Lucy berjalan mondar mandir di dalam kamar Emily. Terlihat dengan jelas bahwa ia sedang memikirkan sesuatu.
"Ck, lo ngapain sih dari tadi mondar mandir gak jelas gitu? Pusing gua liatnya," decak Emily.
Lucy menghempaskan badannya di kasur Emily. "Gua pusing."
"Pusing kenapa?" Tanya Emily.
"Ya pusing aja, gimana caranya buat ngomong ke David biar gua bisa resign." Lucy membaringkan tubuhnya menatap langit-langit kamar Emily yang berwarna biru.
"Gampang deh biar gua yang bilang," ujar Emily.
"Gak semudah itu Em. Lo tau kan kalo David itu orangnya gimana. Walaupun lo udah bilang, pasti dirumah nanti dia nanya sama gua," ujar Lucy pelan.
"Yaudah nanti gua yang bilang ke David kalo gua yang nyuruh lo berhenti jadi OG. Jadi David taunya ini disuruh gua bukan kemauan dari lo. Jadi nanti David marahnya ke gua." Lucy terkejut saat Emily mengatakan itu.
"Lo serius Em?" Tanya Lucy tak percaya.
"Iya Lucy... gua serius."
Lucy dengan sigap langsung memeluk Emily. "Lo sahabat gua yang paling baik. Makasih ya."
Emily tersenyum mendengarnya. "Sama-sama."
Lucy melepaskan pelukannya sambil berujar, "Terus gua harus cari kerja dimana kalo gua udah keluar dari kantor David?" Tanya Lucy bingung.
"Gimana kalo lo kerja di kafe aja?" Usul Emily membuat Lucy menyerngitkan keningnya.
"Jadi pelayan maksud lo?"
Emily meringis mendengarnya. "Ya mau jadi apa lagi. Kalo lo mau gua bisa kok cariin lo kerja yang lebih bagus lagi."
"Gak usah. Gua mau kok jadi pelayan," ujar Lucy cepat.
"Beneran?" Tanya Emily ragu.
"Iya!" Tegas Lucy.
"Yaudah nanti gua bilang sama temen gua yang punya kafe kalo lo mau kerja sama dia," ucap Emily.
"Emangnya dia bakal nerima gua?" Tanya Lucy ragu.
"Pasti lah. Soalnya dia emang lagi butuh karyawan," jawab Emily.
"Oh. Sekali lagi makasih ya Em. Gua bener-bener gak enak sama lo. Gua ngerepotin lo banyak banget," ujar Lucy pelan.
"Gapapa kali, santai aja. Lo kayak sama siapa aja sih," ujar Emily terkekeh.
Emily menatap Lucy dengan jail. "Yang punya kafe itu masih muda loh, dan dia ganteng. Yang paling penting dia jomblo. Ya siapa tau aja itu nanti jodoh lo," ujar Emily mengedipkan sebelah matanya.
"EMILY!!!"
Dan tawa Emily langsung meledak saat mendengar teriakan Lucy.
***
David menatap malas berkas di hadapannya itu. Berkali-kali ia sudah membacanya tapi tidak ada satu pun yang menyangkut ke otaknya.
Ini sudah hari kedua Lucy tidak ada dirumah. Padahal Emily berjanji akan membalikkan Lucy kemarin, tapi sampai saat ini Emily belum memberinya kabar.
Dan sudah dua hari juga David tidak tidur dengan tenang. Saat tengah malam David tiba-tiba terbangun hanya untuk melihat kesamping kasurnya apakah ada Lucy atau tidak. Tapi lagi-lagi kasur itu kosong.
Ia memijit pelipisnya yang merasa pusing. Selama Lucy pergi, David tidak pernah mengontrol kehidupannya. Jarang sekali David untuk istirahat dan makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake In Marriage
RomanceCerita dibuat pada tahun 2016. Lalu di unpublished dan sekarang di re publish kembali tahun 2020. Kepulangan Lucy ke Indonesia ternyata membuatnya harus kehilangan keluarga yang sangat disayanginya. Lucy juga terpaksa harus menikah dengan salah satu...