-Sebelas-

197 16 0
                                    

Sudah 2 jam berada di American Cafe. Morgan akhirnya mengajak Rafael untuk pulang karena sudah malam, dan Rafael tidak semangat sama sekali.

Rafael berjalan lesu meninggalkan Cafe. Morgan hanya mendesis, gebetan tidak ada saja Rafael selemas itu. Apalagi jika ia seperti Morgan yang diputuskan begitu saja setelah berusaha mempertahankan hubungan sampai tiga tahun lamanya. Rafael belum tahu jika Morgan dan Putri sudah putus. Morgan tidak menceritakan hal itu pada siapapun.

Morgan dan Rafael menaiki mobil yang berbeda karena Rafael membawa mobil sendiri. Mereka sampai ke rumah Morgan tidak beriringan. Rafael sudah datang terlebih dulu di halaman rumah Morgan, setelah itu Morgan yang datang.

Rafael menatap rumah Morgan, tidak ada yang berubah selama ia tidak ada. Memang dari awal Morgan datang ke Jakarta dan menghabiskan waktu dari masuk SMA sampai kuliah dan memimpin perusahaan keluarga, Rafael selalu tinggal disana. Tapi ia memiliki apartemen untuk menyimpan berkas-berkas yang hanya boleh ia ketahui.

Hanya karena ada Hime di Cafe, dengan jarak yang dekat dengan Cafe dan kantor, Rafael memilih tinggal di apartemen akhir-akhir ini.

Kedua pemuda ini sampai di rumah saat jam dinding menunjukkan pukul 22.40 WIB. Sangat sepi. Rafael duduk di sofa dan menselonjorkan kakinya. Morgan ikut duduk disana sambil menyalakan api untuk membakar ujung puntung rokok. Dia perokok aktif.

"Banyak kue banget. Kayak lebaranan. Lo beli segini banyak buat apaan?" tanya Rafael sambil membolak-balik toples di meja. Ada 5 toples cantik dengan isi kue kering yang berbeda. Ada nastar, choco chip, kue kacang, astor, dan kue seperti kerupuk dengan taburan bumbu pedas.

"Lebaran monyet maksud lo? Bukan gue yang bikin." ujar Morgan.

"Siapa? Bi Rima?"

"Bukan juga, jadi ada cewek. Ceritanya panjang deh. Yang pasti dia kerja disini, dan dia sendiri yang mau jadi pembantu." jelas Morgan. Rafael mendelik heran, rumah sepi seperti ini, bi Rima dan tukang kebun saja cukup. Kenapa Morgan menambah pembantu lagi?

"Mana orangnya?" tanya Rafael. Morgan menatap ke atas, terlihat tangga memutar untuk membawa siapapun ke lantai atas.

"Kayaknya udah tidur, deh!" ucapnya.
Rafael membuka satu tutup toples, kue nastar dengan bentuk seperti bunga dengan kismis di tengahnya. Rafael mengambil satu buah, mengunyahnya, lalu merasakan kelezatan nastar yang lembut hasil tangan orang yang Morgan ceritakan.

"Enak. Asli, deh, Gan. Ini enak banget! Jadi kangen enyak gue..." ucap Rafael yang asli dari Garut itu.

Morgan memang belum mencoba kue buatan Aelke yang lain. Ia baru memakan choco chip beberapa hari kemarin. Morgan mengikuti Rafael, memakan kue nastar tersebut dan mengakui jika kue yang Aelke buat selalu enak. Bukan hanya kue, tapi semua masakannya. Padahal Aelke lulusan Designer, tapi ia mahir memasak.

"Bener, enak banget. Makanin semua, nanti dia pasti bikin lagi, padahal gue gak nyuruh." tukas Morgan. Rafael asik menikmati kue-kue dari 5 toples berbeda. Setelah puas, ia dan Morgan beranjak ke atas untuk istirahat. Sudah larut malam meski biasanya ia begadang jika ada Hime di Cafe.
Rafael memandang satu kamar terutup setelah kamarnya dan Morgan. Gadis yang Morgan ceritakan ada disana. Ia heran, kata Morgan gadis itu menyebut dirinya sebagai pembantu, kenapa ditempatkan di kamar atas yang dulu ditempati Oma Hellen? Padahal kamar bawah dekat kamar bi Rima kosong. Ada yang aneh menurutnya. Sayang, sudah malam. Ia tidak bisa dengan cepat tahu siapa gadis yang membuat kue lezat itu.

***

Dari jendela kamar atas, Aelke melihat sebuah mobil merah melesat keluar dari gerbang rumah Morgan. Padahal baru jam 05.30, tapi mobil itu langsung pergi.

DARK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang