-Tiga Belas-

171 18 0
                                    

Jakarta, 14.35 WIB.

Morgan memarkirkan mobilnya di garasi rumah. Jas ia tenteng di tangan dan mulai memasuki rumah. Terlihat bi Rima yang mondar-mandir di ruang tamu sambil menggenggam telepon rumah tanpa kabel.

"Bi, kenapa?" tanya Morgan heran. Bi Rima langsung berbinar matanya saat mengetahui majikannya sudah datang.

"Tuan. Aelke belum pulang-pulang, Tuan." ujar bi Rima panik dan khawatir. Morgan membolakan matanya.

"Dari swalayan?" bi Rima mengangguk seketika. Morgan melihat arloji di tangannya. Aelke meneleponnya saat jam 10.00 dan sekarang sudah menjelang sore.

"Tadi bibi telepon, nomor Tuannya gak aktif..." ujar bi Rima. Morgan merogoh ponsel di saku celananya, ponselnya memang mati.

"Low... Yaudah, nanti aku telepon dia." Morgan bergegas menaiki anak tangga menuju kamarnya, ia meraih power bank, menghubungkannya dan ponselnya perlahan hidup kembali. Tanpa ba-bi-bu, Morgan menelepon nomor Aelke. Sambungan telepon langsung terdengar. Tapi sampai 5 kali panggilan, Aelke tidak juga mengangkat teleponnya.

Morgan membuka dasinya cepat. Kerah kemejanya sudah terasa longgar. Mengingat Aelke pernah tersasar di Jakarta ini, Morgan menakutkan hal yang sama. Pemuda itu sangat ingat pesan Ilham. Harus menjaga Aelke karena alasan yang tidak ia ketahui.

"Ada-ada aja si Jepang itu. Gue pulang cepet niat mau istirahat, dia malah ngilang. Ah!" Morgan berceracau kesal bercampur khawatir.
***

Sudah 30 menit Morgan mengelilingi Jakarta sekitar swalayan yang Aelke datangi. Tak ada, gadis itu tak ada. Morgan sampai masuk ke dalam swalayan dan mencari, tapi tetap tidak ada.

Berkali-kali dihubungi, Aelke tidak menjawab telepon Morgan. Morgan sampai sudah punya niat kembali melaporkan kehilangan Aelke ke kepolisian jika sampai sore nanti Aelke tidak ditemukan.

Morgan membanting stir mobilnya kesal. Kemana lagi harus mencari Aelke. Kenapa ia harus selalu repot karena gadis itu?

Saat hampir putus asa, ponsel Morgan berdering dan disana tertera nama 'Aelke'.

"Hallo... Jepang, lo dimana? Kemana aja sih?" cerocos Morgan tanpa ba-bi-bu. Morgan terdiam sejenak, ia mendengarkan suara Aelke di seberang sana.

"Jepang, lo kenapa?" tanya Morgan mulai cemas, Aelke terdengar gemetar dan ketakutan.

"Pelan-pelan, tenang, bilang sama gue, lo kenapa?" tanya Morgan lagi.

"Oke. Lo jangan kemana-mana. Gue bakal kesana. Sekarang!" tandas Morgan langsung mematikan sambungan telepon dan melajukan mobilnya menuju taman. Aelke sejak tadi ada di taman yang tak jauh dari swalayan dan Morgan susah payah mencarinya kesana-kemari.

Morgan berlari kecil kesana-kemari mencari Aelke. Ia berkali-kali menerobos kerumunan orang yang sedang asik berkumpul.

Sampai akhirnya pandangan Morgan berhenti di satu titik, Aelke terlihat duduk dengan wajah ditutupi kedua tangan dan keranjang belanjaan ada di sampingnya.

"Lo kenapa?" tanya Morgan seketika, Aelke sontak mendongakkan kepalanya dan Morgan terkejut saat Aelke sudah banjir air mata dengan tubuh gemetar dan ketakutan.

"Gue takut." tukas Aelke. Morgan tertegun, Aelke terlihat begitu buruk.

"Gak ada yang perlu ditakutin. Kita pulang!" Morgan merengkuh kedua sisi pundak Aelke dan membantunya berdiri. Aelke berjalan gontai, Morgan merangkulnya sampai ke mobil dan belum berani bertanya banyak, takut Aelke makin kalut.

Aelke duduk di jok mobil, menatap jalanan dengan lemas. Morgan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan normal.

Sampai di rumah megah Morgan, bi Rima sudah menanti di dekat gerbang dan sangat bahagia saat Aelke pulang bersama majikannya.

DARK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang