Ada yang nungguin? ciee nungguin? lama banget yak?
Sabar yak.... kayak nunggu jodoh ^_^ ^_^
Happy Reading :) :)
~~~~~~~~~~~~~
"Melamun kenapa?" tanyanya masih dengan nada yang lembut.
Aku hanya bisa terdiam seribu bahasa. Aku bingung akan jawabannya.
"Dia kembali? Heem..." ucap mas Satria semakin dekat, "apa kamu masih bertahan dengan luka di masa lalu?"
"Mas," ucapku gemetar takut.
Aku berlindung pada-Mu ya Allah, jangan biarkan nafsu amarah menguasai jiwa suamiku. Maafkan aku ya Allah...
"Maafkan aku, mas. Tapi jujur aku gak sengaja bertemu dengannya. Jangan marahi aku lagi, mas. Maaf."
Mataku terpenjam, tanganku terus menggenggam tangannya erat. Ku cium tangannya hingga sampai tak kuat ia melepasnya.
Aku sangat takut, tamparan panas itu mendarat kembali di pipiku. Aku takut. Amarahnya begitu membuatku takut. Amarahnya jugalah yang menjadikan aku terperosot menghadapi dosa.
Namun, ketakutanku tak berujung nyata. Ku rasakan dekapan hangat tubuhnya merapat ke tubuhku. Dikecupnya lembut keningku yang masih basah akan peluhku.
"Maaf tlah membuatmu takut seperti ini."
Perlahan, ku atur nafasku sedemikian rupa. Nafasku yang terus menerus menderup kencang akibat rasa takut ini.
Astaghfirullah... maafkan aku ya Allah, aku tlah suudzon pada suamiku sendiri.
Dugaanku ternyata salah besar, mas Satria yang tadinya aku pikir akan memarahiku lagi, ternyata kini malah merengkuhku dalam.
Aku sangat menyayangimu, suamiku. Bantu aku untuk selalu bisa memahamimu setiap saat.
"Kamu gak marah sama aku, mas?" tanyaku perlahan.
"Tidak sayang. Tapi sekarang aku mau wedang jahe, boleh kan?"
"Sangat boleh. Tunggu sebentar ya, aku bikinin dulu," ucapku sambil menangkup wajahnya lembut.
Setelah beberapa langkah aku meninggalkan suamiku untuk ke dapur, ku dengar ia sedang menghubungi seseorang.
Rasa tenang dalam hatiku kembali menderu. Entahlah.
Ku beranikan diri untuk mendengarkan pembicaraannya dengan seseorang di telepon, walau hanya samar-samar.
"Segera cari semua informasi tentang laki-laki yang bernama Alfariel Hanan Dimitri. Saya tunggu semua infonya malam ini juga!"
Aku tersontak kaget saat mendengar ucapan suamiku. Apa yang ia katakan pada orang di telepon itu?
Mengapa suamiku menyuruhnya untuk mencari informasi tentang Farel? Lalu darimana juga ia tau nama lengkap Farel?
Ya Allah... bantu aku untuk tetap tenang. Meski terkadang jiwa ini memburu ketakutan. Bantu aku untuk mahir memahami sifat dan hati suamiku.
***
Pagi ini, tak tau mengapa mas Satria lebih memilih untuk terburu-buru berangkat ke kantor. Tak ada pikiran buruk sedikit pun yang aku terlintas untuknya.
"Hari ini aku berangkat lebih awal ya. Hari ini kamu jangan kemana-mana. Aku gak izinin kamu, untuk alasan apapun itu."
Suaranya begitu menggema memenuhi ruang tamu rumah ini. Para asisten yang mendengarnya pun ikut menunduk takut sepertiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketulusan Hati Drya (SETENGAH DI UNPUBLISH)
Spiritualité(DONE - PRIVATE) Tidak ada satupun alasan untuk aku tidak bersyukur hari ini. Memiliki seorang kakak sebagai abdi negara dan adik laki-laki yang tengah merampungkan pendidikan kedokterannya, menjadikanku wanita yang selalu merasa bahagia. Menurutku...