"Tanpa mu, mentari akan terus beredar. siang dan malam akan tetap datang, tak perduli kamu siap ataupun enggan."
........
Naira terbangun dengan nafas terengah-engah di dalam ruangan serba putih, seluruh tubuhnya terasa nyeri.
"Alhamdulillah, cuma mimpi."
Dia menghembuskan nafas lega.
"Aku tau, Satria gak mungkin ninggalin aku."
Mama mertuanya memasuki ruangan dengan senyum yang di paksakan. mencoba terlihat tegar.
"Ma, aku udah boleh pulang belum ya?"
"Ayahmu tadi bilang kamu boleh pulang saat sudah sadar."
"Sadar? Maksud mama?"
Tak menjawab, mama memeluk Naira dengan sangat erat. Dia tau sekarang diapun tidak baik-baik saja tapi menguatkan Naira adalah salah satu tugasnya sebagai seorang mertua.
Ini tak akan mudah untuk Naira, mama sangat memahami itu. Naira, dia harus merasakan kehilangan seseorang yang dia pikir akan menemaninya hingga menua apalagi di usia yang masih sangat muda.
"Ma, mama kenapa?"
"Enggak Nai, mama gak kenapa-napa. kita harus kuat jalanin semua ini."
"Maksud mama apa sih ma? Nai gak ngerti."
"Nai, kamu harus menjadi lebih kuat. cobaan ini datang tidak hanya untuk mu. semua orang akan merasakan kehilangan. karna sungguh kita tak pernah memiliki apapun."
"Kehilangan apa?"
Naira melepaskan pelukan mertuanya, dia benar-benar dibuat bingung dengan segala ucapan Abrin.
"Ma, jawab. maksud mama apa? kehilangan apa?"
"Satria"
Mendengar ucapan Mama, Naira memutar kembali ingatannya tentang mimpi yang baru saja dia alami. iya kah? ini benar-benar sulit dia percayai.
"Ma, yang tadi itu mimpi kan?"
Suara Naira kembali melemah.
"Enggak Nai, ini kenyataannya. Satria sudah pergi meninggalkan kamu. kamu harus bisa terbiasa hidup tanpa Satria."
kembali hening. Air mata mengalir tanpa diberi aba-aba atau pula di tahan.
"SATRIAAAAAAAAA"
"Tenang Nai, tenang. Istighfar nak."
"Enggak Ma, Satria gak mungkin ninggalin aku."
"Kamu harus bisa terima. kita semua harus bisa menerimanya. bukan hanya kamu, mama pun merasa kehilangan, bahkan sangat. 20 tahun lebih mama hidup dengan Satria, gak ada yang melebihi kasih sayang seorang ibu di dunia ini Nai. tapi bagaimanapun mama mencoba untuk menerima takdir. Seharusnya kamu juga bisa menerima ini."
Air mata Naira mengalir semakin deras, kali ini tanpa suara. Dadanya sesak. dia di paksa menerima keadaan yang bahkan di bayangkannya saja tak akan mungkin. dalam waktu singkat, hidupnya berubah, roda berputar begitu cepat. tanpa aba-aba takdir menghancurkannya. setidaknya itu yang ada dalam fikiran Naira saat ini.
................
Ada gelap, ada juga terang
ada senja, ada juga fajar
Ada bulan, tentu ada matahari
Ada hujan, tentu ada awan
Ada yang pergi, ada pula yang datang
KAMU SEDANG MEMBACA
Seikhlas Langit [SUDAH TERBIT]
SpiritualTumbuh bersama, tawa, tangis dan bahagia sejak kecil mereka bagi bersama. tapi usia memberi tahu sampai kapanpun mereka bukan lah satu. juga rasa yang tak mungkin bisa di bohongi, tumbuh subur namun selalu berusaha di bunuh dengan kekejaman jarak. s...