sembilanbelas

5.8K 464 108
                                    

Lucy menata sarapan di meja makan dengan cekatan. Ia bangun pukul 4 pagi. Setelah mandi tadi, ia langsung menyiapkan sarapan untuk David dan juga dirinya.

Lucy tersenyum saat melihat David berjalan kearahnya.

"Pagi," ujar Lucy semangat. Dan David hanya berdehem menanggapinya.

"Kau mau apa? Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Apa kau mau nasi atau roti?" Ujar Lucy beruntun sambil menyebutkan menu sarapan mereka pagi ini.

David menatap Lucy heran. Bukannya kemarin Lucy baru saja menangis karena dirinya. Tapi kenapa hari ini Lucy sangat ceria. Seolah olah diantara mereka tidak terjadi apa-apa.

"Atau kau mau kopi?" Tanya Lucy kepada David yang hanya diam menatapnya.

"Tak usah. Aku sarapan di kantor saja. Aku ada meeting pagi ini," ujar David dingin. Tidak ada lagi kelembutan dalam suaranya.

Tanpa bisa dicegah, ekspresi Lucy langsung sedih. "Ohh." Tapi dengan cepat dia merubahnya dengan senyum lebarnya.

"Yasudah kalau gitu sebaiknya kau segera pergi. Takutnya kau telat. Kau tau kan Jakarta seperti apa jika sudah macet," ujar Lucy santai.

"Hm..."

Sebelum pergi, David menatap meja makan sekilas. Dia melihat sudah banyak makanan yang tersaji di atasnya. Entah kenapa hatinya menjadi tidak tega dengan Lucy.

Merasa tau apa yang dipikiran David, Lucy berujar, "Sudahlah lebih baik kau berangkat sekarang saja. Dan masalah makanan ini nanti aku yang akan memikirkannya. Kau tidak usah khawatir, aku tidak akan membuang makanan ini dengan percuma."

Mendengar perkataan Lucy yang terdengar santai pun membuat David menjadi tidak peduli lagi.

'Mungkin itu yang memasak Bibi, dan dia hanya mennyiapkannya saja. Cih cari muka' ujar batin David.

David berjalan menuju pintu rumah di ikuti Lucy yang berjalan dibelakangnya sambil menundukan kepalanya dan kedua tangannya bertautan. Entah apa yang disembunyikannya.

"Lain kali suruh Bibi tidak usah masak lagi jika tidak aku suruh. Dan kau juga tidak usah menyiapkan makanan untukku. Karena aku mungkin akan jarang makan dirumah," ujar David dingin dan tajam.

Setelah mendengar perkataan David, secara refleks tubuh Lucy berhenti mendadak. Lucy mengadahkan kepalanya dan yang dilihat pertama kali adalah punggung David yang perlahan menjauh. Bahkan David tiak berbalik sama sekali untuk menatapnya.

Lucy masih mematung di depan pintu saat mobil David sudah tidak terlihat lagi. Ucapan David benar-benar menghantam dirinya.

"Bibi? Jadi dia kira yang masak semua itu Bibi?" Ujar Lucy lirih.

Dengan langkah gontai, Lucy kembali masuk kedapur. Dan Lucy menatap bibi yang sedang menatapnya khawatir.

"Non baik-baik aja kan?" Ujar Bibi Imah.

Lucy memberikan senyumnya yang seolah berbicara dia baik-baik saja. "Aku baik-baik aja kok Bi. Oh iya nanti semua makanan ini Bibi makan aja ya atau Bibi kasih ke orang lain aja. Jangan Bibi buang ya, mubazir."

Bi Imah menyentuh pundak Lucy dengan pelan. Bisa dirasakannya jika pundah Lucy sedikit bergetar.

"Aku gapapa kok Bi. Bibi tenang aja ya," ujar Lucy.

"Kalau gitu aku berangkat kerja dulu ya Bi," pamit Lucy mencium punggung tangan Bi Imah.

Baru beberapa langkah berjalan, Lucy membalikkan badannya dan melihat Bi Imah yang matanya sudah bercaka-kaca menatapnya dengan sendu.

Best Mistake In MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang