Kerinduan

6.9K 340 63
                                    

Kemaren ada apa ya? aku masih polos sih, kata mama gak boleh tau hihi

Terus episode ini ada apa ya?

Happy Reading :) :)

~~~~~~~~~

Ia semakin menepis jarak di antara kami, "bolehkah aku meminta hakku sebagai suamimu?"

Perlahan aku mengganggukkan kepalaku. Mungkin ini sudah saatnya, aku memberikan mahkotaku untuk suamiku.

"Lakukanlah mas! aku ikhlas."

***

Pagi ini aku masih terngiang dengan kejadian tadi malam.

Sungguh, aku benar-benar mencintaimu, suamiku.

"Apa masih sakit?" tanyanya memegang tanganku erat.

Aku teringat akan kejadian tadi pagi yang semakin membuatku malu. Keyakinanku untuk dapat berjalan sendiri ke kamar mandi ternyata sulit sekali.

Seluruh tubuhku rasanya sangat sakit, sungguh ini sangat melebihi rasa sakit dan pegalnya setelah lari marathon seharian.

Namun, mungkin karena suara ringisanku yang terlalu keras, akhirnya suamiku menggendongku hingga sampai kamar mandi.

Ia menatapku lekat tanpa kata. Aku semakin malu dengan sikapnya. Ahh dia memang selalu membuatku malu dengan sikapnya.

"Sudah lebih baik."

"Lalu mengapa kau terus memegangi perutmu?" tanyanya heran.

Saat ini aku memang tengah memegangi perutku sambil bercermin. Rambutku yang basah, sedang ku biarkan terurai agar cepat kering.

"Aku berharap, akan ada nyawa baru yang segera tumbuh disini mas," ucapku sambil mengelus-ngelus pelan perutku.

"Aku berharap hal yang sama," ujarnya sambil mencium keningku.

***

Sore ini aku ingin menghabiskan waktuku untuk menunggu keindahan matahari terbenam. Keajaiban yang selalu ditunggu oleh setiap orang.

Cahayanya kian menyadarkan aku bahwa kita harus tetap bercahaya, meskipun banyak orang yang tak pernah memperdulikan kehadiran kita.

Matahari. Cahayanya tak pernah redup kecuali saat cuaca buruk. Sama seperti manusia, tidak akan bisa bercahaya jika tidak dalam keadaan sehat.

Oh tidak.. sepertinya ungkapanku salah, masih banyak orang sakit yang masih bisa menginspirasi banyak orang dibandingkan orang sehat.

Ketika melihat matahari, aku pun tersadar, untuk bisa menginspirasi dan bersinar tidak perlu untuk selalu bergantung pada matahari. Buktinya, matahari masih tetap bisa bersinar walaupun ia sendiri, bukan?

Cahaya di sekelilingku perlahan berubah temaram. Ia yang menyinari tlah berganti tugas. Kini matahari tengah beristirahat agar bisa kembali menyinari lagi esok.

Ketika semuanya redup, aku baru tersadar bahwa aku bukan lagi wanita sendiri. Aku datang ke tempat ini pun juga bersama suamiku.

Ohh... dimana dia? jangan bilang dia menghilang lagi!

Suara adzan pun mulai terdengar di telingaku. Menggema di seluruh penjuru kehidupan. Menandakan sudah saatnya kembali masuk ke rumah untuk beristirahat seperti matahari.

Ku langkahkan kakiku ke setiap penjuru homestay ini. Berharap dapat menemukan suamiku lebih dulu, sebelum ia mengagetkanku dengan pelukannya.

Ketulusan Hati Drya (SETENGAH DI UNPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang