Bagian 7

1.8K 321 28
                                    


Eunji mengerjap lemah dari atas ranjang tidurnya, lemas, lapar, tubuhnya terasa remuk redam, dari ujung kepala sampai tumit. Jadwal olahraga yang Elmet berikan benar-benar tidak berperasaan, ditambah menu makanan yang jauh dari standar kesehatan. Eunji hanya menyantap dua sendok quinoa untuk sarapan, sepotong kecil tuna panggang di jam makan siang, minum air dan ngemil sebutir apel atau tak lebih dari semangkuk kecil edamame untuk menahan lapar dalam satu hari. Ini sudah hari ke lima, Eunji benar-benar tidak sanggup lagi, dia serasa mau mati.

Eunji hampir mengusir para pelayan yang datang ke kamarnya, bila saja dia tidak ingat nasib para pelayan ada di tangannya (semua pelayan Eunji akan dipecat, kalau dia sampai absen dari jadwal olahraga dan makan diluar dari menu dietnya). Mau tidak mau Eunji mandi, sarapan, lalu bersiap untuk olahraga. Eunji lunglai nyaris tertatih saat memasuki ruang olahraga, pening, berkunang-kunang. Elmet berdiri di ujung ruangan, ponsel menempel di telinga kanan. Wajahnya mengeras, rahangnya terkatub rapat, sambil melirik Eunji dia berkata pada seseorang di seberang telepon.

"Aku tidak bisa melanjutkannya, Mrs. Park. Gadis itu kekurangan gizi, dia bahkan hampir dehidrasi. Anda keterlaluan, dia bukan models yang terbiasa dengan olahraga ekstrim ataupun diet gila tanpa memikirkan jumlah kalori dan gizi, bahkan rela mengidap anoreksia demi selembar kontrak runway. Dia tidak akan kuat."

"Aku membayarmu untuk bekerja Elmet, bukan untuk memikirkan kesehatan gadis itu. Lakukan saja apa yang sudah aku katakan padamu, sebelum kau menerima pekerjaan ini."

"Tidak, ini gila. Lebih baik aku berhenti, dari pada aku membunuh gadis itu----"

"Mrs. Elmet."

Kalimat Elmet terputus, dia berpaling lalu bergegas mendekati Eunji yang hampir beringsut di lantai, dua pelayan menopang lengannya. Gadis itu pucat pasi, berkeringat, bibirnya gemetar. Eunji mengerjab, air mata menetes dari pupilnya yang kuyu, dia sudah tidak kuat, dunianya kabur dan serasa berputar hebat. Eunji sempat mendengar Elmet memaki, tubuhnya semakin lemas. Saat kesadarannya nyaris hilang, Eunji melihat sosok pria tinggi muncul di ambang pintu, berjalan mendekatinya.

"Jong----in." gumam Eunji sesaat sebelum tubuhnya ambruk di lantai, tak sadarkan diri.

"Nona Eunji!"

Para pelayan setengah berteriak, panik, dan semakin panik ketika Jongin menyambar tubuh Eunji yang pingsan dari tangan mereka.

"Eunji," Jongin menepuk pipi Eunji yang sudah seputih kapas, dia melirik Elmet, dingin, tajam, penuh luapan emosi. "Apa yang kau lakukan padanya?! Katakan!"

Elmet terkesiap, tapi dia tidak menjawab. Jongin mengangkat Eunji dengan kedua tangannya, berteriak memanggil Leighton yang tadi datang bersamanya, berdiri di dekat pintu bersama Minseok.

"Pecat mereka semua!"

Leighton hanya bisa mengangguk, para pelayan lemas bersama kalimat protes yang tertahan di ujung lidah mereka yang kelu. Jongin kembali berteriak, memerintahkan Minseok untuk memanggil tim dokter ke kamarnya.


~000~


"Dia dehidrasi dan kekurangan gizi, tekanan darah jauh di bawah normal, detak jantungnya bahkan sangat lemah. Nona Eunji harus istirahat total, dia harus banyak makan dan jangan melakukan aktifitas berat sampai kondisinya pulih."

Minseok mendengarkan semua penjelasan yang dokter sampaikan, lalu menghampiri Jongin yang duduk di pinggir ranjang. Dia tersenyum sekilas pada Leighton, pria paruh baya itu tampak cemas, berdiri di samping Jongin.

The Second OPERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang