-Tujuh-

209 19 0
                                    

Morgan menuruni anak tangga. Tidak seperti biasanya terdengar dentuman alat-alat masak, pagi ini begitu sepi.
Aelke juga ikut menuruni anak tangga dan suara derap kakinya itu terdengar sampai Morgan menoleh dan menghentikan langkahnya.

"Gan, maaf gue kesiangan. Mau sarapan apa?" tanya Aelke buru-buru, Morgan menatap Aelke dari atas sampai ke bawah. Dandanan yang sangat 'Perempuan.'

"Roti selai aja." jawab Morgan sambil melanjutkan langkahnya. Aelke buru-buru menyiapkan roti selai untuk Morgan dan dirinya.

"Selai cokelat kacang." ucap Morgan saat Aelke baru saja hendak menanyakan selai apa yang Morgan suka. Aelke dengan cekatan meraih dua lembar roti tawar dan mengoleskan selai cokelat kacang untuknya. Aelke menaruh makanan di depan Morgan dan beralih ke dapur untuk membuat cokelat panas.

"Lo gak kerja, Gan? Masih pake baju kaos begitu..." komentar Aelke sambil menaruh segelas cokelat panas di dekat piring Morgan.

"Gue meliburkan diri. Cepet sarapan. Gue mau ajak lo ke suatu tempat." titah Morgan. Aelke duduk dan meraih selembar roti untuknya.

"Mau ajak gue? Kemana?" tanya Aelke heran.

"Nanti juga tau." jawab Morgan singkat. Aelke mengangguk saja, ia melahap sarapannya dengan segera, seperti titah Morgan.

"Gan, gue rencana hari ini mau cari kontrakan buat tinggal. Masa gue repotin lo terus, sih? Gue kan gak enak. Numpang di rumah lo terus.." ucap Aelke.

"Ilham larang gue biarin lo pergi. Ada alasannya. Jadi gak usah aneh-aneh." ujar Morgan yang langsung meminum cokelat panasnya. Lalu berjalan menuju kamarnya.

"Jam 8 gue tunggu di depan. Jangan ngaret!" tandas Morgan. Aelke mengangguk saja. Lelaki yang selalu aneh.

***

Tepat jam 07.57 WIB. Aelke sudah duduk tenang di teras depan menunggu Morgan. Ia memakai pakaian yang dibelinya kemarin. Kemarin ia membeli dua stel pakaian yang ia sukai. Aelke membiarkan rambut cokelat ikalnya tergerai hari ini. Ia mengenakan blous selutut warna putih tulang dengan hiasan renda hitam putih di atasnya. Cukup simpel. Dan ia tidak pernah memakai bedak jika pergi kemana-mana, kulitnya begitu putih, kan?
Morgan mengenakan kacamata bening dan menoleh dengan senyuman tipis, Aelke sudah stand by di luar ternyata. Morgan memerintahkan supir untuk menyiapkan mobilnya.

"Mau kemana kita?" tanya Aelke saat sadar jika Morgan sudah ada di sampingnya.

"Pertanyaan lo kayak Dora The Explorer." ledek Morgan sambil berjalan santai ke garasi dan memantau supirnya yang mengeluarkan mobil. Morgan hanya mengenakan celana pendek hari ini dengan kaus hitam bertuliskan 'Its Not You, Its Me!' dan tentunya, sepatu kets membalut kakinya.

Aelke mengerucutkan bibirnya. Ia langsung berjalan mendekati Morgan dan menunggu mobil siap dipakai. Kemana pun hari ini, Aelke senang. Ia bosan di rumah, kan? Sekarang ia keluar bersama Morgan, dan ia tak akan tersasar lagi.

Morgan menaiki mobil, menekan klakson agar Aelke segera naik di jok depan kiri. Aelke langsung bergegas masuk dan duduk lalu memakai sabuk pengaman, Morgan melajukan mobilnya santai meninggalkan area rumah megahnya menuju suatu tempat.

***

Rafael mendapat telepon dari Morgan jika ia tidak akan pergi ke kantor dan itu artinya, Rafael harus bekerja ekstra hari ini. Ia langsung bergegas ke kantornya tanpa sarapan terlebih dulu. Ada meeting pagi, dan ia harus menyiapkan data-data lengkap secepatnya.

Hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai ke kantornya. Harusnya hanya 15 menit. Namun karena Jakarta selalu macet, jalanan jadi memolorkan waktu.

"Pagi, pak Rafael." sapa beberapa karyawan dan karyawati kantor saat Rafael lewat menuju ruangannya. Rafael menyunggingkan senyuman manis, dan tetap berjalan layaknya atasan.

DARK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang