Kemaren ada apa ya bisa pada tegang gitu?
Lalu siapa yang salah sebenarnya?
Happy Reading :) :)
~~~~~~~~~~~~~
"Berani sekali kamu! keluar rumah tanpa persetujuan dari suami. Saat pulang pun tak memberi kabar. Apalagi sampai diantarkan laki-laki lain."
Tubuhku gemetar kala mendengar suara itu. Rasa takut menyelimuti jiwaku begitu tebal. Aku tak tau harus menjawab apa.
Aku memang meminta izin pada suamiku. Tapi belum mendapatkan persetujuannya untu keluar rumah.
"Mengapa diam saja! JAWAB!!"
Aku menoleh perlahan. Sungguh, aku tak mengerti apa yang tengah terjadi pada suamiku. Sampai ia begitu memarahiku.
"Ikut aku!!" ia menarik tanganku begitu erat dan ......... sakittt.
Ia membawaku ke kamar dan menghempaskan tubuhku ke tempat tidur.
"Kamu menganggap aku ini siapa kamu?" tanya mas Satria lembut.
"Kamu suamiku, mas."
"Lalu kenapa kamu tak menghargai statusku sebagai suami kamu?"
Kini ku tau emosinya sedang memuncak. Aku tak mengerti mengapa dia semarah ini padaku.
"Aku menghargaimu sebagai suamiku, mas. Aku sudah meminta izin padamu untuk berkunjung ke rumah bunda," ucapku berkaca-kaca.
Isak tangisku tak dapat lagi tertahan. Seumur hidup, aku tak pernah mendapatkan perilaku seperti ini.
"Apa aku mengizinkanmu?" tanyanya datar.
"Aku memang tak mendapatkan jawaban darimu, mas. Karena aku pikir, kamu pasti mengizinkan aku untuk ke rumah bunda."
"Jangan mengambil kesimpulan sendiri! karena aku memang tidak akan mengizinkan kamu!" seru suamiku menatapku tajam.
"Kenapa kamu seperti ini, mas? aku hanya berkunjung ke rumah orangtuaku, keluargaku, mas."
"Kalau aku bilang tidak diizinkan, ya tidak akan diizinkan! tak usah membantah!" seru mas Satria membentakku.
"Ya Allah mas, kamu kenapa sih? bang Adri yang seorang abdi negara, sebuah profesi yang menuntutnya untuk tegas saja tak pernah sekali pun membentakku sampai seperti ini."
Entah apa yang tengah merasuki pikiran suamiku. Suara kasarnya benar-benar membuatku takut. Tak ada lagi suara lembutnya yang terdengar di telingaku.
Plaakkkk....
Ia menampar pipiku sangat keras. Aku merasakan perih di seluruh wajahku.
Aku merasakan sakit karena suamiku sendiri. Laki-laki yang aku yakin dapat menjadi jembatanku menuju surga.
Hatiku begitu sakit, lebih sakit dari rasa tamparan itu.
"Kamu menamparku mas?" tanyaku menangis.
"Kenapa? sakit? lebih sakit mana saat aku melihat kamu diantar laki-laki lain!"
"Dia bukan laki-laki lain mas. Dia abangku, abang yang selalu menjagaku tanpa pernah menyakitiku dengan tamparan seperti ini," ucapku yang terus mengeluarkan air mata.
"Kamu mulai berani denganku!"
"Bukan seperti itu maksudku mas. Aku mohon tenang mas. Maafin aku, kalau aku berbuat salah."
![](https://img.wattpad.com/cover/85248518-288-k47580.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketulusan Hati Drya (SETENGAH DI UNPUBLISH)
Espiritual(DONE - PRIVATE) Tidak ada satupun alasan untuk aku tidak bersyukur hari ini. Memiliki seorang kakak sebagai abdi negara dan adik laki-laki yang tengah merampungkan pendidikan kedokterannya, menjadikanku wanita yang selalu merasa bahagia. Menurutku...