duapuluhempat

5.7K 491 33
                                    

David membuka matanya secara perlahan. Tanpa sengaja tangannya menyentuh sisi tempat tidur di  sampingnya yang terasa dingin. Saat ia menolehkan kepalanya, tempat tidur itu kosong. Lucy tidak berada disana.

David berdecak. Entah kenapa dia kesal sendiri saat tidak menemukan Lucy di sampingnya. Karena kebiasaan David selama menikah ini adalah menatap wajah polos Lucy saat tidur.

David selalu bangun pagi-pagi hanya untuk menatap wajah polos Lucy sekitar satu jam. Selama ia menatap wajah Lucy, ia selalu bertanya dalam hati apakah ini takdirnya. Apakah Lucy adalah masa depannya?

Setelah menatap wajah Lucy, ia kembali tidur. Bahkan ia tidak tau jika Lucy selalu bangun pagi untuk membuatkannya sarapan.

Butuh waktu setengah jam untuk David selesai bersiap-siap. Ia berjalan menuju dapur sambil membenarkan dasinya.

"Tuan mau saya buatkan sarapan?" Tanya Bi Imah.

"Gak usah Bi. Saya lagi gak mau sarapan," ujar David. Tiba-tiba moodnya hari ini jelek.

"Baik Tuan," ujar Bi Imah singkat.

Sebelum David beranjak. Bi Imah telah memanggilnya. "Non Lucy kemana Tuan?" Tanya Bi Imah penasaran.

"Lagi nginep di rumah Emily," ujar David. "Kenapa emangnya?" Tanyanya.

Bi Imah menggelengkan kepalanya. "Gak papa sih Tuan. Tapi saya heran aja."

"Heran kenapa?" Tanya David penasaran.

"Ya heran Tuan. Karena biasanya pagi-pagi sekali saya mendengar suara berisik di dapur. Karena saya takut itu maling, jadinya saya cek ke dapur. Eh ternyata Non Lucy sedang masak. Tapi hari ini saya tidak mendengar suara berisik di dapur. Makanya saya heran," ujar Bi Imah membuat David membeku.

"Masak?" Tanya David memastikan.

"Iya Tuan, Non Lucy masak."

David menatap Bi Imah tak percaya. "Jadi bukan Bibi yang masak selama ini?" Tanya David.

"Bukan Tuan. Yang masak selalu Non Lucy. Waktu itu saya pernah mau masak tapi dilarang sama Non Lucy. Jadinya saya cuma nemenin dia masak. Saya kagum sama dia Tuan," ujar Bi Imah tersenyum membayangkan istri majikannya itu.

"Kagum kenapa?" Tanya David. Bahkan ia tak sadar jika ia sudah menarik kursi di dekat meja makan dan mendudukinya. Bahkan ia lupa jika sebentar lagi ada rapat.

"Karena biasanya kan perempuan jaman sekarang itu gak mau yang namanya nyentuh dapur. Tapi Non Lucy rela pagi-pagi bangun untuk buatin Tuan sarapan. Bahkan dia rela kalo tangannya teriris pisau," ujar Bi Imah tanpa mempedulikan jika wajah David terkejut. Bahkan David tidak menyangka jika Lucy sampai teriris pisau.

"Menurut Bi Imah, Lucy itu gimana orangnya?" Tanya David.

Ia belum pernah bertanya kepada orang lain tentang pribadi Lucy. Dan sepertinya bertanya kepada Bi Imah tak ada salahnya.

"Non Lucy itu orangnya baik, sopan, ramah, kerja keras dan keras kepala." Bi Imah terkekeh saat menyebutkan kata terakhir. Bahkan David pun ikut terkekeh. Karena benar, Lucy sangat keras kepala.

"Apa saya boleh bertanya sama Tuan tentang sesuatu?" Tanya Bi Imah ragu. Pasalnya ia sangat penasaran dengan asal usul istri majikanya itu.

"Tanya aja, saya gak akan ngelarang Bibi untuk bertanya."

"Kalau boleh saya tau, Tuan kenal Non Lucy dimana ya? Dan Non Lucy itu siapa? Maksud saya, Non Lucy kerja sebagai apa?" Tanya Bi Imah membuat David terdiam.

David bingung. Apakah ia harus memberi tau semuanya kepada Bi Imah. Tapi kalau Bi Imah tidak tau, takutnya jika sedang ada masalah dalam rumah tangga mereka, David tidak bisa bertanya lebih tentang kehidupan rumah tangganya kepada Bi Imah. Bukan berarti David menginginkan hal yang tidak-tidak dalam rumah tangganya. Tapi dia hanya menjaga-jaga saja. Siapa yang tau kedepannya akan bagaimana.

Best Mistake In MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang