-Sembilan Belas-

233 20 0
                                    

American Cafe, 22.00 WIB.

Cafe itu makin malam makin ramai, seolah memang tepat waktunya Cafe itu dibuka malam hari dan tutup saat dinihari menyambut dunia. Hime sejak tadi sibuk membuatkan pesanan pelanggan, dan Morgan maupun Rafael sudah menghabiskan 3 gelas minuman hangat dengan kue lembut yang juga tersedia disana.

"Berhenti liatin Hime, Morgan. Dia pacar gue, bukan Aelke lo!" Rafael menyentak Morgan untuk yang kesekian kalinya. Morgan menghembuskan nafas gusar, ia memang sesekali melihat Hime yang sibuk bekerja karena mirip sekali dengan Aelke.

"Santai, Raf. Hime sama Aelke itu beda. Hime and Aelke is different people anyway..." timpal Morgan sambil menyeruput Mocca-nya.

"Kalo different, jangan diliatin mulu dianya." Rafael masih kesal, Reza dan Dicky terkekeh melihat keduanya.

"Kalian ributin si kembar melulu. Aneh sih gue. Jangan ampe ketuker ya kalo sama-sama jadian, haha..." Reza duduk dengan tenang di kursinya.

"Mending dipikirin gimana nemuin kembaran Hime, bukan diributin." sergah Dicky, Vina yang ada di sisinya mengangguk setuju.

"Tumben encer?" ledek Bisma dengan tawa lebarnya, ia memakai behel seperti memagari giginya agar tidak loncat kemana-mana.

"Diencerin sama gue, dong!" ujar Vina menaik-turunkan alisnya, Dicky hanya terkekeh sambil mencubit hidung kekasihnya.

"Oke, gue seakan jadi detektif. Gan, dimana pertama kali Aelke yang mirip Hime itu ketemu sama lo?" Dianti mulai serius, ia membuka aplikasi note di ponselnya untuk mencatat jawaban Morgan.

"Di RSJ, Bandung..."

"Haaaah?" Dianti menganga, Bisma dan yang lainnya juga seperti itu, mereka terkejut, kecuali Rafael. Rafael sudah mendengar cerita dari Morgan.

"Biasa aja, keleus!" celetuk Morgan dengan kesal, semua jadi menatapnya heran dan tak percaya. "Gue emang ketemu sama dia di RSJ, tapi dia waras! Ngerti?" lanjutnya dengan menitik beratkan pertanyaan dari teman-temannya agar mengerti.

Hime memerhatikan Rafael, Morgan dan teman-temannya dari bartender tempatnya bekerja.

"Serius Morgan selama ini kenal sama kembaran lo yang ilang, Hime?" Indiiz mendekat saat pelanggan belum ada yang memesan lagi, Hime mengangguk, berharap itu benar Hima yang hilang.

"Semoga sih, tapi gara-gara Morgan pernah kesel sama dia, dia pergi. Dan dia gak tau Jakarta sama sekali. Gue takut dia kenapa-napa." Hime mulai kembali sendu setelah Morgan menjelaskan semuanya, setelah ia tahu jika Aelke dulu pernah hilang dan terdampar di panti asuhan sampai berpisah dengan keluarganya. Dan melihat Hime begitu mirip dengan Aelke, lalu kalung yang Aelke kenakan sama dengan yang Hime kenakan meski beda warna berliannya, Morgan baru yakin jika Hime yang ia kejar bukanlah Aelke.

Dianti dan Vina sudah pulang diantar pasangannya sendiri, tinggal Rafael, Morgan dan Reza yang masih bertahan disana dengan pikirannya masing-masing. Rafael memikirkan dimana bisa menemukan Hima, jika Hima tak ada, ia tak akan diterima oleh Hime. Tapi fokus Rafael bukan itu, ia ingin Hime-nya bahagia dengan benar-benar bertemu adik kembarnya.

***

Siang hari di sebuah restoran mewah. Ny. Lili tengah menunggu kedatangan Oxcel dan Ny. Gina yang membuat perjanjian untuk bertemu di restoran ini.

Tak lama, Mama dari Hime dan Hima ini tersenyum, Oxcel dan Ny. Gina terlihat mendekat dan duduk santai setelah dipersilahkan duduk. Mereka bersikap memang seolah sama-sama orang berkelas, namun bedanya, Ny. Lili itu lembut dan sopan santun, sedangkan Ny. Gina terlihat arogan dan sombong.

"Langsung ke pembahasan." ujar Ny. Gina saat beberapa menit mereka saling sapa-menyapa.

"Okey, kalian mau bicara apa? Soal putra saya, Rendi?" tanya Ny. Lili, Oxcel memang awalnya akan ia jodohkan dengan Rendi, namun di rumah, Rendi menolak mentah-mentah.

DARK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang