Naira pov
"ELO?! NGAPAIN DIRUMAH GUA?!!"
"Dasar nenek lampir metropolitan! Biasa aja dong lo, berlebihan banget"
"Udah deh sono minggir lo anakan genderuwo, gua mau masuk!"
"Yeee sono aja, emang gua ngelarang?"
"Yee apa juga hak lo? Ini kan rumah gua."
"Udah deh susah ngobrol sama nenek lampir kayak lo"
"Terserah, minggir deh lo mendingan"
Jika terus berdebat dengan makhluk ini, bisa-bisa berasap telinga ku. Kalian ingin tau dia siapa? Ku sarankan lebih baik tidak usah cari tau. Menyesal itu mutlak jika kalian mengenal nya. Dia satu-satu nya lelaki paling menyebalkan yang aku kenal. Banyak bicara, tidak pernah mau kalah, keras kepala, parasit, hobi nya hanya main-main dan masih banyak hal menyebalkan yang lain. Jadi apa kalian masih ingin mengenal nya? Jika iya berarti kalian tidak kalah keras kepala nya.
Oke, nama nya Satria Aji tapi tingkah nya gak seperti kesatria. Ah sudah lah lupakan makhluk itu, membuat ku setres dan menambah tumpukan dosa ku saja, dan membuat perutku malah jadi mulas.
Aku tau hari ini sedang ada acara bunda dengan teman-temannya. Tapi kenapa si anakan genderuwo ada disini juga? Ah sudahlah....
Aku memutuskan duduk di taman depan daripada bergerombol dengan kumpulan orang tua yang sedang reunian, yang di bicarakan juga aku tak ingin mengerti. Kak Khumaira pun sedang istirahat
"Ngapain Nai sendirian disini?"
Mas Alwan? Dia di sini juga?
"Eh, Mas? Hmm Ya ngapain juga Nai di dalem, biarkan saja orang tua mengenang masalalu mereka hehe"
Mas Alwan duduk di bangku sebrang ku yang di batasi meja bundar di depan kami.
"Mas"
"Ya?"
Aku memilin-milin ujung jilbab, aku sangat ingin bertanya tapi ada ketakutan dalam hatiku.
"Emm anu, Yang kemarin itu serius?"
Aku melihat Mas Alwan tersenyum mendengar pertanyaanku, tapi ada yang lain senyum nya menyiratkan luka. Ada yang salah?
"Mas gak pernah seserius ini Nai."
"Ehhmmm"
Belum selesai apa yang ingin di katakan Mas Alwan taoi sudah terganggu oleh suara aneh itu, Serentak aku dan Mas Alwan menengok kearah dimana suara itu berasal. Seketika mood ku hancur.
"Ngapain lo disini?"
"Nah lo ngapain bedua-duaan disini? Yang bukan mahrom kan gaboleh berdua'an, ntar yang ketiga nya setan"
"Nah ya elo setan nya."
"Gua disini kan nyelametin lo dari fitnah."
"Fitnah apaan sih? kita disini cuma ngobrol."
"Tetep aja berduaan kan? Gaboleh! Dosa tauk!"
Aku mulai geram dengan makhluk satu ini, tapi apa yang di katakan satria ada benar nya juga. Kami tak ada hubungan darah, juga tidak berstatus yang pantas berduaan.
"Berisik banget sih lo anakan genderuwo, kaleng rombeng, drum kosong."
"Apapun kata lo yang penting gua ganteng."
"Amit-amit, Mas Alwan lebih ganteng dari lo!."
Aku berbalik kearah Mas Alwan berdiri tadi, tapi Mas Alwan sudah tidak ada. Tuh kan kalau debat sama makhluk ini hari sudah malam saja tidak akan terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seikhlas Langit [SUDAH TERBIT]
EspiritualTumbuh bersama, tawa, tangis dan bahagia sejak kecil mereka bagi bersama. tapi usia memberi tahu sampai kapanpun mereka bukan lah satu. juga rasa yang tak mungkin bisa di bohongi, tumbuh subur namun selalu berusaha di bunuh dengan kekejaman jarak. s...