Bagian 5

2.2K 330 33
                                    


"Tuan Muda Jongin, Nona Eunji dan Minseok sudah datang."

Pria yang membelakangi mereka, berdiri di depan jendela, berbalik, wajah sangat tampan seketika terlihat. Alis tebal membingkai kedua iris cokelatnya, tajam, dingin, sekaligus memabukkan. Hidung jambunya bangir, bibir penuh, tampak seksi ketika dia menarik sudutnya. Kulitnya yang cokelat bersinar keperakan, dibawah sinar matahari pagi yang menerpa wajahnya, dari balik jendela kaca yang tirainya dibiarkan terbuka penuh. Dia tidak tersenyum, langkah kakinya saling silang, berdiri menjulang di hadapan Eunji yang lemas karena pesona pria itu sungguh tak terbantahkan.

"Kau tidak bilang dia sependek ini, Minseok." Jongin memperhatikan, tinggi Eunji hanya sebatas bahunya. "Ukurannya kecil sekali." gumamnya, tapi terdengar sangat jelas di telinga Minseok dan Leighton, apalagi Eunji yang berada tepat di bawah dagunya.

Eunji gemetar saat jari telunjuk Jongin menyentuh ujung dagunya, memaksanya untuk mendongak. Napas Eunji tertahan, Jongin mendekatkan wajahnya, menyentuhkan ujung hidungnya di ujung hidung Eunji. Seketika wajah Eunji merona, kalau Eunji tidak salah lihat, Jongin baru saja tersenyum tipis. Sial, haruskah pria yang membeliku semenarik ini? batin Eunji putus asa.

"Aku lupa mengukurnya. Eh, dia tidak kurus, Jong, jika kau menyerahkan Eunji pada Mamadou Debuchy jadi-jadian itu, Eunji pasti akan dapat jadwal diet ketat selama berminggu-minggu."

"Aku tidak bilang dia kurus, aku bilang dia kecil, terlalu longgar di tanganku."

Jongin mengangkat telapak tangannya, Minseok menanggapi hanya dengan bola mata yang berputar. Eunji mengerjab, selang tiga detik dia baru paham. Yang dimaksud Jongin kecil adalah ukuran dadanya, bukan badannya. Eunji mundur teratur, memberi jarak hampir enam langkah, bergidik, belum apa-apa pria kaya itu sudah memperhatikan ukuran dadanya.

"Tinggalkan kami, aku ingin melakukan sedikit pemanasan dengannya."

Eunji menelan saliva susah payah, dia melihat Minseok, menggeleng lemah, berharap pria baik itu tidak meninggalkannya (di pesawat Minseok memperlakukannya dengan sangat sopan, manis dan hangat, memberi kesan sangat bersahabat, Eunji bahkan berharap kalau Minseok saja yang membelinya)

"Kemarilah." kata Jongin, merujuk pada tempat di sebelahnya, di atas sofa khaki depan perapian. Minseok dan Leighton sudah lenyap di balik pintu kokoh berpelitur hitam mengkilap. Eunji duduk di sebelah Jongin, dia menumpukan pandangan pada jari-jarinya yang saling meremas.

"Namamu Kwon Eunji?"

Eunji mengangguk.

"Jawab dan lihat aku!"

Bentak Jongin, Eunji terlompat sangking terkejutnya.

"Iy----iya, Tuan." jawab Eunji takut-takut sambil melihat Jongin.

"Minseok sudah menjelaskan semuanya?"

"Iyah."

"Dia sudah bilang kalau kita akan menikah?"

"Iy----iyah."

"Tiga minggu dari sekarang."

Jongin memperhatikan Eunji yang gemetaran, wajah gadis itu kian pias, Jongin juga dapat melihat tumpukan embun yang siap meluncur kapan saja dari pelupuk gadis itu.

"Buka bajumu."

Eunji terkejut, serta merta cairan bening meluncur tak tertahan di pipinya yang pucat, napasnya berhenti tiga detik penuh. Eunji ketakutan sampai dia tidak bisa bergerak. Eunji menunduk sangat dalam, bahunya gemetar hebat, terisak. Dia tidak mampu menarik resleting dress yang dia kenakan, Eunji sudah tahu ini akan terjadi, tapi dia tidak menyangka secepat ini. Dalam ketakutan yang semakin membelengu, Jongin justru menarik pinggangnya, merapatkan tubuh mereka, menarik resleting dalam satu gerakan cepat.

The Second OPERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang