EPILOG

433 19 3
                                    

EPILOG
DARK STAR!

Kelambu di kamar besar dan lebar itu melambai-lambai diterpa angin dari jendela kamar. Aelke berbaring di ranjang King yang besar, empuk, dan tentunya berkelas tinggi. Ia seolah bermimpi bisa bertemu dengan kedua kakaknya, dan kedua orang tuanya. Istimewanya, Aelke memiliki kembaran yang membuatnya seolah bercermin pada dirinya sendiri.

Kamar Aelke dan Hima ternyata satu. Lebar dan luas, ada dua ranjang berbeda warna. Yang Hime tempati, ranjangnya diberi seprei putih dengan motif mawar. Dan yang Aelke tempati, berwarna biru muda dengan motif polkadot hitam-putih.

"Disini, 17 tahun lamanya, aku nunggu bisa tidur sekamar sama kamu..." Aelke tersenyum mendengar suara Hime. Aelke menoleh, ia dan Hime berhadapan sambil tidur-tiduran di atas ranjang yang hanya disekat kelambu putih transparan.

"Apa bener, kamu kakak aku?" itu pertanyaan yang terlontar berkali-kali dari mulut Aelke.

"Iya, Hima. Apa kita kurang mirip? Kamu ragu?" tanya Hime sedikit sendu, Aelke menggeleng dan memeluk guling, "Enggak, kok. Aku cuma ngerasa ini tuh mimpi..." jawab Aelke sambil menatap Hime di seberang ranjangnya. Lucu sekali mereka, satu kamar, berbeda tempat tidur, dan berinteraksi dari seberang ke seberang.

"Tidur, deh. Besok aku tunjukin yang keren-keren." ucap Hime antusias, Aelke tersenyum sumringah.

"Siap!" tukas Aelke sambil menarik selimut yang lembut itu. Ia seperti putri raja saat ini. Tapi kali ini di rumahnya sendiri. Dan sejujurnya, Aelke masih butuh banyak waktu untuk bisa beradaptasi atas semua kejadian di kehidupannya.

"Mama tahu, kalian pasti belum bisa tidur..." Aelke dan Hime sama-sama menoleh, sang Mama datang dengan dua gelas susu putih di atas nampan.

"Udah lama Hime gak minum susu buatan Mama. Dan Hima apalagi... Minum dulu, sebelum tidur nyenyak." Mama si kembar ini duduk di sisi ranjang Hima, keduanya mendekat, Hime meraih segelas susu, Hima atau Aelke mengikutinya. Mereka berdua meminum susu itu sama-sama.

"Tidur nyenyak ya, sayang..." Ny. Lili mengecup kening kedua putri kembarnya. Hime berbaring, ia nampak letih namun bahagia. Aelke yang belum terbiasa ikut berbaring, menatap langit-langit putih yang diberi gaya klasik.

"Hi-ma..." gumam Aelke, apa ia harus berganti nama? Ia biasa dipanggil Aelke, bukan Himawari Takeda.

***

"Ini 17 kado ulang tahun aku sama kamu." Hime membuka lemari besar yang selama ini menyimpan banyak kado ulang tahun. Selalu ada dua kado setiap tahunnya, seolah Hima memang ada bersama mereka.

"Aku gak ada disini, tapi dikasih kado tiap tahun?" tanya Aelke tak percaya, Hime mengangguk, memperlihatkan kado-kado yang belum disentuh Aelke sama sekali.

"Terakhir kemaren, dikasih ini..."

Aelke menyentuh kimono bunga-bunga, kado pemberian Papanya yang didatangkan langsung dari Jepang.

"Lucu banget. Muka aku kayak gini, ternyata ada turunan Jepangnya." Aelke terkekeh, Rendi masuk ke kamar adik kembarnya berdua.

"Pake dong bajunya, kembaran. Lucu banget pasti." Hime dan Aelke sama-sama terkekeh, mereka mengikuti Rendi, bergegas mengenakan baju kimono khas Jepang itu.

Aelke masih nampak canggung, belum terbiasa, dan... Sedikit belum percaya pada apa yang terjadi.

***

Rafael dan Morgan yang sengaja bertamu ke rumah keluarga Takeda itu harus menganga bersamaan karena Hima dan Hime mengenakan baju yang sama. Mereka berdua tertawa, bingung membedakannya karena sekilas sangat mirip.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DARK STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang