Kali ini POV untuk Satria aja ya...
Terimakasih untuk dukungannya pada cerita ini...
Vote dan commen dari kalian itu sebuah semangat untukku melanjutkan cerita ini :) :)
Selamat menikmati
~~~~~~~
Kehidupanku benar-benar berubah semenjak aku melihatnya.
Seorang gadis yang dapat mengalihkan duniaku. Baru kali ini aku menyaksikan bidadari yang sejati di dalam dunia.
Sungguh aku akan sangat menyesal jika aku sampai melarikan diri dari pertemuan itu.
"Anakmu tuh pah, daritadi senyum-senyum sendiri. Baru kali ini mama liat dia jatuh cinta seperti ini."
Bahkan sampai ibuku saja menyadari akan perubahanku. Memang semenjak keluar dari rumah gadis itu, aku selalu tersenyum dan bersenandung.
Tak peduli akan siapa pun yang memandangku dengan wajah heran. Yang penting aku menikmati perjodohan ini.
"Ma, pa, kenapa tanggal pernikahannya gak di tentuin aja sekalian tadi?" tanyaku yang masih fokus mengendarai mobil.
Hal yang paling aku sesalkan ketika pertemuan itu tidak langsung membicarakan tentang tanggal pernikahan aku dengan wanita itu.
Aku benar-benar sudah tidak sabar untuk bersanding dengannya di pelaminan. Aku akan membuatnya benar-benar mencintaiku. Sangat mencintaiku.
Baru kali ini ada seorang wanita yang benar-benar menbuatku gila. Aku harus dapatkan dia. Dengan dan tanpa perjodohan itu sekali pun.
"Kita kesana kan bukan untuk melamar, tapi untuk ta'aruf aja. Mama sama papa takut kamu akan kabur lagi kalau langsung melamar wanita itu."
"Pokoknya aku mau menikah dengan dia, pa. Kalau bisa besok kita kesana lagi untuk melamar dia!"
Kali ini aku harus cepat dapatkan wanita itu. Mengingat kedua orangtuaku yang belum melamarkannya untukku. Aku sangat takut ia sudah lebih dilamar oleh laki-laki lain.
Aku sangat tidak rela jika ada laki-laki lain yang mengucap namanya saat akad nikah nanti.
"Ya sudah, secepatnya papa akan atur jadwal lagi untuk acara pelamaran. Tapi papa gak mau denger kamu nolak lagi ya, Sat. Papa akan menentukan pernikahan kamu dengan Drya akan berlangsung 3 bulan lagi setelah acara lamaran itu," ucap papa menjelaskan.
"Apa? 3 bulan setelah acara lamaran?" tanya Satria terkejut.
"Kenapa? papa gak mau terima penolakan lagi dari kamu ya, Sat."
"Kelamaan pa!" seru Satria kesal.
"Kelamaan? papa pikir kamu bakal mengulur waktu lebih lama lagi untuk pernikahan itu."
Papa dan mama semakin tak mempercayaiku. Mereka menyangka aku akan menolak dengan waktu 3 bulan itu.
Ya, aku memang akan menolaknya. Yang wajar saja, waktu 3 bulan itu sangat lama untukku. Saat-saat bersanding dengan wanita itu sungguh aku dambakan saat ini.
"3 bulan kelamaan pa, 1 bulan aja deh. Kalau bisa 1 minggu aja," ucapku terkekeh.
"Kamu yang bener aja, Sat. Pernikahan itu persiapannya gak semudah yang kamu pikir. Banyak hal yang harus di urus dan diperlukan!" seru papa tak mau kalah.
"Papa mau aku berubah pikiran?" tanyaku mengancam.
Papa dan mama pun mulai terlihat kebingungan dengan permintaanku yang terdengar aneh baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketulusan Hati Drya (SETENGAH DI UNPUBLISH)
Spiritual(DONE - PRIVATE) Tidak ada satupun alasan untuk aku tidak bersyukur hari ini. Memiliki seorang kakak sebagai abdi negara dan adik laki-laki yang tengah merampungkan pendidikan kedokterannya, menjadikanku wanita yang selalu merasa bahagia. Menurutku...