-Empat Belas-

194 17 0
                                    

Siang super sibuk untuk dua pemuda yang sudah sukses menjalankan perusahaan dengan baik meski usia mereka masih sangat muda dan jabatan yang mereka duduki berbeda tingkat. Morgan tetap bos yang miliki andil besar dalam perusahaannya.

"Gan, mana hasil desain ruang yang diminta perusahaan Wolf?" tanya Rafael masuk ke dalam ruangan Morgan dengan cepat.

"Masih gue kerjain, 5 menit lagi lah." jawab Morgan.

"Lah, bos gue lemot amat kerjanya. Tumben lo."

"Bukan lemot, gue semalem ketiduran. Ada insiden juga kemaren, jadi berantakan." ujar Morgan masih memoles desain ruangnya untuk dipasarkan nanti. Apalagi perusahaan Wolf sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan Morgan dibidang pemasaran. Dan sekarang, desain ruang sedang Morgan selesaikan untuk ditawarkan ke perusahaan Wolf dengan konsep yang ia pikirkan sendiri.

***

Aelke asik termenung di jendela kamarnya. Di luar hujan, tak ada bintang yang terlihat malam ini. Hujan membuat awan dan langit malam menghitam, belum lagi kilatan petir terlihat sesekali.

Tok, tok!

"Jepang, udah tidur belum?"

Aelke menoleh saat mendengar suara Morgan bertanya dari luar sana. Aelke beranjak mendekati pintu dan membukanya.

"Belom, kenapa?" tanya Aelke saat Morgan sudah tepat berada di hadapannya.

"Ikut gue ke bawah, sekarang!" titah Morgan, Aelke menganggukkan kepalanya, mengekori tubuh Morgan menuruni anak tangga yang melingkar dan meliuk-liuk sedemikian rupa sampai akhirnya kaki mereka berpijak di lantai dasar.

Morgan berbelok menuju teras belakang, Aelke lagi-lagi mengekor tanpa sepatah kata pun. Ia melihat rintik hujan jelas dari sana. Morgan duduk di bangku yang tersedia di teras sambil menghidupkan laptop. Aelke duduk di bangku lainnya.

"Kerjaan lo ya, ini?" tanya Morgan memperlihatkan layar laptop dengan desain ruang yang Aelke buat semalam. Aelke seketika terdiam, mungkinkah Morgan akan marah? Aelke menggunakan laptop Morgan tanpa izin.

"I, iya, Gan... Maaf, gue gak maksud lancang. Gue liat elo tidur, laptop masih nyala. Gue kan bete tuh, gue kangen desain gitu, jadi gue malah buat-buat itu di laptop lo. Maaf, Gan, sekali lagu gue minta maaf." ujar Aelke panjang lebar sambil berkali-kali meminta maaf.

Morgan heran melihat Aelke, memang ia tidak suka jika apapun benda miliknya dipakai tanpa adanya izin terlebih dulu, tapi kali ini berbeda. "Gak usah minta maaf, deh. Gue malah mau bilang makasih, karena berkat desain buatan lo, gue berhasil dapetin proyek pemasaran yang kontraknya panjang." ujar Morgan tersenyum antusias, Aelke membolakan matanya tak percaya.

"Serius, lo?"

"Liat aja, nih!" Morgan memperlihatkan perjanjian kontrak di atas materai dengan nominal tunai yang tidak sedikit jumlahnya.

"Wuah, keren... Etapi masa, sih? Kan itu desain gue buatnya iseng." tukas Aelke, Morgan mengendikkan bahunya.

Morgan menutup laptopnya, hujan mulai mereda meski dingin belum pergi sepenuhnya. "Kalo lo mau, lo bisa kerja di kantor gue." ujar Morgan menawarkan, sayang sekali jika kemampuan Aelke dianggurkan begitu saja.

"Gue gak suka kerja kantoran. Udah pernah. Lo terlalu baik, gue beresin rumah sama masakin lo aja, deh. Hehe.." ujar Aelke kikuk, Morgan mendelik, Aelke terkekeh ragu-ragu.

"Bukan gara-gara takut ketemu dua cewek yang Ilham bilang itu?" tanya Morgan, Aelke tertegun seketika. Sebenarnya ia memang sedikit takut jika keluar rumah lagi, takut bertemu dengan Ny. Gina dan Oxcel, ia tidak tahan merasakan traumatis itu. Begitu menyakitkan.

DARK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang