30

10.2K 650 33
                                    

Naira POV

Kamu meninggal
dan aku yang ditinggal
namun ternyata kita berdua sama-sama mati

Dengan sekuat tenaga aku berusaha bertahan menyusuri tempat pemakaman umum ini, tempat yang hampir 4 bulan lalu ku kunjungi dalam keadaan yang tidak bisa dikatakan baik.

Hari ini, kuputuskan untuk memulai hidupku yang baru. Aku tak akan membiarkan duka membuatku melupakan bahwa sampai detik ini Allah masih memberikan aku kesempat untuk bernafas, untuk bertaubat, untuk bahagia. Ah, bahagia ya? Ku pikir kepergian Satria perlahan akan ikut membunuhku, benar duniaku telah hancur berantakan sejak berbulan-bulan lalu, tapi bukankah Atas izin Allah aku masih ada waktu untuk kembali membangunnya? aku yakin akan hal ini.

Langkah kaki ku semakin mantap menuju tempat dimana Satria beristirahat. Ah ya, berkat Rahmat Allah dan bantuan dari dokter Faiz aku sudah kembali bisa berjalan normal. Ini hari pertamaku, untuk itu aku ingin melangkah menuju pusara Satria. Dia pasti akan bahagia jika masih bisa melihat senyumku hari ini.

Aku, Mas Alwan, dan bunda selesai memanjatkan do'a. Bunda mengusap pundakku lalu mereka menjauh memberiku waktu untuk lebih lama di tempat ini. iya aku butuh waktu...

"Sat, aku dateng. Maaf lama gak berkunjung kesini, bukan aku gak kangen sama kamu tapi aku gak mau kamu sedih kalau liat aku nangis. Tenang, sekarang aku baik-baik aja kok. liat, aku sudah bisa tersenyum di tempat ini..."

"...Kamu gak marah kan? Maaf ya aku gak sempet jadi istri yang baik buat kamu, terlalu banyak hal yang terjadi dalam pernikahan kita. Semesta seperti gak mengizinkan aku dan kamu bahagia..."

Air mata lolos begitu saja, tepat saat aku mengatakan bahwa aku sudah mampu tersenyum. Senyum yang ku paksakan, senyum yang penuh dengan kebohongan. tapi itulah yang harus terjadi, aku harus mampu kembali tersenyum meski dunia membuatku jadi si pembohong ulung.

"Sat, setelah kamu pergi banyak hal terjadi dalam hidupku. Aku gak tau lagi harus apa, yang jelas aku akan tepatin janji bahwa tanpamu aku baik-baik aja. Aku bakal jaga diri kayak apa yang kamu mau..."

"...oh ya, aku sekarang bantuin Kak Kamila jagain Fauzan. Dia itu anak yang lucu, aku selalu bahagia kalau ada di deket Fauzan. kalau kamu masih ada, pasti kamu juga seneng banget, tapi malem itu kita terlalu semangat ya mau ketmu dia, tapi gak masalah, ini takdir yang harus aku jalanin, ya kan?"

"Aku pulang dulu ya Sat, Fauzan pasti sudah nungguin Ammahnya ini."

Aku menyentuh batu nisan bertuliskan nama Satria, lalu berdiri dan jalan menjauh. Langkah baru yang sudah harus ku tempuh seorang diri, tanpa Satriaku.

..................

"Assalammu'alaikum," Kami menyerukan salam dari luar.

"Wa'alaikumsalam, eh tuh itutuh sayang Ammahmu dateng."

Suara kak Kamila terdengar dari sini, berusaha mengalihkan perhatian Fauzan yang tengah menangis. aku sangat senang Kak Kamila sudah kembali menjadi kakak ku yang dulu.
kakakku sudah kembali padaku...

"Tuh sayang, Ammah sudah pulang... Kalian lama banget? aku kewalahan dari tadi Fauzan rewel banget"

"Sayang uu sayang nak, jangan nangis lagi dong. cuup cuup jagoan umi gaboleh nangis yaaa"

Kak Kamila masih saja kulihat kerepotan mengurusi Fauzan hingga belum benar-benar menyadari keberadaanku sekarang.

"Aduhduhduh kenapa yaa kesayangan ammah? sini-sini sama ammah ya, sayang."

aku mengambil alih Fauzan dari gendongan Kak Kamila ke dalam pelukanku.

"Iya nih Nai, hari ini cengeng banget si Fauzan, gak tau deh kenapa."

Seikhlas Langit [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang