? lalu siapa wanita cantik ini? sepertinya aku belum pernah mengenalnya.

Penampilannya begitu modis, dengan mantel yang masih melekat ditubuhnya. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai. Serta senyumannya yang terus dilontarkan pada kami.

Tebalnya mantel yang ia kenakan, seakan berbicara bahwa wanita ini datang dari negara yang bersuhu sangat dingin.

"Maaf... kamu mencari siapa?" tanyaku perlahan.

Ku lihat ia mengulurkan tangannya untuk berjabat denganku.

"Aku Kanaya, salam kenal."

"Aku Drya. Salam kenal kembali. Tapi kamu sedang mencari siapa ya?" tanyaku tambah penasaran.

"Aku kesini ingin bertemu denganmu," ujarnya tersenyum.

"Aku?" tanyaku meyakinkan. Ia ingin bertemu denganku, padahal aku sama sekali baru mengenalnya detik ini.

Ku lirik sejenak wajah mas Satria yang ternyata sudah dalam keadaan emosi. Astaghfirullah... ada apa lagi dengannya...

"Mau apa kamu kesini?" Kanaya hanya terdiam dengan senyuman, "belum puas dengan luka yang selama ini kamu buat?"

"Satria... aku rasa kita tlah lama tak bertemu. Kenapa kamu masih ingat dengan cerita masa lalu kita?" tanyanya sambil terus tersenyum.

Kanaya benar-benar sangat murah senyuman. Tapi kalimat yang ia ucapkan benar membuatku heran. Mereka membicarakan masa lalu? maksudnya?

"Aku jauh-jauh pulang dari Jerman karena mendapatkan info bahwa kamu tlah menikah. Aku bersyukur, akhirnya kamu menemukan obat dari luka yang ku buat. Makanya aku relakan waktuku untuk ke Indonesia, tepatnya untuk melihat bidadari yang tlah kamu persunting."

Obat dari luka yang ia buat? Maksudnya siapa? tak ada keberanikan sedikit pun untukku meminta penjelasan dari suamiku.

"Drya sangat cantik, lebih cantik dari yang ku bayangkan. Aku harap ia memang pelabuhan cintamu yang terakhir, Sat. Aku yakin Drya pasti akan menjadi istri yang sholehah untuk mendampingi kisah hidupmu."

Tak ada kata yang dapat mendefinisikan wajah mas Satria saat ini. Yang jelas, aku yakin bahwa suamiku tengah dilanda emosi yang menghinggapinya.

"Kanaya, aku memang baru mengenalmu saat ini. Tapi, terimakasih untuk doa yang kamu ucapkan tadi. Insyaallah aku akan selalu berusaha menjaga dan menjadi istri sholehah untuk mas Satria," ucapku tersenyum.

"Sepertinya kamu wanita yang sangat ramah. Aku akan menyesal jika tidak mengenal jauh tentang kamu. Oh iya, ini ada oleh-oleh dari Jerman untuk kalian, anggap saja sebagai kado pernikahan dariku," ucapnya memberikan sebuah bingkisan yang cukup besar untuk kami.

Ketulusan Hati Drya (SETENGAH DI UNPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang