Bagian 17

1.3K 252 43
                                    

"Mr. Jagielka mengatakan padaku, kalau Eunji seperti memperlihatkan tanda-tanda kehamilan."

"Apa?"

"Seharusnya hari ini Minseok akan meminta Eunji untuk tes kehamilan, jika hasilnya positif maka kita akan berada dalam masalah besar."

"Brengsek! Apa Leighton melakukan kesalahan?"

"Dia bilang sudah melakukan yang seharusnya, tapi----"

"Chanyeol."

Chanyeol dan Yunwo seketika melihat ke sumber suara, Scarlett terpaku di muka pintu, Yunwo bungkam dalam hitungan detik.

"Scarlett?" Chanyeol terkejut, tapi dengan lihai dia memasang wajah tenangnya seperti biasa, dingin, nyaris datar.

"Apa aku mengganggu?"

Butuh waktu lima detik bagi Chanyeol untuk membuatnya yakin, Scarlett tidak mendengar apa yang sudah dia dan Yunwo bicarakan. Chanyeol berdiri, memerintahkan Yunwo untuk meninggalkannya berdua saja dengan Scarlett. Yunwo membungkuk hormat padanya lalu pada Scarlett sebelum menghilang di balik pintu, sementara Chanyeol mendekati Scarlett, tenang, tanpa senyum di wajahnya yang jumawa. Ada gelisah yang tersirat di balik manik safir Scarlett yang kini memandanginya, gadis itu tersenyum tipis, lalu tanpa aba-aba Scarlett memeluknya, menenggelamkan wajahnya di dada Chanyeol.

"Ada masalah?" tanya Chanyeol, datar.

Chanyeol berusaha sekuat tenaga untuk tidak balas memeluk, ataupun memperlihatkan betapa khawatirnya dia saat Scarlett tidak menjawab. Lima menit berikutnya dilalui dalam diam, Scarlett mengeratkan pelukan, memejamkan kedua mata, dia tidak tahu Chanyeol menunduk, memandanginya sangat lekat. Scarlett menghirup wangi segar seperti embun pagi yang menguar dari tubuh Chanyeol, mencoba mencari kekuatan dari pria yang dibencinya itu demi menahan kakinya agar bisa terus berdiri tegak.

Bagi Scarlett tidak ada yang bisa memahami betapa hancurnya dia kehilangan Jongin selain dirinya sendiri, betapa terlukanya dia melihat pria yang sangat dia cintai dari kecil hingga dewasa menikah dengan wanita lain. Mungkin bagi sebagian orang Scarlett terlihat berlebihan, tidak bisa merelakan apalagi melupakan Jongin yang kini jelas-jelas bukan lagi miliknya. Dua belas tahun, ya... dua belas tahun jalinan cinta itu terjalin, selama itu pula Jongin selalu bersamanya, baik suka maupun duka. Lantas salahkah bila sekarang Scarlett terpuruk dalam lara tanpa peri? Salahkah dia yang merasa benci pada Eunji? Salahkah dia yang selalu menangis tiap kali mengenang segala sesuatu tentang Kim Jongin?

"Love, jangan mengotori kemejaku dengan air matamu, aku masih ada pertemuan penting setelah ini."

Suara berat Chanyeol membuyarkan lamunan Scarlett, seketika dia mendesis, lalu buru-buru ingin melepaskan pelukan tapi Chanyeol menahannya. Tangan kokoh pria itu melingkari punggungnya, menariknya lebih dalam lalu meletakkan dagunya di puncak kepala. Scarlett tenggelam di balik lengan Chanyeol, dia tidak menolak dan membiarkan Chanyeol memeluknya erat. Meski Scarlett sangat membenci Chanyeol, kenyataan sejak dulu pelukan Chanyeol selalu bisa menenangkannya, selalu bisa memberinya kekuatan lebih yang tidak bisa Scarlett jelaskan dengan kata-kata.

"Aku benci menangis, jadi tidak perlu khawatir, aku tidak akan mengotori kemejamu." kata Scarlett, matanya nyaris terpejam ketika Chanyeol menciumi puncak kepalanya.

"Kau terlihat sengsara, kenapa? Dia membuatmu sedih lagi?"

"Tidak. Aku----aku saja yang berlebihan, Eunji istri Jongin, tidak ada yang salah...,"

Scarlett tidak bisa meneruskan kalimatnya, perih itu datang lagi, mengiris nadi, menusuk ulu hati. Chanyeol melepaskan pelukannya, dia memandangi Scarlett lembut, hangat, penuh luapan rasa yang sayangnya terasa berbeda makna untuk Scarlett.

The Second OPERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang